//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"  (Read 33549 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« on: 30 April 2011, 11:27:03 AM »
Bagaimana pandangan buddhism terhadap praktek "shia sen"/dewa turun n merasuki tubuh manusia ?

praktek ini banyak dilakukan di kota2 pontianak/singkawang yg terkenal dengan istilah tatung pd hari2 besar tertentu dalam kalender lunar, di india jg ada praktek seperti ini dalam agama hindu.


Offline lobsangchandra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 181
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk mencapai Pencerahan
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #1 on: 30 April 2011, 12:05:38 PM »
budaya buddhis Tibet juga ada yang seperti itu. mereka mengundang pelindung dharma tertentu merasuki tubuh seorang medium untuk memohon petunjuk.


Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #2 on: 30 April 2011, 01:05:34 PM »
sekitar 2 hari yg lalu, dekat rumah aa, ada orang yg bs "shia sen", aa pkir ah paling jg kayak orang kerasukan gtu... krn rasa ingin tau n penasaran, aa datang ke rumah itu (malam hari), ga terlalu byk orang yg hadir, kira2 10 orang lebih, byk altar yg ada patung dewa-dewi kepercayaan kong hu cu n taoisme.

trnyata beda seperti orang kerasukan umumnya, medium sangat mudah untuk dirasuki oleh dewa tertentu sperti "siao hai", "sun wu kong", "kuan kong" dan lainnya. setelah proses kerasukan terjadi, medium dapat berbicara bahasa cina fasih, menusuk badan nya dengan pisau tp tidak luka, klo kerasukan "sun wu kong" medium loncat sana sini bertingkah seperti seorang monyet...

medium jg bs melihat/menilai karakter seseorang hanya dr wajah n telapak tanggan, rejeki seseorang, kesialan yg akan dihadapi, penyakit, tempat usaha, rumah seseorang, benda kotor dan lainnya....

setelah selesai, medium jg sangat mudah terlepas dr kerasukan, hanya terjatuh kelantai/ke meja, tdak sampai 1 menit medium sadar kembali seperti semula... namun, bkn cm 1x, medium bs kerasukan dewa-dewi lain lg, jd 1 malam itu medium bs dimasuki beberapa dewa-dewi...

seru n menegangkan... hehehe... ;D bagaimana pandangan rekan2 dinilai dr sisi buddhism ?


Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #3 on: 30 April 2011, 01:14:53 PM »
Di kampung ku juga banyak yg klaim kerasukan sun go kong,dewi kwam im,kwankong..
Kira2 su go kong cs-nya ada 1 atau ada banyak ya??
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #4 on: 30 April 2011, 01:34:34 PM »
Di kampung ku juga banyak yg klaim kerasukan sun go kong,dewi kwam im,kwankong..
Kira2 su go kong cs-nya ada 1 atau ada banyak ya??

bs jd, itu adalah dewa-dewi alam catumaharajika yg mempunyai kemampuan tertentu, yg mengetahui cerita2 dewa-dewi tiongkok dan mengaku sebagai cewa-dewi tiongkok tersebut...

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #5 on: 30 April 2011, 01:35:24 PM »
itu sih bukan buddhis banget,.itu mah tradisi yang dibawa masyarakat tionghoa umumnya,.coba tanyakan pada rekan kita yang buddhis namun dari suku jawa,..nggak tau dia shia sen kayak gitu, kakao juga pernah liat orang shia sen sendiri, ceritanya temen mau minta panglaris buat dagangannya, ya udah kakao cuma ngikut aja,..kala itu ada semacam kurungan diikat kain merah,..orangnya dimasukin kurungan dan pas keluar sdh dlm posisi kerasukan kala itu sih kongco apalah kakao lupa,..dia ngomong bahasa china pasih,..dll,..kakao cuma ngeliatin aja, namun yg kemasukan khongco nanya, "teman kamu mau apa?" teman kakao bilang dia ngantar aja kongco,..trus kakao pikir,..kalau itu khongco,..koq nggak bisa tau maksud kedatangan saya? kakao pikir kala itu ha ha kongconya mungkin kelasnya kurang tinggi,..jd hilang keyakinan kakao terhadap kaya begituan,..jd 50%,.sebenarnya mungkin saja yang memasukinya adalah makhluk dari alam berbeda, mungkin jg ada yang dari alam dewa, tp yang kakao tau,..dewa dg manusia itu manusia itu memiliki kekotoran, paling dekatpun dewa yang bisa berada cuma 3 jengkal dari manusia, kalau dewa memasuki itu kayaknya nggak bener,..dewa nggak mempunyai sifat merasuki, yang punya sifat merasuki mahkluk alam abaya(alam menyedihkan) atau mungkin asura(raksasa dan yang terlahir spontan) logikanya gini,..jk kamu adalah dewa, mau nggak disuruh2 manusia? ibarat bos sama bawahan mau nggak bos disuruh bawahan?? selama dia mengaku2 dewa dan dewi dan nggak mencelakai manusia malah membantu itu dikategorikan makhluk itu ingin membayar hutang karma dia, dalam buddhis,.mengenal 31 alam kehidupan, ada kemungkinan itu makhluk lain, tapi yang jelas bukan dewa, dewa sifatnya menampakan diri bukan merasuki...kakao bilang hati2 dengan hal2 gaib gini,..kurang persiapan yang matang akan mencelakai diri sendiri, gaib2 ini bisa menjelma dan menirukan orang yang ingin dia tiru, kakao cuma sarankan nggak baik menggantungkan nasib kita pada hal2 gaib seperti diatas,..menjadikan kita semakin auban (kalao kata orang tangerang bilang),..dalam buddhis seharusnya yang kita imani adalah hukum karma,..karena kita semua masih pemula,..hendaknya hukum karma bisa menjadi iman bagi umat buddha khususnya. _/\_ namaste _/\_
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #6 on: 30 April 2011, 04:49:54 PM »
coba sekali waktu datang ke daerah semarang, banyak kelenteng yg masih mengadakan seperti itu . tapi untuk yg sun go kong itu rekayasa medium. selama ini sun go kong hanya mitos karangan belaka.  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #7 on: 30 April 2011, 10:10:48 PM »
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.

Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja." 
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung. 
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.

Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan.  Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf  untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.

Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.

Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".

Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"

Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."

Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok.  Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.

Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak".  Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.

Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan".  Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.

Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka."  Kembali saya dibuat bingung.  Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya".   Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya  Sutra.

Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan.  Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha". 

Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit".  Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".

Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk.  Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."

Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.

Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.

Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut.  Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.









~Life is suffering, why should we make it more?~

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #8 on: 01 May 2011, 12:31:16 AM »
^
^
Ternyata bro dtgvajra ....  kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang  ;D

Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu  ^-^
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #9 on: 01 May 2011, 12:37:15 AM »
^
^
Ternyata bro dtgvajra ....  kehidupan yg lampau punya jabatan Perdana Mentri mirip Zhu Ge liang  ;D

Tuch 2 orang yg ngasih Thanks ..... mungkin mantan Panglima-mu  ^-^

yg ke 3 jadi kudanya

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #10 on: 01 May 2011, 12:52:16 AM »
^
^
 Nyesel bilang Panglima .... mestinya kurir surat a.k.a burung merpati  ;D
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #11 on: 01 May 2011, 09:43:44 AM »
Kok ga di manfaatin pasukannya :)) kek film lord of the ring..
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline anantara

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 32
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #12 on: 01 May 2011, 10:57:05 AM »
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.

Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja." 
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung. 
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.

Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan.  Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf  untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.

Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.

Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".

Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"

Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."

Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok.  Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.

Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak".  Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.

Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan".  Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.

Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka."  Kembali saya dibuat bingung.  Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya".   Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya  Sutra.

Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan.  Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha". 

Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit".  Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".

Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk.  Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."

Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.

Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.

Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut.  Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.

saya mo tambahin dikit karena orang bali ...

di bali sendiri dukun atau balian yang "trance" atau kerauhan dalam bahasa bali, kebenarannya masih banyak dipertanyakan, ada yang pro dan ada yang kontra, karena banyak saya punya pengalaman bahwa orang yang "kerauhan" hanya berpura-pura saja. biasaya untuk kepentingan pribadi atau golongan juga bisa agar kelihatan tampak "hebat", atau dikatakan sakti .

nah dalam kasus anda, disini anda sama sekali tidak "merasakan" sesuatu... biasanya jika benar seorang balian sedang mengalami trance / kerauhan mengenai masa lalu anda ( reinkarnasi di bali ). biasanya orang yang mendapat "pesan" atau anda dalam hal ini akan merasakan sesuatu juga. antara lain: secara samar2 / jelas anda mengenang kehidupan anda, kadang ada yang merasa seperti berada pada suasana yang lain tapi begitu familiar dengan anda, atau perasaan sedih dan rindu / sebet dalam bahasa bali. dan banyak malah mendapatkan "penglihatan".

tapi ini kembali lagi kepada anda, percaya nggak percaya... terserah anda ... tapi yang jelas jika melihat ajaran buddha ini bertolak belakang karena begitu seseorang meninggal maka dia akan langsung terlahir kembali. ( tergantung kamma ) so kesimpulannya ... apakah "pasukan" anda itu lahir ke alam peta? jadi hantu? atau roh? tidak mungkin akan bertemu anda secara spesifik hanya sekedar menuntut janji pembebasan ... yang bisa membebaskan mereka hanya kamma mereka sendiri.



athadityah samudyan wai tamah
    sarwwam wyapohati
    ewam kalyanamatistam sarwwa
    papam wyapohati
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.

Offline anantara

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 32
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #13 on: 01 May 2011, 11:05:15 AM »
satu lagi tips untuk mengetahui orang tersebut kerasukan atau tidak... jatuhkan saja hio/dupa atau bisa juga di sulut pada bagian tubuhnya..jika dia kaget atau merasakan sakit ini pasti hanya pura-pura. tp di bali yang lebih banyak terjadi adalah orang-orang hanya kerauhan pada kelompok alam bhuta / peta ... bagaimana cara mengetahuinya ??? yuk member dhammacitta study tur ke bali  8)... hindhu bali antara adat dan agama ...  _/\_
athadityah samudyan wai tamah
    sarwwam wyapohati
    ewam kalyanamatistam sarwwa
    papam wyapohati
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.

Offline Mokau Kaucu

  • Sebelumnya: dtgvajra
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.293
  • Reputasi: 81
Re: Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"
« Reply #14 on: 02 May 2011, 12:50:37 PM »
satu lagi tips untuk mengetahui orang tersebut kerasukan atau tidak... jatuhkan saja hio/dupa atau bisa juga di sulut pada bagian tubuhnya..jika dia kaget atau merasakan sakit ini pasti hanya pura-pura. tp di bali yang lebih banyak terjadi adalah orang-orang hanya kerauhan pada kelompok alam bhuta / peta ... bagaimana cara mengetahuinya ??? yuk member dhammacitta study tur ke bali  8)... hindhu bali antara adat dan agama ...  _/\_

Hayu atuh.  Saya tungguin ya di Warung Be Guling bu Made Oka di Ubud.  hahaha.......ha.
~Life is suffering, why should we make it more?~