Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Riky_dave on 10 May 2008, 12:08:56 PM

Title: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 10 May 2008, 12:08:56 PM
Tuhan???apakah Didalam agama Buddha Mengenal Tuhan??
Apa definisi Tuhan itu sendiri dlm agama Buddha..
Secara umum definisi org pada kata Tuhan yakni Maha segalanya,penguasa dunia,dll
Tp sang Buddha sendiri pernah berkata..
Takdir kita ditangan kita sendiri...
Gmn??Mohon pendapatnya
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 10 May 2008, 12:42:13 PM
Keknya dah ada tuh thread kayak gini, coba cari lagi. Banyak.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 10 May 2008, 01:02:25 PM
Quote
Tuhan???apakah Didalam agama Buddha Mengenal Tuhan??
Secara umum definisi org pada kata Tuhan yakni Maha segalanya,penguasa dunia,dll

TTTT, No
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 10 May 2008, 01:52:48 PM
Quote
Tuhan???apakah Didalam agama Buddha Mengenal Tuhan??
Secara umum definisi org pada kata Tuhan yakni Maha segalanya,penguasa dunia,dll

TTTT, No

So?????
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 10 May 2008, 02:16:08 PM
Quote
Tuhan???apakah Didalam agama Buddha Mengenal Tuhan??
Secara umum definisi org pada kata Tuhan yakni Maha segalanya,penguasa dunia,dll

TTTT, No

So????
 _/\_

So What gitu loh...
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 10 May 2008, 02:17:11 PM
Quote
Tuhan???apakah Didalam agama Buddha Mengenal Tuhan??
Secara umum definisi org pada kata Tuhan yakni Maha segalanya,penguasa dunia,dll

TTTT, No

So????
 _/\_

So What gitu loh...

Hahahaa.mksdnya gk ada ya definisi tuhan dlm agama bUddha gitu??
Jd cma ada definisi dewa,dewi makhluk laen gt
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 10 May 2008, 02:50:55 PM
lah... kan ga mengenal Tuhan, kok mo didefinisikan lagi?

sejauh yg kutahu, mahkluk yah dalam 31 alam tsb...
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 10 May 2008, 02:57:02 PM
lah... kan ga mengenal Tuhan, kok mo didefinisikan lagi?

sejauh yg kutahu, mahkluk yah dalam 31 alam tsb...
Owh agama Buddha tidak mengenal kata Tuhan yg personal...
Takdir ada ditangan sendiri...
 _/\_ thanks..
Gimana caranya tutup topik ini jika gw da tau jawabannya??? ;D
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: SandalJepit on 10 May 2008, 04:04:55 PM
Tuhan dalam agama Buddha = Saya dan Kamu, saya tuhan dan kamu juga tuhan, yuk jabat tangan..  ;)
Tuhan penentu nasib dalam agama Buddha tidak ada, yang menentukan nasib ya saya dan kamu sendiri.
Tuhan, dalam arti makhluk yang lebih tinggi tingkatannya, dalam agama Buddha disebut dewa dewi
 _/\_



Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sumedho on 10 May 2008, 04:05:28 PM
silahkan klik tombol lock dibagian bawah postingan :)
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 18 May 2008, 06:10:27 PM
Dibuka kembali
_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 24 May 2008, 11:39:01 PM
AFAIK, Buddha Sakyamuni pernah berkata,
"... ada yg tak dilahirkan, tak diciptakan, namun sifatnya mutlak ..."

statement itu kemudian di-interpretasikan sebagai "tuhan", dan kemudian lahirlah sebutan SANG HYANG ADHI BUDDHA / Parama Buddha - utk menyebut istilah "tuhan" dalam Buddhism...

sayang sekali Buddha Sakyamuni tidak membahas lebih detail tentang hal itu..

CMIIW...
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sumedho on 25 May 2008, 06:21:59 AM
Quote
sayang sekali Buddha Sakyamuni tidak membahas lebih detail tentang hal itu..
Sang Buddha tidak membahas karena "nga penting". Hal2x tersebut tidak membawa kita pada pembebasan.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 25 May 2008, 06:57:24 AM
Tadi baru denger dari ce gw, ada pendeta temannya sedang membahas, ati2 terhadap saksi yehova yang semakin merajalela, trus juga sama agama Buddha karena mereka gak mengenal Tuhan, lebih mending agama hindu katanya, mereka punya sesuatu yang di sembah . Done :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Hendra Susanto on 25 May 2008, 07:59:44 AM
Tadi baru denger dari ce gw, ada pendeta temannya sedang membahas, ati2 terhadap saksi yehova yang semakin merajalela, trus juga sama agama Buddha karena mereka gak mengenal Tuhan, lebih mending agama hindu katanya, mereka punya sesuatu yang di sembah . Done :))

dia org gak stabil, pengalaman dulu paman ku bilang islam musuh pas ketemu gw dia bilang islam cs.. skr dia bilang buddha musuh gw bilang aja bukannya jd prospek :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 25 May 2008, 08:31:15 AM
Memang betul bahwa dalam ajaran Sang Buddha tidak ada sosok Pribadi Pencipta alam semesta. Awal mula alam semesta 'tidak seharusnya dipikir-pikir' (acinteyya), kata Sang Buddha.

Namun, membahas masalah "Tuhan" di Indonesia ini sangat penting, karena umat Buddha tidak bisa berada seperti katak di bawah tempurung, tanpa berinteraksi dengan teman-teman non-Buddhis sesama warga negara ini dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu umat Buddha harus belajar bagaimana bicara tentang "Tuhan" dengan umat agama lain.

Nah, di dalam wacana lintas-iman (lintas-agama), masalah "Tuhan" dibahas di seputar dua topik metafisikal khusus:

(1) Penciptaan alam semesta;
(2) Nasib & tujuan akhir manusia.


Bagi umat Buddha, topik #1 sudah out, karena Sang Buddha sudah menegaskan bahwa "asal mula alam semesta tidak seharusnya dipikir-pikir." Ini bisa kita katakan secara tegas kepada umat agama lain, agar pembicaraan tentang "Tuhan" tidak bertele-tele di seputar topik #1 ini.

Tentang topik #2, nasib & tujuan akhir manusia, Dhamma yang diajarkan Sang Buddha justru berpusat di seputar topik ini. Oleh karena itu, umat Buddha harus & dapat berdialog dengan umat agama lain tentang "Tuhan" dari aspek topik #2 ini.

Harap diingat, pembicaraan tentang "Tuhan" secara lintas-agama bukanlah bermaksud untuk mencari-cari dan memaksakan satu konsep "Tuhan" yang bisa diterima oleh semua pihak--yang adalah mustahil. Pembicaraan tentang "Tuhan" secara lintas-agama dimaksudkan untuk saling mengenal kepercayaan/iman masing-masing pihak, tanpa niat menyalahkan dan melecehkan satu sama lain--ini yang sayang sekali sering dilakukan oleh semua pihak di internet--tidak terkecuali oleh umat Buddha sendiri--sesuatu yang mereka sendiri tidak berani melakukannya secara nyata dengan tetangganya yang berbeda agama.

Nah, sebelum membahas "Tuhan" dari aspek topik #2 di atas, mari kita menjelajahi sebentar bagaimana pengertian "Tuhan" di berbagai agama:

* di agama-agama monoteistik, "Tuhan" adalah sosok PRIBADI yang sekaligus Pencipta alam semesta dan Penguasa nasib manusia.

