//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Poll

Apa anda rutin membaca paritta setiap hari?

Ya, setiap hari pasti sempatkan waktu baca paritta
Ya, tapi kalau lagi sibuk banget kadang bolong sehari-dua hari
Tidak

Author Topic: Tanya tentang Paritta  (Read 13790 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Tanya tentang Paritta
« on: 21 May 2013, 11:58:48 PM »

Mungkin topik ini sudah sering dibahas di vihara-vihara atau saat diskusi Dhamma. Tapi pengen juga membahas (lebih tepatnya, saya ingin bertanya) di forum ini.

1. Apakah pada zaman Sang Buddha ada aktivitas chanting/baca paritta baik untuk para anggota Sangha ataupun umat perumah tangga?


2. Di bagian kata pengantar buku Paritta terbitan STI yang saya miliki, ada dituliskan seperti ini:
Quote
Kekuatan mengulangi paritta atau membaca paritta sangat tergantung adanya faktor berikut:

1. Saddha, keyakinan yang kuat terhadap Dhamma
2. Sila, memiliki moral yang baik
3. Metta, cinta kasih universal yang berkembang
4. Sacca, kebenaran dalam mengucapkan Dhamma
5. Vaca, pengucapan yang tepat dan hapal dengan baik

Di buku teks sekolah pelajaran Agama Buddha pun ada diajarkan seperti itu.

Apakah hal tersebut ada dalam Tipitaka?

3. Beberapa patha/gatha seperti pubbabhaganamakara (namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa), namakara patha, dsb.; itu diajarkan Sang Buddha atau belakangan muncul?

4. Apa member DC di sini rutin membaca paritta setiap hari?

Terima kasih sebelumnya  ^:)^

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #1 on: 22 May 2013, 05:25:13 AM »
Mungkin topik ini sudah sering dibahas di vihara-vihara atau saat diskusi Dhamma. Tapi pengen juga membahas (lebih tepatnya, saya ingin bertanya) di forum ini.

1. Apakah pada zaman Sang Buddha ada aktivitas chanting/baca paritta baik untuk para anggota Sangha ataupun umat perumah tangga?

demikian yang pernah saya baca dari sutta pali terjemahan, tidak ada

Quote
2. Di bagian kata pengantar buku Paritta terbitan STI yang saya miliki, ada dituliskan seperti ini:
Di buku teks sekolah pelajaran Agama Buddha pun ada diajarkan seperti itu.

Apakah hal tersebut ada dalam Tipitaka?

demikian yang pernah saya baca dari sutta pali terjemahan, tidak ada

Quote
3. Beberapa patha/gatha seperti pubbabhaganamakara (namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa), namakara patha, dsb.; itu diajarkan Sang Buddha atau belakangan muncul?

pubbabhaganamakara adalah penghormatan yang diberikan kepada Sang Bhagava
dan kata2 ini sudah ada pada jaman Buddha.

Quote
4. Apa member DC di sini rutin membaca paritta setiap hari?

Terima kasih sebelumnya  ^:)^

jika penasaran dan ingin tahu para member DC setiap hari ada baca paritta atau tidak baca paritta, tentunya anda harus buat polling :)
« Last Edit: 22 May 2013, 05:37:41 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #2 on: 22 May 2013, 08:07:52 AM »
Mungkin topik ini sudah sering dibahas di vihara-vihara atau saat diskusi Dhamma. Tapi pengen juga membahas (lebih tepatnya, saya ingin bertanya) di forum ini.

1. Apakah pada zaman Sang Buddha ada aktivitas chanting/baca paritta baik untuk para anggota Sangha ataupun umat perumah tangga?

tidak ada catatan mengenai hal ini, tapi saya menyimpulkan tidak ada

Quote
2. Di bagian kata pengantar buku Paritta terbitan STI yang saya miliki, ada dituliskan seperti ini:
Di buku teks sekolah pelajaran Agama Buddha pun ada diajarkan seperti itu.

Apakah hal tersebut ada dalam Tipitaka?


jika ritual spt itu tidak dijelaskan dalam Pitaka, bagaimana mungkin ada dijelaskan bagaimana cara melakukannya?

Quote
3. Beberapa patha/gatha seperti pubbabhaganamakara (namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa), namakara patha, dsb.; itu diajarkan Sang Buddha atau belakangan muncul?

beberapa paritta/gatha memang sudah ada sejak masa Sang Buddha, sebagian berasal dari Sang Buddha, dan sebagian berasal dari para Arahat, sebagian lagi gubahan para bhikkhu masa kini.

