Kalau mengikuti tradisi kuno, seseorang yang masuk ke tempat keramat demikian bukan hanya harus menggunakan pakaian yang pantas saja, namun ia pun harus melepaskan sandal dan topi mereka. Di Sri Lanka, pengunjung tidak diperbolehkan menggunakan sandal / sepatu dan tetap memakai topi ketika memasuki tempat2 demikian.
Kalau ingat cerita Visakhā yang pergi ke vihara di mana Sang BUddha tinggal, ia malah melepaskan ornamen mahalnya. Jika kita membaca Dhammacetiyasutta dari Majjhimanikaya, ketika Raja Pasenadi menemui Sang Buddha ia terlebih dahulu melepaskan pedang dan turban yang dipakai. Ini semua dilakukan sebagai tanda hormat mereka kepada Sang BUddha. Tempat2 keramat seperti vihara, candi2 termasuk Borobudur dibangun sebagai rasa hormat kepada Sang Buddha. Tempat2 ini adalah simbol Sang BUddha sendiri. Oleh sebab itu, akan lebih bagus jika tradisi kuno masih dipegang sebagai tanda hormat kita ke Sang Buddha.
Mettacittena.