* di agama Hindu situasinya agak rumit, karena agama Hindu terdiri dari berlapis-lapis kepercayaan, pemahaman dan perilaku keagamaan. Yang paling dalam disebut paham Advaita (monisme, bukan-serba-dua); di sini prinsip yang terdalam dari eksistensi ini disebut Brahman, yang tunggal tapi tak terkatakan. Brahman ini ada di alam semesta; dan Brahman ini ada pula di dasar batin manusia (disebut Atman). Apabila manusia menembus kenyataan bahwa Atman di dasar batinnya itu IDENTIK dengan Brahman, maka orang tersebut dikatakan mencapai 'moksha' (musnah, yang musnah adalah dirinya/ahamkara); ini paralel dengan pengertian 'mencapai nibbana' dalam Buddhisme; 'nibbana' = padam, yang padam adalah aku/atta.

Dalam masyarakat Hindu ada pengertian keagamaan yang lain dengan pengertian 'Brahman/Atman" di atas; yaitu pengertian adanya banyak dewa, seperti Brahma, Wisnu, Syiwa dst. Biasanya setiap keluarga Hindu mempunyai satu dewa (di antara dewa yang banyak itu) yang dipuja sebagai pelindung keluarga; dewa seperti itu dinamakan 'ishta-devata' (dewa pribadi) - jadi keluarga A bisa memuja Syiwa saja, keluarga B bisa memuja Wisnu saja, dst.

Nah, mengingat beraneka ragamnya konsep-konsep tentang "Tuhan", khususnya dalam kaitan dengan topik #2 (nasib & tujuan akhir manusia), di dalam berbagai agama, maka dalam pembahasan tentang "Tuhan" secara lintas agama, ada satu pengertian filosofis yang sering kali digunakan sebagai titik tolak pembandingan (komparasi). Pengertian filosofis itu adalah SUMMUM BONUM (The Highest Good). Pengertian inilah yang dipakai untuk mengkaji dan membandingkan: apakah Summum Bonum di agama-agama monoteistik, apakah Summum Bonum di agama Hindu, apakah Summum Bonum di agama Buddha, dst. Jelas Summum Bonum satu agama tidak boleh ditabrakkan dengan Summum Bonum agama lain; bukan itu maksud wacana lintas-agama.

Bahkan di dalam satu agama pun, Summum Bonum satu kelompok umat mungkin berbeda sedikit atau banyak dari Summum Bonum kelompok lain dalam agama yang sama. Misalnya, Summum Bonum kebanyakan umat Islam & Keristen adalah "NAIK KE SORGA, duduk di sebelah kanan Allah." Tetapi di kalangan mistikal kedua agama itu, Summum Bonum para pertapa/pemeditasinya adalah "MENYATU dengan Tuhan". Tidak sama, kan.

Bagaimana dengan Summum Bonum umat Buddha? Di sini pun kita melihat beberapa pemahaman yang berbeda. Di kalangan Theravada, Summum Bonum-nya adalah "mencapai nibbana, menjadi arahat". Di kalangan Mahayana, Summum Bonum-nya adalah "menjadi Bodhisattva". Di kalangan Vajrayana, Summum Bonum-nya adalah "mencapai Kebuddhaan dalam hidup ini juga". Di kalangan Zen, Summum Bonum-nya adalah "mencapai satori, melihat apa adanya." Di kalangan aliran Sukhavati, Summum Bonum-nya adalah "lahir di alam Sukhavati bersama Buddha Amitabha (dan mencapai pembebasan di situ)."

Yang menarik dari aliran Sukhavati adalah paralelismenya dengan Agama Katholik Roma. Mohon diingat, 'paralel' bukan berarti 'sama' atau 'identik', melainkan kemiripan fungsi. Misalnya Buddha Amitabha paralel dengan Allah Bapa; Bodhisattva Avalokitesvara paralel dengan Yesus Kristus. Keparalelan yang besar ini telah memicu suatu dialog yang panjang di beberapa situs di internet. Para bhiksu aliran Sukhavati berdialog dengan para Romo Katholik dengan sangat menarik. Situs-situs internet itu bukan milis di mana setiap orang boleh bicara semaunya, melainkan forum-forum diskusi, seminar dsb yang diadakan oleh beberapa universitas di California, Hawai dan Jepang. Jadi di situ tidak ada saling menghujat dan saling melecehkan, sebagaimana sering kita baca di berbagai milis Budhhis dan Keristen.

Nah, kembali kepada masalah Summum Bonum (saya tidak menyebut "Tuhan" karena istilah "Tuhan" itu sudah memihak kepada salah satu pihak dan membuat pihak lain terpaksa menolaknya), saya ingin mengemukakan pendapat pribadi sebagai seorang yang dibesarkan dalam tradisi Theravada. Di atas telah saya katakan, Summum Bonum dalam aliran Theravada adalah "mencapai nibbana". Kata 'nibbana' itu menunjukkan peristiwanya atau keadaannya. Tapi dari segi ontologi (menjawab pertanyaan "apa yang ada di situ?"), saya melihat bahwa sabda Sang Buddha dalam Udana 8.3, menunjukkan ontologi dari peristiwa atau keadaan 'nibbana'. Di situ Sang Buddha berkata: "Para bhikkhu, ada yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbuat, tak terbentuk ("Atthi, bhikkhave, ajatam akatam abhutam asankhatam ..."); kalau [itu] tidak ada, maka tidak mungkin orang bebas dari yang dilahirkan, tercipta, terbuat, terbentuk ..." -- Menurut hemat saya, kata 'atthi' ('ada') menunjukkan ontologi dari nibbana (apa yang ada/tersisa ketika tercapai pemadaman). Itulah Summum Bonum agama Buddha.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 25 May 2008, 10:52:58 AM
Lapor, tadi aye kasih tulisan pa hudoyo ke cw aye, langsung ditolak, ga mau baca, ga mau nerima :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 25 May 2008, 12:35:40 PM
Lapor, tadi aye kasih tulisan pa hudoyo ke cw aye, langsung ditolak, ga mau baca, ga mau nerima :))

Why??
_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 25 May 2008, 01:54:12 PM
Karena ke fanatikannya, bahwa segala sesuatu itu HARUS ada TUHAN. Titik habis perkara.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 25 May 2008, 04:50:43 PM
Quote
Menurut hemat saya, kata 'atthi' ('ada') menunjukkan ontologi dari nibbana (apa yang ada/tersisa ketika tercapai pemadaman). Itulah Summum Bonum agama Buddha.

pernah saya baca, nibbana itu 'ada'.
saya rasa disinilah pembeda anatta & nihilisme...
tapi sampai sekarang, dari yg saya dengar & saya baca (karena saya belum mencapai nibbana),
terus terang malah mengarah ke nihilisme...
kata 'nibbana itu ada' menjadi satu misteri (& satu hint) yg tak terpecahkan.

menurut Pak Hud,
apakah yg tersisa itu?
apakah ada yg bukan termasuk dari khanddha?
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 25 May 2008, 05:01:32 PM
Karena ke fanatikannya, bahwa segala sesuatu itu HARUS ada TUHAN. Titik habis perkara.

Jadi gimana tuh, kalo kawin nanti?? ... Pisah ranjang, dong: satu ranjang "umat Tuhan", yang buat Anda ranjang "orang kafir".  ;D  ;D  ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 25 May 2008, 05:18:38 PM
Gak apa2 kok pak, yang saya khan neraka, yang dia surga, jadi saya khan harus masuk surga khan :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 25 May 2008, 05:22:12 PM
ihhh, porno   :)) :)) :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: ryu on 25 May 2008, 05:36:14 PM
:)) :))
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 25 May 2008, 05:51:06 PM
Quote
Menurut hemat saya, kata 'atthi' ('ada') menunjukkan ontologi dari nibbana (apa yang ada/tersisa ketika tercapai pemadaman). Itulah Summum Bonum agama Buddha.

pernah saya baca, nibbana itu 'ada'.

hati-hati mengatakan "nibbana ada". ... :)  Banyak umat Buddha mengatakan, "SAYA ingin MASUK ke nibbana." ... ;D

Ya, tidak mungkin ... karena bila nibbana tercapai, SAYA tidak ada lagi. ... "Saya tidak ada lagi" inilah yang secara instinktif ditolak dalam hati oleh banyak umat Buddha. ... Padahal sering kali Sang Buddha wanti-wanti, dalam batin seorang Arahat tidak ada lagi pikiran "ini milikku, ini aku, ini diriku".