Quote
4. Apa member DC di sini rutin membaca paritta setiap hari?

Terima kasih sebelumnya  ^:)^


tidak tahu dengan para member lain, tapi saya pribadi  rutin setiap hari .... tidak

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #3 on: 22 May 2013, 07:23:42 PM »
Dari Milinda Panha, teks Pali belakangan yang kemudian dimasukkan dalam Khuddaka Nikaya di Myanmar:

14. Perlindungan dari Kematian
“Dikatakan oleh Sang Buddha, ‘Tidak di langit, tidak di tengah samudera, tidak di celah gunung yang paling terpencil, tidak di seluruh dunia yang luas ini dapat ditemukan tempat di mana orang dapat lolos dari jerat kematian.”10 Tetapi sebaliknya, syair perlindungan (Paritta) diberikan oleh Sang Buddha untuk melindungi mereka yang berada di dalam bahaya. Jika tidak ada jalan untuk menghindari kematian maka upacara Paritta itu tidak ada gunanya.”
“Syair-syair Paritta, O baginda, dimaksudkan bagi mereka yang masih mempunyai sisa porsi kehidupan. Tidak ada upacara maupun sarana buatan yang dapat memperpanjang kehidupan seseorang yang jangka waktu kehidupannya telah habis.”
“Tetapi, Nagasena, jika orang yang faktor-faktor kehidupannya masih ada akan tetap hidup, dan orang yang tidak rnemiliki faktor-faktor itu tadi akan mati, maka baik obat maupun Paritta sama-sama tidak ada gunanya.”
“Apakah baginda telah pernah melihat atau mendengar kasus suatu penyakit yang dapat disembuhkan oleh obat?”
“Ya, ratusan kali.”
“Kalau demikian, pernyataan baginda tentang tidak-mujarabnya Paritta dan obat pastilah salah.”
“Yang Mulia Nagasena, apakah Paritta merupakan perlindungan bagi setiap orang?”
“Hanya bagi beberapa, bukan bagi setiap orang. Ada tiga alasan di mana Paritta tidak bekerja:
1. Halangan karena karma masa lalu;
2. Halangan karena kekotoran batin masa kini, dan
3. Halangan karena kurangnya keyakinan.
Paritta yang merupakan perlindungan bagi para makhluk akan kehilangan kekuatannya karena cacat mereka sendiri.”
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #4 on: 22 May 2013, 08:31:56 PM »
Mungkin topik ini sudah sering dibahas di vihara-vihara atau saat diskusi Dhamma. Tapi pengen juga membahas (lebih tepatnya, saya ingin bertanya) di forum ini.

1. Apakah pada zaman Sang Buddha ada aktivitas chanting/baca paritta baik untuk para anggota Sangha ataupun umat perumah tangga?


2. Di bagian kata pengantar buku Paritta terbitan STI yang saya miliki, ada dituliskan seperti ini:
Di buku teks sekolah pelajaran Agama Buddha pun ada diajarkan seperti itu.

Apakah hal tersebut ada dalam Tipitaka?

3. Beberapa patha/gatha seperti pubbabhaganamakara (namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhasa), namakara patha, dsb.; itu diajarkan Sang Buddha atau belakangan muncul?

4. Apa member DC di sini rutin membaca paritta setiap hari?

Terima kasih sebelumnya  ^:)^


1. Sang Buddha rutin menerima dana makanan dari umat, disanalah aktivitas pembacaan paritta, yang diberikan dalam bentuk Dhamma desana, dimana paritta yang kita baca ini adalah dhamma yang dibabarkan sang Buddha baik dalam pembabaran dhamma kepada umat perumah tangga atau anggota sangha. Sehingga itulah aktivitas  paritta.


Sebagai contoh: Ada Paritta Makakassapa Bhojanga itu diberikan sendiri langsung kepada Maha Kassapa dari Sang Buddha sewaktu Maha Kassapa sakit, juga ada dikisahkan di jaman Sang Buddha ada anak yg seharusnya mati setelah berusia seminggu,kemudian sang Buddha minta kepada orang tua untuk melakukan pembacaan paritta nonstop selama 7hr 7mlm, maka anak itu akan selamat, itulah awal mulanya Sutta Atanatiya, tradisi ini masih dilakukan oleh negara Sri Lanka pembacaan paritta nonstop semalam suntuk (bagi yang kaya bisa 3-7 hr nonstop), dll msh banyak kok contohnya. Jadi pembacaan paritta sudah ada sejak jaman Sang Buddha.


