Janganlah kau percaya pada apa yang kau lihat, apa yang kau dengar, siapa pun yang mengatakannya, meski Aku sendiri yang mengatakannya, kecuali itu semua sesuai dengan akal sehat dan jalan pikiranmu.----Buddha
Salah satu yang harus kita lakukan sebagai Umat Buddha adalah melestarikan Tipitaka. Mungkin ada beberapa hal yang
absurd dan janggal di dalamnya, namun itu adalah tugas kita untuk mengkaji dan mengevaluasinya secara
ehipassiko sesuai dengan Kalama Sutta. Alangkah bijaknya kalau kita memegang pandangan : "bahwa kita harus mempercayai terlebih dahulu tentang isi Tipitaka, sampai kesalahannya terbukti pada akhirnya". Yang biasa dilakukan oleh Umat Buddha adalah "tidak mempercayai Tipitaka terlebih dahulu, sampai kebenarannya terbukti pada akhirnya". Menurut saya, sebagai Umat Buddha kita harus 'percaya' pada isi Tipitaka itu sendiri terlebih dahulu. Karena kalau bukan kita, lalu siapa lagi yang akan mempercayainya...?
Mengenai berbagai mitos, cerita legenda, dan doktrin-doktrin dasar yang belum bisa dibuktikan, ada baiknya kita meninggalkannya terlebih dahulu. Lebih baik kita memfokuskan diri pada ideologi dan ajaran dasar yang langsung bisa kita buktikan dan alami, seperti Konsep Tilakkhana (ini yang paling umum) dan manfaat setelah menjalankan Jalan Mulia Beruas Delapan. Setelah kita mampu mencapai Pencerahan, semua tabir tentang mitos, cerita legenda dan doktrin-doktrin dasar yang belum bisa dibuktikan dahulu tentunya akan terbuka. Saat itu kita mungkin akan tersenyum membayangkan wajah kita, betapa dipenuhi oleh dahi yang berkerut ketika memikirkan hal-hal itu dahulu...