Quote
saya rasa disinilah pembeda anatta & nihilisme...

Yang membedakan anatta dari nihilisme adalah Udana 8.3 tadi.


Quote
tapi sampai sekarang, dari yg saya dengar & saya baca (karena saya belum mencapai nibbana),
terus terang malah mengarah ke nihilisme...

Mohon, bisakah Rekan Tesla menampilkan satu saja contoh di mana nibbana ditampilkan "mengarah pada nihilisme"? ;)

Yang sering saya baca kok malah sebaliknya, sering saya melihat nibbana ditampilkan sebagai eternalisme, seolah-olah si aku ini tetap ada dan bersemayam di dalam nibbana.


Quote
kata 'nibbana itu ada' menjadi satu misteri (& satu hint) yg tak terpecahkan.

Di satu pihak dikatakan "nibbana ada", di lain pihak dikatakan "ketika nibbana tercapai, aku tidak ada lagi". ... Memang "tidak dapat dipecahkan" ... oleh PIKIRAN, karena pikiran ini bersifat DUALISTIK dan SELALU MENCIPTAKAN AKU.

Dan memang bukan maksud Sang Buddha agar nibbana itu dipahami oleh pikiran. ... Bukankah Sang Buddha menyatakan bahwa hakikat seorang Buddha (nibbana) itu "tidak seharusnya dipikir-pikir" (acinteyya)?? ... :)


Quote
menurut Pak Hud,
apakah yg tersisa itu?
apakah ada yg bukan termasuk dari khanddha?

Dalam nibbana, khandha masih ada, yang tidak ada adalah kelekatan (upadana) pada khandha itu.
Baru ketika arahat meninggal dunia, maka khandha itu semuanya lenyap.

Apa yang tersisa? ... Yaa, kan sudah dibilang dari awal diskusi ini ... Udana 8.3 ... :)  tapi itu bukan aku lagi (anatta) ... karena aku & pikiran (yg bersumber pada aku) ini sudah padam (nibbuto).

Ini yang secara instinktif sukar diterima oleh umat Buddha ... lalu dikatakannya 'nihilisme' ... padahal bukan nihilisme. ...

Nihilisme adalah kalau Anda mengatakan "N'atthi ajatam, akatam, abhutam, asankhatam" ("Tidak ada yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbuat, tak terbentuk") pada saat nibbana tercapai.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 25 May 2008, 07:54:45 PM
hati-hati mengatakan "nibbana ada". ... :)  Banyak umat Buddha mengatakan, "SAYA ingin MASUK ke nibbana." ... ;D
iya, bagi saya sendiri kalimat ini hanya berupa hint dari Buddha yg menegaskan bahwa ada orang seperti saya  :-[ (yg berkebalikan dari orang yg mengatakan 'saya ingin masuk ke nibbana')

Quote
Ya, tidak mungkin ... karena bila nibbana tercapai, SAYA tidak ada lagi. ... "Saya tidak ada lagi" inilah yang secara instinktif ditolak dalam hati oleh banyak umat Buddha. ... Padahal sering kali Sang Buddha wanti-wanti, dalam batin seorang Arahat tidak ada lagi pikiran "ini milikku, ini aku, ini diriku".

Yang membedakan anatta dari nihilisme adalah Udana 8.3 tadi.

yg terus terang saja... Udana 8.3 itu tidak terjangkau oleh pikiran saya.
yg pikiran saya 'yg tidak terlahirkan, tercipta, terbentuk, terbuat...' = 'mana ada, hehehe...'
krn tidak terjangkau, keyakinan saya tidak mantap, alias ada keragu-raguan. apakah saya memiliki arah yg benar...

Quote
Mohon, bisakah Rekan Tesla menampilkan satu saja contoh di mana nibbana ditampilkan "mengarah pada nihilisme"? ;)
maksud saya di sini adalah anupadisesa nibbana, 5 khandha pembentuk sudah tidak ada, jadi bukankah ini artinya 'lenyap?'.

Quote
Ini yang secara instinktif sukar diterima oleh umat Buddha ... lalu dikatakannya 'nihilisme' ... padahal bukan nihilisme. ...

Nihilisme adalah kalau Anda mengatakan "N'atthi ajatam, akatam, abhutam, asankhatam" ("Tidak ada yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbuat, tak terbentuk") pada saat nibbana tercapai.
yah itu dia...
yg tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbuat, tak terbentuk... itu memang tidak terjangkau bagi saya... (tapi bukan saya men-judge itu tidak ada yah...)

_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 26 May 2008, 01:40:34 AM
Quote from: tesla
yg terus terang saja... Udana 8.3 itu tidak terjangkau oleh pikiran saya.
yg pikiran saya 'yg tidak terlahirkan, tercipta, terbentuk, terbuat...' = 'mana ada, hehehe...'
krn tidak terjangkau, keyakinan saya tidak mantap, alias ada keragu-raguan. apakah saya memiliki arah yg benar...

Rekan Tesla, dalam meditasi, kalau Anda meneliti sumber ketidakmantapan, keraguan itu ... ternyata adalah pikiran yang bergerak ...

Kalau pikiran ini kemudian bisa diam, dengan sendirinya, maka heran ... ketidakmantapan, keraguan ini lenyap. ... :)


Quote
maksud saya di sini adalah anupadisesa nibbana, 5 khandha pembentuk sudah tidak ada, jadi bukankah ini artinya 'lenyap?'.

Cobalah bayangkan batin seorang arahat (sekalipun kita tidak mampu membayangkannya sepenuhnya):

Bila Tesla mencapai tingkat arahat ... dalam batin Anda tidak ada lagi Tesla ... yang ada hanya tubuh & batin ini yang akan rusak, tapi tubuh & batin ini bukan Tesla ... bagi Tesla, Tesla telah lenyap ... itulah sebabnya para arahat menyatakan "nibbana adalah kebahagiaan tertinggi".

Bagi seorang arahat, kepadaman itu sudah menjadi kenyataan ketika ia masih hidup ... dalam batinnya TIDAK ADA LAGI PIKIRAN TENTANG MASA DEPAN ... Jadi, tidak ada lagi keraguan tentang anupadisesa-nibbana ... tidak ada keraguan karena tidak ada pikiran ke situ. ... Tidak ada keraguan karena ia melihat Udana 8.3 sekarang, ketika masih hidup

Catatan: uraian di atas cuma logika saya saja, karena saya belum mengalaminya sendiri. ... Tapi logika itu saja sudah berhasil melenyapkan sebagian besar ketidakmantapan, sekalipun tidak total, selama masih ada si aku & pikirannya ini.

Jadi pelajaran yang bisa ditarik: Jangan mikir-mikir tentang anupadisesa-nibbana ... itu acinteyya (tidak seharusnya dipikir-pikir), kata Sang Buddha ... kalau dipikir-pikir, pasti keraguan, ketakutan muncul ...