2. Syarat kekuatan paritta itu tidak tercantum dalam Tipitaka.


3. Tidak diajarkan sang Buddha tapi dilakukan oleh seorang umat perumah tangga yang ketika jatuh seketika mengucapkan gatha tsb, padahal kakak dia 3 orang adalah pengikut Nigantha, sehingga dia dianggap pengkhianat keluarga, setelah kakak2 nya diajak mengikuti dhamma desana Sang Buddha segera mencapai tingkat kesucian dan minta ditahbiskan menjadi Bhikkhu (sory lupa nama umat perumah tangga ini).


4. Saya tidak rutin (stlh sahabat sy mengirim pesan terakhirnya bahwa bukan membaca Paritta yang menyelamatkan kita tapi perbuatan kita selama hidup)
« Last Edit: 22 May 2013, 08:37:15 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #5 on: 22 May 2013, 10:23:27 PM »
Terima kasih buat jawaban-jawabannya. Sesuai saran dari bro adi lim, saya sudah buat poll-nya, silakan di-poll :D

Nah jika di zaman Sang Buddha memang tidak ada ritual/upacara khusus chanting, mengapa bisa muncul kebiasaan seperti ini?

Quote
3. Tidak diajarkan sang Buddha tapi dilakukan oleh seorang umat perumah tangga yang ketika jatuh seketika mengucapkan gatha tsb, padahal kakak dia 3 orang adalah pengikut Nigantha, sehingga dia dianggap pengkhianat keluarga, setelah kakak2 nya diajak mengikuti dhamma desana Sang Buddha segera mencapai tingkat kesucian dan minta ditahbiskan menjadi Bhikkhu (sory lupa nama umat perumah tangga ini).

Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika? :)

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #6 on: 23 May 2013, 06:13:22 AM »
4. Saya tidak rutin (stlh sahabat sy mengirim pesan terakhirnya bahwa bukan membaca Paritta yang menyelamatkan kita tapi perbuatan kita selama hidup)

Yang terakhir ini gw setuju  :jempol:
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline bluppy

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.163
  • Reputasi: 65
  • Gender: Female
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #7 on: 23 May 2013, 09:00:43 AM »
« Last Edit: 23 May 2013, 03:46:28 PM by Sumedho »

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #8 on: 24 May 2013, 07:30:00 PM »
Yang terakhir ini gw setuju  :jempol:

Makasih bro  ;D
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #9 on: 24 May 2013, 07:38:59 PM »
Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika? :)
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23969.0.html

Makasih sis Bluppy udah dibantu jawab, tapi kalo saya tidak salah tangkap yang ditanyakan dari bro Wei adalah kisah si umat perumah tangga yang memuliakan nama Sang Buddha dengan mengucap gatha : "Namo tassa bhagavato arahato samma sambuddhassa"

 [at] bro Wei,
Untuk kisah itu dulu ada di thread lama, yang ada gambarnya bro Virya (Adhitthana) yang cerita bergambar sang Buddha bersama 3 brahmana muda sedang diskusi di dalam air dengan 3 kendi. bentar ya saya cari dulu kisah itu.
I'm an ordinary human only

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #10 on: 24 May 2013, 08:51:57 PM »
wah, yang poll tidak pernah membaca paritta 100 %...
Jujur tapi menyakitkan.. :))
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #11 on: 24 May 2013, 09:13:41 PM »
wah, yang poll tidak pernah membaca paritta 100 %...
Jujur tapi menyakitkan.. :))
Karena memang kenyataan tidak selalu indah  ;D
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #12 on: 24 May 2013, 09:18:46 PM »
Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika? :)
[at] bro Wei,
Untuk kisah itu dulu ada di thread lama, yang ada gambarnya bro Virya (Adhitthana) yang cerita bergambar sang Buddha bersama 3 brahmana muda sedang diskusi di dalam air dengan 3 kendi. bentar ya saya cari dulu kisah itu.
[at] bro Wei,
sory sekali ternyata ini udah sy cari link nya belum ketemu, saya ingat sekali itu ada dalam kisah sang Buddha dalam gambar dari bro Virya (Adhitthana), thread lama, tapi kok kisah dalam gambar itu sekarang ga ketemu ya? siapa yang bisa bantu mohon dibantu link kisah dalam gambar postingannya bro Addhitthana. thanks.  :)
I'm an ordinary human only

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #14 on: 24 May 2013, 09:29:22 PM »
wah, yang poll tidak pernah membaca paritta 100 %...
Jujur tapi menyakitkan.. :))

Benar2 "Theravadin" sejati ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #15 on: 24 May 2013, 09:30:56 PM »
kan jaman kemunduran dhamma,, hehee, cpddd
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #16 on: 24 May 2013, 09:33:42 PM »
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17854.msg289839.html#msg289839
 ;D
[at] bro will_i_am makasih ya bro, udah lama sekali nyari thread ini ga ketemu, skrg jd ketemu berkat dibantu ama bro, tp ga bs ngasih GRP sory ya bro  ;D

Ada kisah versi full-nya gak sis Shasika? :)
Ada kisahnya di thread bro Virya kisah dalam gambar tentang riwayat sang Buddha, sayang sekali gambar2 itu sudah menghilang tidak ada lagi dalam thread, yang tersisa hnya tulisan 'spoiler' aja tapi ga bisa dibuka lagi gambarnya, sayang sekali, coba anda buka link ini ya : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17854.msg302351.html#msg302351
I'm an ordinary human only

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #17 on: 24 May 2013, 09:36:19 PM »
shasika ini fb na siska meipanda ??
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #18 on: 24 May 2013, 09:46:05 PM »
shasika ini fb na siska meipanda ??

BUKAN sis gryn_tea  ;)
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #19 on: 24 May 2013, 09:47:16 PM »
I'm an ordinary human only

Offline gryn tea

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.203
  • Reputasi: 34
  • Gender: Female
  • SABBE SANKHARA ANICCA
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #20 on: 24 May 2013, 09:47:32 PM »
ciyuzzz...
miapah??? :ngomel:
Bagaikan sekuntum bunga yang indah tetapi tidak berbau harum; demikian pula akan tdk b'manfaat kata-kata mutiara yg diucapkan oleh org yg tdk melaksanakannya

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #21 on: 24 May 2013, 09:52:32 PM »
Nah jika di zaman Sang Buddha memang tidak ada ritual/upacara khusus chanting, mengapa bisa muncul kebiasaan seperti ini?

Ada kisah awal mulanya chanting mulai sejak jaman sang Buddha yaitu dalam kisah Khanda Sutta, http://www.pirithpotha.com, sedang khanda Paritta nya ada disini http://www.bbcid.org/index.php?option=com_content&view=article&id=541&Itemid=66
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #22 on: 24 May 2013, 09:57:51 PM »
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #23 on: 24 May 2013, 10:25:13 PM »
ciyuzzz...
miapah??? :ngomel:

Ciyus kok....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #24 on: 25 May 2013, 12:11:48 AM »
[at]sis Shasika: makasih tentang kisah "namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa"-nya, saya coba googling juga deh :)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #25 on: 25 May 2013, 05:35:29 AM »
Terima kasih buat jawaban-jawabannya. Sesuai saran dari bro adi lim, saya sudah buat poll-nya, silakan di-poll :D


sudah  _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #26 on: 05 June 2013, 09:44:28 PM »
[at]sis Shasika: makasih tentang kisah "namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa"-nya, saya coba googling juga deh :)

sama2 bro, sory jika kurang memuaskan.  ;D
I'm an ordinary human only

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #27 on: 06 June 2013, 08:50:59 PM »
Ada kisah awal mulanya chanting mulai sejak jaman sang Buddha yaitu dalam kisah Khanda Sutta, http://www.pirithpotha.com, sedang khanda Paritta nya ada disini http://www.bbcid.org/index.php?option=com_content&view=article&id=541&Itemid=66

Khanda paritta ini terdapat dalam Anguttara Nikaya, yaitu AN 4:67, Dalam sutta ini Sang Buddha menginstruksikan agar para bhikkhu meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Sang Buddha tidak menginstruksikan agar para bhikkhu menchant syair penutup sutta itu.

Quote
67 (7) Ular

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Pada saat itu, di Sāvatthī, seorang bhikkhu tertentu digigit oleh seekor ular dan tewas.<758> Kemudian sejumlah bhikkhu mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata: “Bhante, seorang bhikkhu tertentu di sini di Sāvatthī digigit ular dan tewas.”

[Sang Bhagavā berkata:] “Pasti, para bhikkhu, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular<759> dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas. Apakah empat ini? Keluarga kerajaan ular virūpakkha, Keluarga kerajaan ular erāpatha, Keluarga kerajaan ular chabyāputta, dan Keluarga kerajaan ular gotamaka hitam. Pasti, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas.

“Aku menginstruksikan kalian, para bhikkhu, untuk meliputi keempat keluarga kerajaan ular ini dengan pikiran cinta kasih, demi keamanan, keselamatan, dan perlindungan kalian.”

   Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular virūpakkha;
   Pada ular-ular erāpatha aku memiliki cinta kasih.
   Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular chabyāputta;
   Pada ular-ular gotamaka hitam aku memiliki cinta kasih.

   Aku memiliki cinta kasih pada makhluk-makhluk tanpa kaki;
   Pada mereka yang berkaki dua aku memiliki cinta kasih. [73]
   Aku memiliki cinta kasih pada mereka yang berkaki empat;
   Pada mereka yang berkaki banyak aku memiliki cinta kasih.

   Semoga makhluk-makhluk tanpa kaki tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki dua;
   Semoga makhluk-makhluk berkaki empat tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki banyak.

   Semoga semua makhluk, semua benda hidup,
   Semua penghuni dunia, semuanya,
   Mengalami keberuntungan;
   Semoga tidak ada hal buruk menimpa siapa pun.

Sang Buddha adalah tidak terbatas, Dhamma adalah tidak terbatas, Saṅgha adalah tidak terbatas; binatang-binatang melata, ular, kalajengking, lipan, laba-laba, kadal, dan tikus adalah terbatas. Aku telah membuat pengamanan, aku telah membuat perlindungan. Semoga makhluk-makhluk menjauh. Aku memberi hormat kepada Sang Bhagavā, hormat kepada tujuh Yang Tercerahkan Sempurna.<760>


Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #28 on: 06 June 2013, 10:15:16 PM »
Pernah gak, Buddha mengajarkan umat/para bhikkhu untuk chanting? (secara theravada)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #29 on: 06 June 2013, 10:38:20 PM »
Pernah gak, Buddha mengajarkan umat/para bhikkhu untuk chanting? (secara theravada)

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24210.0.html

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #30 on: 06 June 2013, 10:54:11 PM »
Kalau gak salah ingat, pernah baca mengenai kisah Ratana Sutta, katanya saat itu terjadi wabah, lalu Buddha membaca gatha atau apalah (yg kini jadi paritta Ratana Sutta di buku paritta) sambil percikin air ke sekeliling kota, lalu wabah tersebut menghilang.

Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #31 on: 07 June 2013, 08:06:24 AM »
Khanda paritta ini terdapat dalam Anguttara Nikaya, yaitu AN 4:67, Dalam sutta ini Sang Buddha menginstruksikan agar para bhikkhu meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Sang Buddha tidak menginstruksikan agar para bhikkhu menchant syair penutup sutta itu.

Gw setuju bahwa perlu juga menelusuri suatu tradisi atau tindakan buddhis ke dhamma vinaya (tipitaka) yg diajarkan Sang Buddha.  Hanya saja kalau tindakan ini dilakukan secara saklek dan leterleks (harus persis kata demi katanya) , maka hampir tidak ada bedanya dengan kaum funda agama lain yg berpegang ke text tertulis secara persis kata demi kata. 'Oh, zikir itu haram, ga ada di kitab suci; oh ziarah kubur itu musrik karena ga ada tertulis seperti itu di kitab", dll.

Seperti melihat orang latihan metta bhavana di vihara di mana praktisi mengucapkan dari mulutnya, "Semoga aku berbahagia, Semoga semua makhluk berbahagia", dst.  Lantas mereka yg berpegang pandangan seperti di atas akan berkomentar bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan menguncarkan kata2 itu, harus dalam pikiran (metta) saja.

Bahkan tradisi buddhis seperti menguncarkan paritta dan memercikan air pemberkahan pun pernah ada yg mempertanyakan. Apa kalau ikut acara Waisak di vihara Theravada dan kemudian bhikkhu memercikan air pemberkahan kemudian menghindar tidak mau diperciki, karena dianggap bid'ah?  Padahal sudah ada penjelasannya seperti komentar di Ratana Sutta.  Sungguh ironis kalau di kalangan buddhis pun berkembang pemahaman seperti wahabi.

 _/\_



Apakah tidak boleh mengucapkan kata2 ini?
Apakah kata2 ini hanya boleh di dalam hati ?
Apakah sudah mampu untuk meliputi keluarga ular hanya dengan pikiran saja?


Quote
  Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular virūpakkha;
   Pada ular-ular erāpatha aku memiliki cinta kasih.
   Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular chabyāputta;
   Pada ular-ular gotamaka hitam aku memiliki cinta kasih.

   Aku memiliki cinta kasih pada makhluk-makhluk tanpa kaki;
   Pada mereka yang berkaki dua aku memiliki cinta kasih. [73]
   Aku memiliki cinta kasih pada mereka yang berkaki empat;
   Pada mereka yang berkaki banyak aku memiliki cinta kasih.