Alih-alih: amatilah gerak-gerik pikiran Anda pada saat sekarang ... nanti Anda akan mengalami, pikiran yang tidak perlu akan berhenti ... dan yang tersisa adalah pikiran yang betul-betul diperlukan untuk hidup sekarang.  :) 

Kalau ini bukan logika ... tapi pengalaman batin yang nyata. ... ;D

Salam
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 28 May 2008, 01:33:21 PM
_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 28 May 2008, 03:16:30 PM
Anumodana Pak Hud atas postingan artikel ini.
Menarik dan sekaligus dapat mencairkan kebekuan (diskusi tentang tuhan) selama ini.
Jika ingin berdebat tentang eksistensi 'tuhan' maka akan sia2 karena masing2 pihak mempunyai 'gambaran' tersendiri tentang 'tuhan' ini. Mending berdiskusi dengan pijakan SUMMUM BONUM, Realitas / Pencapaian Tertinggi.

Jadi, jika ingin diskusi pertanyaannya adalah: "Apa realitas / pencapaian tertinggi yg diajarkan dalam agamamu?", "Bagaimana jalan untuk mencapai hal tsb?"....
Dengan pertanyaan ini, maka masing2 agama dapat menjabarkan tujauan dan cara untuk mencapai tujuan tsb.... Sy pikir akan lebih sejuk dibanding: "Apa tuhanmu" "Tuhan itu ada apa tidak?"....

----------

Khusus mengenai Nibbana, sy lebih cenderung memilih kata: MEREALISASI NIBBANA.
Jadi, pemahamannya akan lebih nyaman:
~ Yaitu meralisasi suatu keadaan batin yg terbebas dari ketamakan, kebencian dan kebodohan. Suatu keadaan batin yg hening.

::
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: o17co177 on 28 May 2008, 05:00:45 PM
untuk lebih jelasnya liat di pembahasan yang ada sebelumnya.. SSMHB
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 28 May 2008, 05:37:58 PM
Khusus mengenai Nibbana, sy lebih cenderung memilih kata: MEREALISASI NIBBANA.
Jadi, pemahamannya akan lebih nyaman:
~ Yaitu meralisasi suatu keadaan batin yg terbebas dari ketamakan, kebencian dan kebodohan. Suatu keadaan batin yg hening.

::

Terima kasih kembali.

Saya tambahi sedikit kalimat terakhir: "... meralisasi suatu keadaan batin yg terbebas dari ketamakan, kebencian dan kebodohan, juga bebas dari metta, karuna, mudita, upekkha."  :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 28 May 2008, 07:59:14 PM
kurang lebih saya mulai menangkap apa yg pak hud maksud...
metta, karuna, dkk hanyalah konflik bathin lain yg muncul. yg lebih halus...
pada dasarnya juga merupakan produk ketamakan, kebencian & kebodohan...

secara definisinya metta tidak mungkin ada kecuali pada buddha & arahat, yg justru tidak memusingkan metta ...

kalau gitu agama eh ajaran... Buddha ini kosong yah?
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 05:52:16 AM
kurang lebih saya mulai menangkap apa yg pak hud maksud...
metta, karuna, dkk hanyalah konflik bathin lain yg muncul. yg lebih halus...
pada dasarnya juga merupakan produk ketamakan, kebencian & kebodohan...

secara definisinya metta tidak mungkin ada kecuali pada buddha & arahat, yg justru tidak memusingkan metta ...

kalau gitu agama eh ajaran... Buddha ini kosong yah?


Rekan Tesla, ... wah, Anda mulai SADAR ... Inilah PENCERAHAN ... Saya mengucapkan ikut bermudita-citta. :)


Quote
metta, karuna, dkk hanyalah konflik bathin lain yg muncul. yg lebih halus...

Betul sekali ... :) ... Ini tidak dilihat oleh kebanyakan pemeditasi vipassana ... bahkan oleh banyak bhante pembimbing vipassana! ... Anda MELIHATNYA. ... :)


Quote
pada dasarnya juga merupakan produk ketamakan, kebencian & kebodohan...

Betul sekali ... kalau dikejar, dikembangkan, metta, karuna, mudita, upekkha hanya menyimpangkan kita ke alam Brahma ... bukan ke nibbana. :)



Quote
secara definisinya metta tidak mungkin ada kecuali pada buddha & arahat, yg justru tidak memusingkan metta ...

Benar sekali ... Coba lihat, dalam banyak khotbah, sering kali brahma-vihara ini dikontraskan dengan lobha, dosa, moha ... seringkali dikhotbahkan agar umat mengembangkan metta untuk mengatasi dosa. ... Tapi metta seperti itu tidak berbeda dari dosa ... karena kedua-duanya datang dari ATTA ...

Cinta BUKAN lawan dari benci ... kalau cinta disadari sebagai lawan dari benci, maka itu adalah cinta dari si aku ... Cinta dan benci seperti itu tidak lebih dari dua sisi dari mata uang yang sama, yakni si aku ... Berapa banyak umat Buddha, bahkan pemeditasi vipassana, yang menyadari ini?? ...

Lihatlah bagaimana biasanya umat Buddha mengembangkan metta: mengirim metta kepada semua makhluk di kanan, kiri, muka, belakang, atas, bawah ... Apa yang ada di tengah? ... SI AKU ... Ini yang tidak disadari oleh banyak pemeditasi ...

Kalau SI AKU ini disadari ... maka runtuhlah RUANG ... tidak ada lagi kanan, kiri, muka, belakang, atas, bawah ... karena RUANG ADALAH PIKIRAN ...  Janganlah mencoba memikirkan keadaan ini ... tapi bermeditasilah menyadari si aku ... nanti Anda akan MELIHAT sendiri kebenarannya.

Jadi metta Sang Buddha & para arahat BUKANLAH metta yang kita kenal sekarang, ketika si aku masih ada dalam batin ...


Quote
kalau gitu agama eh ajaran... Buddha ini kosong yah?

Betul ... Anda mulai menembus kenyataan dari ANATTA dan SU~N~NATA.

Kalo 'agama' Buddha, sih, rame ... ada "Puja Relik" ... ada "Sejuta Lilin" ... ada "Roy Kathong" dsb dsb. ... dan uang pun mengalir masuk kocek panitia ... ;D

Rekan Tesla, terus terang ketika membaca pertama kali posting Anda di atas, saya merasa mrinding di kuduk saya ... sekali lagi saya mengucapkan turut bermudita-citta.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 29 May 2008, 08:13:53 AM
Quote
kalau gitu agama eh ajaran... Buddha ini kosong yah?

Betul ... Anda mulai menembus kenyataan dari ANATTA dan SU~N~NATA.

Kalo 'agama' Buddha, sih, rame ... ada "Puja Relik" ... ada "Sejuta Lilin" ... ada "Roy Kathong" dsb dsb. ... dan uang pun mengalir masuk kocek panitia ... ;D

Rekan Tesla, terus terang ketika membaca pertama kali posting Anda di atas, saya merasa mrinding di kuduk saya ... sekali lagi saya mengucapkan turut bermudita-citta.

Salam,
hudoyo

Pak Hud, Rekan Tesla,

Mantaps...
Diskusi ini dimulai dari pintu yg berlainan (bukan meditasi, bukan Tipitaka, namun dari ngobrol2 tentang tuhan), tapi pada akhirnya sampai jualah kita ke 'core' ajaran, Sunnata.  ;)
Yah... Setelah ini diperlukan perenungan yg dalam.

Anumodana Frens,
Willi


 _/\_
::
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: dharmavira on 29 May 2008, 09:03:38 AM
ni gw ada dikit pendapat,
dalam agama buddha juga mempercayai tuhan.
tetapai konsep ketuhanan dalam agama buddha lain dari yang lain. Tuhan itu ibarat angka NOL ( 0 ), nol tidak ada nilainya akan tetapi ada angkanya.
Tuhan tidak bisa diartikan dengan kata-kata atau disamakan dengan sifat-sifat manusia, seperti maha pengasih, maha kuasa, maha tau, dll... itu semua penafsiran manusia belaka sehingga sebagian manusia karena Tuhan berperang dan berani mengatasnamakan Tuhan untuk membinasakan orang lain.
Sang Buddha maha bijaksana mengajarkan kepada murid-muridnya untuk melaksanakan ajaran-ajaran kebaikan, dari pada memperdebatkan siapa itu Tuhan, karena itu di dalam Tri Pitaka tidak ada bahasan tentang Tuhan seolah-olah Buddha Dharma tidak percaya akan tuhan.

   
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: nyanadhana on 29 May 2008, 09:20:52 AM
sebaiknya memahami kata 'Tuhan' adalah persona yang diwujudkan dalam agama Monotheistik seperti Yahudi, kr****n, Islam,dan segala macamnya. penggunaan kata ini hanyalah sebatas kata dan tidak bisa dijadikan acuan dalam Buddhisme untuk mengetahui keberadaan persona itu.

Persona "Tuhan" itu dalam Buddhisme dipahami sebagai 'seorang' Brahma yang karena jangka waktu kehidupannya sangat lama,melihat kehancuran dan pembentukan kembali sebuah tata surya maka ia menganggap dirinya sebagai pengendali dari tata surya itu. Hal inilah yang membuat campur tangan sebuah makhluk di dalam dunia ini seperti yang sering terjadi dalam Theistik

Persona Tuhan itu sendiri tentunya tidak digunakan oleh Buddhism , Sang Buddha telah sangat bijaksana menerangkan bahwa semua adalah anicca, datang dan pergi,lenyap dan muncul, bukan berati Sang Buddha itu diam karena tidak tahu, anda boleh lihat berapa banyak korban yang berjatuhan akibat persona "Tuhan" ini.

Perang salib terjadi karena Paus berpikir bahwa dunia ini harus berada dalam satukekuatan Kristiani, begitujuga pihak lawannya, Islam. dilema persona "Tuhan" ini sungguh tidak membawa pencerahan malah menambah Lobha,Dosa,Moha semakin lama semakin tebal.

kalo mau gampang diselaraskan dengan agama Theistik,maka anggaplah Tuhan itu adalah Nibbana,tujuan akhir Buddhism.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sumedho on 29 May 2008, 10:28:30 AM
ni gw ada dikit pendapat,
dalam agama buddha juga mempercayai tuhan.
tetapai konsep ketuhanan dalam agama buddha lain dari yang lain. Tuhan itu ibarat angka NOL ( 0 ), nol tidak ada nilainya akan tetapi ada angkanya.
Tuhan tidak bisa diartikan dengan kata-kata atau disamakan dengan sifat-sifat manusia, seperti maha pengasih, maha kuasa, maha tau, dll... itu semua penafsiran manusia belaka sehingga sebagian manusia karena Tuhan berperang dan berani mengatasnamakan Tuhan untuk membinasakan orang lain.
Sang Buddha maha bijaksana mengajarkan kepada murid-muridnya untuk melaksanakan ajaran-ajaran kebaikan, dari pada memperdebatkan siapa itu Tuhan, karena itu di dalam Tri Pitaka tidak ada bahasan tentang Tuhan seolah-olah Buddha Dharma tidak percaya akan tuhan.

   
IMO sih jangan kita paksakan sebuah konsep tetangga ke dalam Buddhism yg tidak ada konsep itu. Itu akibat kita berusaha mencocok-cocokan. Buntut2xnya jadi pembenaran lagi. So, tidak ada Tuhan selain .... eh salah, Tidak ada Tuhan didalam Buddhism. 

Lebih baik kita bicarakan yg lebih penting dan essensial. Jalan menuju lenyapnya Dukkha.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: EVO on 29 May 2008, 10:32:59 AM
apakah di india di bahas Tuhan juga???
apakah di jaman sang buddha juga kenal ama tuhan
apakah di negara buddhis di bahas juga soal tuhan
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: HokBen on 29 May 2008, 10:44:06 AM
Dulu sh ga tau di India gimana.
Sekarang sejak muslim jadi salah satu yg mayoritas di india, ya mungkin makin ditekankan tuh pentingnya taqwa, ibadah dan iman kapada Tuhan YME.

kalo di indo ya karena kewajiban jadi agama terdaftar itu ada tuhan ya dibikinlah tuhan buddhism.
kalo nggak bisa diserbu tuh ama fpi dkk.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: EVO on 29 May 2008, 10:50:21 AM
tulllllllllllllllll
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: nyanadhana on 29 May 2008, 10:51:59 AM
Dilema Tuhan Pembawa Bencana
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 11:09:46 AM
ni gw ada dikit pendapat,
dalam agama buddha juga mempercayai tuhan.
tetapai konsep ketuhanan dalam agama buddha lain dari yang lain. Tuhan itu ibarat angka NOL ( 0 ), nol tidak ada nilainya akan tetapi ada angkanya.
Tuhan tidak bisa diartikan dengan kata-kata atau disamakan dengan sifat-sifat manusia, seperti maha pengasih, maha kuasa, maha tau, dll... itu semua penafsiran manusia belaka sehingga sebagian manusia karena Tuhan berperang dan berani mengatasnamakan Tuhan untuk membinasakan orang lain.
Sang Buddha maha bijaksana mengajarkan kepada murid-muridnya untuk melaksanakan ajaran-ajaran kebaikan, dari pada memperdebatkan siapa itu Tuhan, karena itu di dalam Tri Pitaka tidak ada bahasan tentang Tuhan seolah-olah Buddha Dharma tidak percaya akan tuhan.

Tanggapan saya terhadap pendapat ini silakan baca di Reply #15 page 2.

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 11:26:03 AM
(1) apakah di india di bahas Tuhan juga???

Mungkin pertanyaannya perlu diubah: "Apakah di India yang dianggap sebagai 'Kebaikan Tertinggi' (Summum Bonum)?"

[Summum Bonum adalah istilah filosofis yang dipakai sebagai landasan untuk bicara tentang "Tuhan" di antara berbagai iman/kepercayaan.]

Di kalangan umat Hindu di India ada beberapa pandangan:

(1) di kalangan mereka yang percaya adanya ribuan dewa-dewa sebagai pribadi, setiap keluarga mempunyai 'dewa keluarga' (disebut 'ishta-devata') yang berbeda-beda yang dipuja sebagai "Kebaikan Tertinggi", misalnya: keluarga A memuja Dewa Wisnu, keluarga B memuja Dewa Syiwa dst. ... tapi itu bukan "Tuhan" seperti pengertian di Islam & Keristen, karena dewa-dewa itu secara sendiri-sendiri bukan Pencipta & Penguasa alam semesta. ... Di India penciptaan, pemeliharaan & pemusnahaan alam semesta dipercaya dilakukan bersama-sama oleh Brahma, Wisnu & Syiwa.

(2) di kalangan mereka yang tidak percaya pada dewa-dewa sebagai pribadi, "Kebaikan Tertinggi" dicapai di dalam 'moksha', ketika si aku (disebut: Ahamkara) ini lenyap. ... Jadi di sini mirip atau paralel dengan Agama Buddha yang mengajarkan 'nibbana'.


Quote
(2) apakah di jaman sang buddha juga kenal ama tuhan

Kalau yang dimaksud "Tuhan" seperti dalam Islam & Keristen, jawabannya: Tidak.
Sang Buddha mengajarkan 'nibbana' sebagai "Kebaikan Tertinggi". ... secara ontologis, 'nibbana' itu dijelaskan sebagaimana tercantum dalam Udana 8.3.


Quote
(3) apakah di negara buddhis di bahas juga soal tuhan

Di negara Buddhis, seperti Thailand & Burma, jawabannya lihat (2).