   Semoga makhluk-makhluk tanpa kaki tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki dua;
   Semoga makhluk-makhluk berkaki empat tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki banyak.

   Semoga semua makhluk, semua benda hidup,
   Semua penghuni dunia, semuanya,
   Mengalami keberuntungan;
   Semoga tidak ada hal buruk menimpa siapa pun.

Sang Buddha adalah tidak terbatas, Dhamma adalah tidak terbatas, Saṅgha adalah tidak terbatas; binatang-binatang melata, ular, kalajengking, lipan, laba-laba, kadal, dan tikus adalah terbatas. Aku telah membuat pengamanan, aku telah membuat perlindungan. Semoga makhluk-makhluk menjauh. Aku memberi hormat kepada Sang Bhagavā, hormat kepada tujuh Yang Tercerahkan Sempurna.
« Last Edit: 07 June 2013, 08:08:49 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #32 on: 07 June 2013, 08:46:39 AM »
Gw setuju bahwa perlu juga menelusuri suatu tradisi atau tindakan buddhis ke dhamma vinaya (tipitaka) yg diajarkan Sang Buddha.  Hanya saja kalau tindakan ini dilakukan secara saklek dan leterleks (harus persis kata demi katanya) , maka hampir tidak ada bedanya dengan kaum funda agama lain yg berpegang ke text tertulis secara persis kata demi kata. 'Oh, zikir itu haram, ga ada di kitab suci; oh ziarah kubur itu musrik karena ga ada tertulis seperti itu di kitab", dll.

Seperti melihat orang latihan metta bhavana di vihara di mana praktisi mengucapkan dari mulutnya, "Semoga aku berbahagia, Semoga semua makhluk berbahagia", dst.  Lantas mereka yg berpegang pandangan seperti di atas akan berkomentar bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan menguncarkan kata2 itu, harus dalam pikiran (metta) saja.

Bahkan tradisi buddhis seperti menguncarkan paritta dan memercikan air pemberkahan pun pernah ada yg mempertanyakan. Apa kalau ikut acara Waisak di vihara Theravada dan kemudian bhikkhu memercikan air pemberkahan kemudian menghindar tidak mau diperciki, karena dianggap bid'ah?  Padahal sudah ada penjelasannya seperti komentar di Ratana Sutta.  Sungguh ironis kalau di kalangan buddhis pun berkembang pemahaman seperti wahabi.

 _/\_



Apakah tidak boleh mengucapkan kata2 ini?
Apakah kata2 ini hanya boleh di dalam hati ?
Apakah sudah mampu untuk meliputi keluarga ular hanya dengan pikiran saja?



sebaliknya bagaimana jika orang2 beranggapan bahwa dengan chanting, mrk menganggap bahwa sudah meliputi keempat keluarga ular dengan cinta kasih, dan suatu saat mungkin terjadi bahwa setelah melakukan pendarasan itu, ia dipatuk ular dan mati? bagaimana anda bisa menjelaskan hal itu kepada mrk?

Jika seseorang tidak mampu meliputi melalui pikiran, apakah ia akan lebih mampu jika melalui ucapan?

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #33 on: 07 June 2013, 02:46:44 PM »
Ada kisah awal mulanya chanting mulai sejak jaman sang Buddha yaitu dalam kisah Khanda Sutta, http://www.pirithpotha.com, sedang khanda Paritta nya ada disini http://www.bbcid.org/index.php?option=com_content&view=article&id=541&Itemid=66
Khanda paritta ini terdapat dalam Anguttara Nikaya, yaitu AN 4:67, Dalam sutta ini Sang Buddha menginstruksikan agar para bhikkhu meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Sang Buddha tidak menginstruksikan agar para bhikkhu menchant syair penutup sutta itu.
Thanks bro Indra, memang benar terdapat di AN.4:67  ;D
Saya memberikan link itu untuk bro Wei sebagai info bahwa apa aja paritta yang diberikan oleh sang Buddha kepada kita yang dapat melindungi kita dari mara bahaya. Di link tsb dijelaskan bhw khanda paritta adalah awal mula paritta diberikan kepada para Bhikkhu yang dapat melindungi dari gigitan ular (**MAAF, kamma tetap akan bekerja sesuai semestinya, bila memang kita harus mati digigit ular ya tetap saja mati walau baca paritta itu). Sehingga kebiasaan itu diteruskan dari generasi ke generasi hingga sekarang.