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Kelana on 29 May 2008, 11:30:26 AM
apakah di india di bahas Tuhan juga???
apakah di jaman sang buddha juga kenal ama tuhan
apakah di negara buddhis di bahas juga soal tuhan

jawaban untuk ketiganya adalah ya
tuhan = issara (Pali) = isvara (sanskerta)
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:33:58 PM
'Issara' yang dibahas dalam agama Buddha itu BUKAN 'Kebaikan Tertinggi', sebagaimana "Tuhan" adalah 'Kebaikan Tertinggi' dalam agama-agama monoteistik. ... Jadi 'issara' tidak bisa begitu saja diterjemahkan sebagai "Tuhan" ke bahasa Indonesia, karena akan menimbulkan kerancuan ... sebaiknya tetap disebut 'issara'/'isvara'.

Dalam Hinduisme, 'ishvara' identik dengan 'ishta-devata', memang dianggap 'Kebaikan Tertinggi' oleh para penganutnya ... tapi tidak dianggap demikian oleh penganut Advaita, yang menampilkan Brahman/Atman sebagai 'Kebaikan Tertinggi'.

Dalam Theravada, kata 'issara' tidak terdapat dalam ajaran Sang Buddha, melainkan dalam ajaran-ajaran lain di luar Buddha-Dhamma.

Menurut Wikipedia, dalam Mahayana istilah 'isvara' digunakan untuk Avalokitesvara; dalam Vajrayana, kata 'isvari' digunakan untuk Shakti yang gendernya perempuan.

Salam,
hudoyo

Dari: Wikipedia

Ishvara (Sanskrit Isvara = "lord, master", from an adjective isvara "capable") is a philosophical concept in Hinduism, meaning controller or the Supreme controller (i.e. 'God') in a monotheistic sense or as an Ishta-deva of monistic thought. Ishvara is also used to denote a "lord" in a temporal sense, as any master or king (a dual usage also found in English).

The term is also used in Buddhism, e.g. in Avalokitesvara, here meaning a powerful (but not omnipotent) being. When referring to Divine as female, particularly in Shaktism, the feminine Isvari is sometimes used.

Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:51:22 PM
kalo di indo ya karena kewajiban jadi agama terdaftar itu ada tuhan ya dibikinlah tuhan buddhism.
kalo nggak bisa diserbu tuh ama fpi dkk.

Buktinya enggak kok ... :)  Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Agama Buddha Theravada di Indonesia (Magabudhi) lahir pada awal 1970an tanpa "Tuhan", tanpa "Sanghyang Adi Buddha", sampai sekarang kok aman-aman saja. ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: nyanadhana on 29 May 2008, 12:53:29 PM
tapi itu Pak,dibangun setelah era Bhante Ashin Jinarakhita kan? jadi pemrintah udah melek namanya agama Buddha ya wajar-wajarin aja.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:56:08 PM
apa yang "dibangun setelah era Bhante Ashin"? ...
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 29 May 2008, 12:56:53 PM
kalo di indo ya karena kewajiban jadi agama terdaftar itu ada tuhan ya dibikinlah tuhan buddhism.
kalo nggak bisa diserbu tuh ama fpi dkk.

Buktinya enggak kok ... :)  Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Agama Buddha Theravada di Indonesia (Magabudhi) lahir pada awal 1970an tanpa "Tuhan", tanpa "Sanghyang Adi Buddha", sampai sekarang kok aman-aman saja. ... :)
Salam,
hudoyo

Nah, inilah yg sy maksud...
Kenapa salah satu perguruan sd saat ini masih mempertahankan kalimat "Semoga mendapat perlindungan dari Shanghyang Adi Buddha/Tuhan YME...." di setiap acara, kebaktian dan awal2 undangan mereka.

::


Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 12:58:46 PM
Nah, inilah yg sy maksud...
Kenapa salah satu perguruan sd saat ini masih mempertahankan kalimat "Semoga mendapat perlindungan dari Shanghyang Adi Buddha/Tuhan YME...." di setiap acara, kebaktian dan awal2 undangan mereka.

::

Ya, itu sudah menjadi ajaran sekte Buddhayana di Indonesia kok ... Ya kita hormatilah ... :)

Salam
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 29 May 2008, 01:03:01 PM
Nah, inilah yg sy maksud...
Kenapa salah satu perguruan sd saat ini masih mempertahankan kalimat "Semoga mendapat perlindungan dari Shanghyang Adi Buddha/Tuhan YME...." di setiap acara, kebaktian dan awal2 undangan mereka.

::

Ya, itu sudah menjadi ajaran sekte Buddhayana di Indonesia kok ... Ya kita hormatilah ... :)

Salam
hudoyo

 Ya Pak, pasti. ;D

Tapi, Summum Bonum-nya jadi kacau lah Pak, Ajaran jadi nggak konsisten lagi.
Umat akan bingung.

::

Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 29 May 2008, 01:11:10 PM
kalo di indo ya karena kewajiban jadi agama terdaftar itu ada tuhan ya dibikinlah tuhan buddhism.
kalo nggak bisa diserbu tuh ama fpi dkk.

Buktinya enggak kok ... :)  Sangha Theravada Indonesia dan Majelis Agama Buddha Theravada di Indonesia (Magabudhi) lahir pada awal 1970an tanpa "Tuhan", tanpa "Sanghyang Adi Buddha", sampai sekarang kok aman-aman saja. ... :)

tapi itu Pak,dibangun setelah era Bhante Ashin Jinarakhita kan? jadi pemrintah udah melek namanya agama Buddha ya wajar-wajarin aja.

Sangha Theravada Indonesia & Magabudhi justru berdiri di tengah-tengah era Bhante Ashin Jinarakkhita, pada awal 1970an, ketika beliau getol mempromosikan "Sanghyang Adi Buddha", sehingga menimbulkan kontroversi yang cukup panas pada waktu itu di lingkungan intern umat Buddha di Indonesia. ... :)

Saya adalah Sekretaris Jenderal pertama dari Magabudhi (waktu itu bernama Mapanbudhi = Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia, belakangan berganti nama menjadi Magabudhi = Majelis Agama Buddha Theravada di Indonesia).

Sangha Theravada Indonesia terbentuk sebelum terbentuknya Mapanbudhi ... dibentuk oleh beberapa bhikkhu Theravada yang keluar dari Sangha Suci Indonesia yang dipimpin oleh Bhante Ashin ... Alasan keluar juga gara-gara istilah "Sanghyang Adi Buddha". :) ... Belakangan, setelah terbentuk Sangha Theravada Indonesia, Sangha Suci Indonesia berubah nama menjadi Sangha Agung Indonesia.

Begitulah sejarahnya ... :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 30 May 2008, 09:24:44 AM
KASI itu termaksud bagian apa ya??
Ajaran atau politik?Ada yg bisa share dkit?
_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 30 May 2008, 01:18:15 PM
KASI itu termaksud bagian apa ya??
Ajaran atau politik?Ada yg bisa share dkit?
_/\_

KASI = Konferensi Agung Sangha-Sangha di Indonesia, jelas tidak punya aspek ajaran karena terdiri dari sangha-sangha banyak sekte. Fungsi utamanya adalah bersifat sosio-politis, menekankan kesatuan di antara berbagai sekte yang berbeda-beda ajarannya, yang perlu diteladani oleh para bhikkhu sendiri.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 30 May 2008, 01:21:13 PM
Ya Pak, pasti. ;D

Tapi, Summum Bonum-nya jadi kacau lah Pak, Ajaran jadi nggak konsisten lagi.
Umat akan bingung.

::



Banyak umat Buddha lebih mementingkan saddha daripada konsistensi ajaran. :) ... Boleh-boleh saja. ... ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 01:48:16 PM
Nirvana / Nibbana itu AFAIK merupakan "Keadaan", bukan suatu tempat yg menjadi destination / tujuan. Istilah mencapai Nibbana IMHO mesti dipahami sebagai "mencapai keadaan" dimana segala sesuatunya sudah tidak berarti / tidak berbentuk lagi.

Sesuai makna katanya, Nir= tidak ada, Vana = Bentuk. Maka Nibbana merupakan keadaan yg tidak berbentuk lagi. Bentuk di sini tidak melulu pada bentuk fisik / materi, melainkan bentuk2 pikiran, bentuk2 keinginan, bentuk2 emosi, bentuk2 pemahaman dsb.

berhentinya keinginan juga meliputi keinginan utk berbuat baik supaya mendapat buah kusalakamma, keinginan utk mencapai nirvana.. :) keinginan utk menjadi buddha, keinginan utk mencapai surga, keinginan yg lain2...

ketika seseorang masih terikat dengan keinginan utk berbuat baik agar mendapat buah kusalakamma, masih terikat dengan keinginan utk jadi buddha sekalipun... (dirinya jauh dari nirvana)..

segala sesuatunya terhenti bukan berarti nihilisme.. karena masih ada sisa kamma yg harus ditunggu hingga habis. Seorang arahat akan tetap bisa merasa lapar karena tubuh biologisnya, masih bisa mengantuk karena tubuh biologisnya, bahkan masih bisa nolong orang, berbuat baik tetapi bukan utk mendapatkan buah kusalakamma, melainkan itu merupakan sisa2 kamma yg harus habis sebelum akhirnya tubuh biologis ikut berhenti dari kehidupan.

Mind tidak terjebak lagi, namun soul dan body masih harus melanjutkan sisa kamma hingga habis..
Mind sudah berhenti (Nir-vana), sedangkan soul dan body mungkin masih ada....

Perbedaan pada orang awam adalah MIND masih terjebak... terjebak dalam pemikiran mau masuk surga, mau masuk nirvana, mau jadi buddha, mau berbuat baik utk menimbun kusalakamma.. dst...
Dalam level lebih ironis, MIND terjebak pada bentuk2, terjebak pada nafsu keinginan, sehingga ketika body dan soul hancur oleh kematian biologis, MIND masih berputar-putar hingga akhirnya terbentuk reinkarnasi karena MIND masih belum "terhenti"... :)

CMIIW
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sumedho on 30 May 2008, 02:06:28 PM
Quote
Mind tidak terjebak lagi, namun soul dan body masih harus melanjutkan sisa kamma hingga habis..
Mind sudah berhenti (Nir-vana), sedangkan soul dan body mungkin masih ada....
Koq pakai soul ? Jadi ada mind, body and soul ?
Di buddhism itu nda ada soul pak.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 30 May 2008, 02:14:42 PM
Ya Pak, pasti. ;D

Tapi, Summum Bonum-nya jadi kacau lah Pak, Ajaran jadi nggak konsisten lagi.
Umat akan bingung.

::



Banyak umat Buddha lebih mementingkan saddha daripada konsistensi ajaran. :) ... Boleh-boleh saja. ... ;D

Salam,
hudoyo

Iya juga sih, Pak....  ;D

::
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 02:25:53 PM

Koq pakai soul ? Jadi ada mind, body and soul ?
Di buddhism itu nda ada soul pak.
Oh salah yah?
maap kalo salah.. :)

AFAIK saya pernah diceramahi oleh seorang bhiksu, dia pake gelas aqua, melukiskan bahwa gelas aqua itu adalah tubuh (body), dan air di dalamnya adalah jiwa yg mengisi tubuh...
ketika kematian terjadi... gelas itu pecah / hancur... tapi airnya jatuh ke meja,... air tetap air, walau gelas tidak bisa disebut gelas lagi karena telah hancur... bahkan ketika bhante mengelap meja basah itu dengan lap... air berpindah dari gelas ke dalam lap.. tetaplah air... lalu bhante memeras lap itu... airnya jatuh ke lantai... tetaplah air.......... maka air bisa menempati "wadah" mana pun... yg berbeda-beda seperti jiwa yg terlahir dengan tubuh berbeda rupa.. :)

itu utk melukiskan body & jiwa(soul) :)
jiwa itu yg memungkinkan nadi kita berdenyut, jantung memompa, tubuh bertumbuh-kembang, paru2 meregang nafas dst.. sedangkan MIND itu lebih mengacu pada "keadaan" yg muncul dari pikiran, yg benar2 melukiskan kondisi "yg sejati" / yg ada namun tak ada, tak ada namun ada.. :)

CMIIW..
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 30 May 2008, 02:41:25 PM

jiwa itu yg memungkinkan nadi kita berdenyut, jantung memompa, tubuh bertumbuh-kembang, paru2 meregang nafas dst.. sedangkan MIND itu lebih mengacu pada "keadaan" yg muncul dari pikiran, yg benar2 melukiskan kondisi "yg sejati" / yg ada namun tak ada, tak ada namun ada.. :)

CMIIW..
 _/\_

SOUL adalah yg menyebabkan jantung memompa, nadi berdenyut (padahal nadi berdenyut kan karna jantung memompa ;D, but forget it lah...), paru2 meregang, dsbnya.
sedangkan MIND adalah suatu keadaan yg muncul dari pikiran, ada namun tiada.

pertanyaan selanjutnya:
~ Karena MIND 'ada namun tiada', apakah SOUL 'ada' atau 'ada namun tiada' juga?
~ Apakah SOUL kekal?
~ Apa beda SOUL dengan MIND?


::
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 02:56:01 PM

SOUL adalah yg menyebabkan jantung memompa, nadi berdenyut (padahal nadi berdenyut kan karna jantung memompa ;D, but forget it lah...), paru2 meregang, dsbnya.
sedangkan MIND adalah suatu keadaan yg muncul dari pikiran, ada namun tiada.

pertanyaan selanjutnya:
~ Karena MIND 'ada namun tiada', apakah SOUL 'ada' atau 'ada namun tiada' juga?
~ Apakah SOUL kekal?
~ Apa beda SOUL dengan MIND?


::

Oya, maap.. kedobel-dobel yah? yg bener jantung memompa sehingga nadi berdenyut :D

MIND tidak kekal, karena mind bisa dihentikan (nir-vana), saat itu soul tidak lagi terjebak pada mind yg berputar-putar terikat pada keinginan sehingga soul terus berpindah pada satu bentuk kehidupan ke kehidupan lain...(reinkarnasi), melainkan soul berhenti berpindah karena tidak ada lagi si MIND itu... :)

CMIIW

 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 30 May 2008, 03:22:35 PM
Quote
MIND tidak kekal, karena mind bisa dihentikan (nir-vana), saat itu soul tidak lagi terjebak pada mind yg berputar-putar terikat pada keinginan sehingga soul terus berpindah pada satu bentuk kehidupan ke kehidupan lain...(reinkarnasi), melainkan soul berhenti berpindah karena tidak ada lagi si MIND itu... Smiley

hehehe... bukankah tidak ada 'sesuatu' yg berpindah ketika rebirth? kok sekarang malah ditambahin 'SOUL' sebagai sesuatu yg berpindah? ;)
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 03:31:15 PM

hehehe... bukankah tidak ada 'sesuatu' yg berpindah ketika rebirth? kok sekarang malah ditambahin 'SOUL' sebagai sesuatu yg berpindah? ;)
Oh begitu yah? maap, mohon koreksinya kalau saya salah...