Quote
According to the discourses, the first instance that we come to where the Buddha has delivered a discourse, as a 'discourse of protection', is the Khanda Sutta (discourse on aggregates) of Cullavagga in the code of discipline. The Buddha has delivered this, according to the story behind the discourse, that once when a snake bit a certain monk, he died. The Buddha admonished the monks to extend loving thoughts to all the four royal clans of snakes. He further said, "If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
The Buddha has delivered many different discourses in such a manner to promote protection from illnesses, fear, and danger. We can understand that they are very powerful discourses; such as, the discourse of the Banner Protection (Dhajagga sutta), The Jewel discourse (Ratana Sutta), the discourses of the Factors of Enlightenment (Bojjhanga Suttas), the discourse on the Protection of the Peacock (Moraparitta Sutta), and the Atanatiya Sutta. The erudite monks of Sri Lanka, circa 1235 AD, compiled some of these discourses delivered by the Buddha and such Enlightened Ones as: The Venerable Sariputta and Moggallana, besides others. This compilation is called, "The Book of Protection" (Piruvana pothvahanse).
« Last Edit: 07 June 2013, 02:51:33 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #34 on: 07 June 2013, 02:54:53 PM »
Kalau gak salah ingat, pernah baca mengenai kisah Ratana Sutta, katanya saat itu terjadi wabah, lalu Buddha membaca gatha atau apalah (yg kini jadi paritta Ratana Sutta di buku paritta) sambil percikin air ke sekeliling kota, lalu wabah tersebut menghilang.

Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?

Theravada mempercayai hal ini terbukti hingga kini hal ini masih dipelihara dengan baik, para Bhante selalu memerciki air keliling seluruh umat dalam Vihara untuk memberkati mereka. Kemarin saya datang ke Waisak diperciki oleh Bhante Sila yang baca Paritta Bhante Joti (Mendut).
I'm an ordinary human only

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #35 on: 07 June 2013, 03:06:25 PM »
Thanks bro Indra, memang benar terdapat di AN.4:67  ;D
Saya memberikan link itu untuk bro Wei sebagai info bahwa apa aja paritta yang diberikan oleh sang Buddha kepada kita yang dapat melindungi kita dari mara bahaya. Di link tsb dijelaskan bhw khanda paritta adalah awal mula paritta diberikan kepada para Bhikkhu yang dapat melindungi dari gigitan ular (**MAAF, kamma tetap akan bekerja sesuai semestinya, bila memang kita harus mati digigit ular ya tetap saja mati walau baca paritta itu). Sehingga kebiasaan itu diteruskan dari generasi ke generasi hingga sekarang.


Quote
According to the discourses, the first instance that we come to where the Buddha has delivered a discourse, as a 'discourse of protection', is the Khanda Sutta (discourse on aggregates) of Cullavagga in the code of discipline. The Buddha has delivered this, according to the story behind the discourse, that once when a snake bit a certain monk, he died. The Buddha admonished the monks to extend loving thoughts to all the four royal clans of snakes. He further said, "If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
The Buddha has delivered many different discourses in such a manner to promote protection from illnesses, fear, and danger. We can understand that they are very powerful discourses; such as, the discourse of the Banner Protection (Dhajagga sutta), The Jewel discourse (Ratana Sutta), the discourses of the Factors of Enlightenment (Bojjhanga Suttas), the discourse on the Protection of the Peacock (Moraparitta Sutta), and the Atanatiya Sutta. The erudite monks of Sri Lanka, circa 1235 AD, compiled some of these discourses delivered by the Buddha and such Enlightened Ones as: The Venerable Sariputta and Moggallana, besides others. This compilation is called, "The Book of Protection" (Piruvana pothvahanse).

"If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #36 on: 07 June 2013, 03:36:24 PM »
"If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
bukan karna parittanya, tapi karna pikiran cinta kasihnya?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #37 on: 07 June 2013, 05:13:08 PM »
sebaliknya bagaimana jika orang2 beranggapan bahwa dengan chanting, mrk menganggap bahwa sudah meliputi keempat keluarga ular dengan cinta kasih, dan suatu saat mungkin terjadi bahwa setelah melakukan pendarasan itu, ia dipatuk ular dan mati? bagaimana anda bisa menjelaskan hal itu kepada mrk?

Ada beberapa hal paritta yg dibacakan tidak mampu mencapai hasilnya:
- Kurang keyakinan
- Akibat karma buruk (yg harus berbuah)
- ..... dst.
(pernah dibahas di DC tapi gw lupa linknya  :))

Artinya penguncaran paritta memang tidak menjanjikan hal yg pasti, karena sebab2 di atas.  Seandainya ia dipatuk ular dan mati meskipun sudah membacakan Khanda paritta, maka penjelasan gw ke mereka seperti itu.

Quote
Jika seseorang tidak mampu meliputi melalui pikiran, apakah ia akan lebih mampu jika melalui ucapan?

Ucapan bisa membantu lebih mengarahkan pikiran, ketimbang hanya pikiran semata.  Contoh seperti orang yg mulai meditasi mengucapkan bud-dho, masuk-keluar, dll.  Hal ini bertujuan untuk membantu, juga sebagai kekuatan sugesti.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #38 on: 07 June 2013, 08:38:21 PM »
Ada beberapa hal paritta yg dibacakan tidak mampu mencapai hasilnya:
- Kurang keyakinan
- Akibat karma buruk (yg harus berbuah)
- ..... dst.
(pernah dibahas di DC tapi gw lupa linknya  :))

Artinya penguncaran paritta memang tidak menjanjikan hal yg pasti, karena sebab2 di atas.  Seandainya ia dipatuk ular dan mati meskipun sudah membacakan Khanda paritta, maka penjelasan gw ke mereka seperti itu.

Ucapan bisa membantu lebih mengarahkan pikiran, ketimbang hanya pikiran semata.  Contoh seperti orang yg mulai meditasi mengucapkan bud-dho, masuk-keluar, dll.  Hal ini bertujuan untuk membantu, juga sebagai kekuatan sugesti.

kalau begitu, dengan kondisi kamma baik berbuah dalam bentuk keselamatan, apakah jika tidak membaca paritta maka orang itu akan dipatuk ular? atau jika dipatuk akan mati?

jika jawabannya merujuk pada kamma, saya pikir tidak ada bedanya antara membaca dan tidak membaca paritta.

saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #39 on: 07 June 2013, 08:47:45 PM »
kalau begitu, dengan kondisi kamma baik berbuah dalam bentuk keselamatan, apakah jika tidak membaca paritta maka orang itu akan dipatuk ular? atau jika dipatuk akan mati?

jika jawabannya merujuk pada kamma, saya pikir tidak ada bedanya antara membaca dan tidak membaca paritta.

saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.
ini menarik..
bukannya kalau apa yang diocehkan akan sync dengan apa yang dipikirkan karena juga telinga mendengar apa yang diocehkan ? otomatis membantu mengarahkan ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #40 on: 07 June 2013, 09:03:53 PM »
ini menarik..
bukannya kalau apa yang diocehkan akan sync dengan apa yang dipikirkan karena juga telinga mendengar apa yang diocehkan ? otomatis membantu mengarahkan ?


mungkin saja, tapi saya lebih cocok dengan tidak mengoceh.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #41 on: 07 June 2013, 09:16:48 PM »
saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.

Itu preferensi anda pribadi.  Kalau lebih suka mingkem ya monggo aja.  Orang lain belum tentu sama dengan anda, dan tidak bisa mengatakan tak berlaku untuk anda berarti juga tak berlaku buat orang lain.

My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #42 on: 07 June 2013, 09:21:28 PM »
Itu preferensi anda pribadi.  Kalau lebih suka mingkem ya monggo aja.  Orang lain belum tentu sama dengan anda, dan tidak bisa mengatakan tak berlaku untuk anda berarti juga tak berlaku buat orang lain.

hal yg sama berlaku sebaliknya, apa yg berlaku bagi para penggemar chanting juga belum tentu berlaku bagi orang2 lain, saya hanyalah salah satu contoh kasus, tapi saya yakin i'm not alone.

Quote
My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.

kalau begitu, semoga ular2 mengerti bahasa pali,

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #43 on: 07 June 2013, 09:33:53 PM »
sebagai informasi untuk Mr. Wei

pada DN 32 Atanatiya Sutta, Sang Buddha secara eksplisit menginstruksikan para bhikkhu agar menghapalkan syair atanatiya itu

Quote
13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghafalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman.’ Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #44 on: 08 June 2013, 09:36:42 AM »

My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.
ini pernah aye alami kok, aye cm diam aja, dan dia tidak menyerang dan tidak mengganggu aye, dia langsung pergi kok.

apakah pake batin?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #45 on: 08 June 2013, 11:00:13 AM »
sebagai informasi untuk Mr. Wei

pada DN 32 Atanatiya Sutta, Sang Buddha secara eksplisit menginstruksikan para bhikkhu agar menghapalkan syair atanatiya itu


ini untuk mahluk asura bukan mahluk hewan
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

 

anything