IMHO, tetap ada yg berpindah sewaktu rebirth, sebab kalau tidak ada yg "berpindah" dari satu kehidupan ke kehidupan lain, maka tidak pernah ada kisah reinkarnasi bodhisatta gotama sebelum mencapai sammasambuddha pada ratusan macam cerita jataka...

Pertapa sumedha pada era buddha dipankara adalah "soul" yg sama yg rebirth di kemudian hari utk terakhir kali, dan dalam bentuk kehidupan seorang pangeran dari negeri kapila vastu menjadi siddharta.... CMIIW.... sekali lagi CMIIW.. :)

 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: williamhalim on 30 May 2008, 03:34:37 PM

MIND tidak kekal, karena mind bisa dihentikan (nir-vana), saat itu soul tidak lagi terjebak pada mind yg berputar-putar terikat pada keinginan sehingga soul terus berpindah pada satu bentuk kehidupan ke kehidupan lain...(reinkarnasi), melainkan soul berhenti berpindah karena tidak ada lagi si MIND itu... :)


Sy pribadi beranggapan bahwa SOUL itu tidak ada, namun kali ini kita berdiskusi dari sudut pandang Bro Dhyana. Oke kan? :)

Saya menyimpulkan keeterangan diatas sbb:
~ SOUL terjebak oleh MIND yg mempunyai keinginan, sehingga SOUL bereinkarnasi
~ Jika MIND berhenti (nirvana)  maka SOUL tidak akan bereinkarnasi lagi

Pertanyaannya:
~ Setelah MIND berhenti (nirvana) kemana SOUL pergi?
(jika memakai perumpamaan Bhikkhu dipostingan awal Bro tadi, yakni  SOUL diumpamakan AIR, jika MIND telah berhenti, kemana AIR tsb pergi?)

_/\_

::
::




Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: tesla on 30 May 2008, 03:51:57 PM
Oh begitu yah? maap, mohon koreksinya kalau saya salah...
diskusi terbuka kok... tidak perlu minta maaf segala ;)
tidak ada salah ataupun benar di sini.

Quote
IMHO, tetap ada yg berpindah sewaktu rebirth, sebab kalau tidak ada yg "berpindah" dari satu kehidupan ke kehidupan lain, maka tidak pernah ada kisah reinkarnasi bodhisatta gotama sebelum mencapai sammasambuddha pada ratusan macam cerita jataka...
sejauh pemahaman saya,
karena ada upadana (kemelekatan) maka bhava (menjadi) timbul. (utk lengkapnya lihat paticca samuppada).
selagi ada kemelekatan, akan ada proses menjadi. tidak perduli dimanapun proses menjadi tsb berlangsung. rupa loka ataupun arupa loka.

Quote
Pertapa sumedha pada era buddha dipankara adalah "soul" yg sama yg rebirth di kemudian hari utk terakhir kali, dan dalam bentuk kehidupan seorang pangeran dari negeri kapila vastu menjadi siddharta.... CMIIW.... sekali lagi CMIIW.. :)

 _/\_
to the point saja, artinya bodhisatta masih memiliki upadana walau dia dikatakan 'sebenarnya dapat mencapai arahat pada masa itu.'
ketika melihat Sang Jalan, memang masih merupakan pilihan apakah dia akan menempuh jalan ini sekarang, atau dia mau keliling2 dulu.
keliling di sini pun sudah berbeda dg keliling seorang putthujana.

wow... kok ocehan saya seperti seorang Mahayanist yah? padahal saya belajar paham Theravada ^-^
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Kelana on 30 May 2008, 04:08:40 PM
 _/\_
'Issara' yang dibahas dalam agama Buddha itu BUKAN 'Kebaikan Tertinggi', sebagaimana "Tuhan" adalah 'Kebaikan Tertinggi' dalam agama-agama monoteistik. ... Jadi 'issara' tidak bisa begitu saja diterjemahkan sebagai "Tuhan" ke bahasa Indonesia, karena akan menimbulkan kerancuan ... sebaiknya tetap disebut 'issara'/'isvara'.

Dalam Hinduisme, 'ishvara' identik dengan 'ishta-devata', memang dianggap 'Kebaikan Tertinggi' oleh para penganutnya ... tapi tidak dianggap demikian oleh penganut Advaita, yang menampilkan Brahman/Atman sebagai 'Kebaikan Tertinggi'.

Kita kembali ke pertanyaannya dulu ya Pak Hud: apakah di india di bahas Tuhan juga??? apakah di jaman sang buddha juga kenal ama tuhan? apakah di negara buddhis di bahas juga soal tuhan?
Tidak ada pertanyaan mengenai tuhan dalam Buddhism ataupun Theravada ataupun Advaita. Jadi yang Pak Hud sampaikan ini saya anggap sebagai penambahan bukan sanggahan.

Quote
Dalam Theravada, kata 'issara' tidak terdapat dalam ajaran Sang Buddha, melainkan dalam ajaran-ajaran lain di luar Buddha-Dhamma.

Ajaran untuk mempercayai Issara memang tidak terdapat dalam Theravada tetapi ada sebagai pembendaharaan kata seperti yang digunakan di Tittha Sutta  (AN 3.61) -.... Issara-nimmanahetu (lord of creator)


Quote
Menurut Wikipedia, dalam Mahayana istilah 'isvara' digunakan untuk Avalokitesvara; dalam Vajrayana, kata 'isvari' digunakan untuk Shakti yang gendernya perempuan.

Salam,
hudoyo

Dari: Wikipedia

Ishvara (Sanskrit Isvara = "lord, master", from an adjective isvara "capable") is a philosophical concept in Hinduism, meaning controller or the Supreme controller (i.e. 'God') in a monotheistic sense or as an Ishta-deva of monistic thought. Ishvara is also used to denote a "lord" in a temporal sense, as any master or king (a dual usage also found in English).

The term is also used in Buddhism, e.g. in Avalokitesvara, here meaning a powerful (but not omnipotent) being. When referring to Divine as female, particularly in Shaktism, the feminine Isvari is sometimes used.

KBBI
Tuhan= sesuatu yang diyakini, disembah dipuja sebagai mahakuasa , maha perkasa

Etimologi kata tuhan berasal dari kata ’tuan’
http://www.kapanlagi.com/clubbing/showthread.php?t=8106

Pali Text Society
Issara
Issara [Vedic īśvara, from īś to have power, cp. also P. īsa] lord, ruler, master, chief A iv.90; Sn 552; J i.89 (˚jana), 100, 283 (˚bheri); iv.132 (˚jana); Pv iv.67 (˚mada); Miln 253 (an˚ without a ruler); DhsA 141; DA i.111; PvA 31 (gehassa issarā); Sdhp 348, 431. -- 2. creative deity, Brahmā, D iii.28; M ii.222 = A i.173; Vism 598.

Dari alasan di atas maka istilah tuhan = issara = brahma dari sudut pandang definisi karena ketiganya mengacu pada sesuatu yang ditinggikan (tuan, majikan, junjungan, lord dalam konteks keilahian).
 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 11:25:15 PM

Sy pribadi beranggapan bahwa SOUL itu tidak ada, namun kali ini kita berdiskusi dari sudut pandang Bro Dhyana. Oke kan? :)

Saya menyimpulkan keeterangan diatas sbb:
~ SOUL terjebak oleh MIND yg mempunyai keinginan, sehingga SOUL bereinkarnasi
~ Jika MIND berhenti (nirvana)  maka SOUL tidak akan bereinkarnasi lagi

Pertanyaannya:
~ Setelah MIND berhenti (nirvana) kemana SOUL pergi?
(jika memakai perumpamaan Bhikkhu dipostingan awal Bro tadi, yakni  SOUL diumpamakan AIR, jika MIND telah berhenti, kemana AIR tsb pergi?)


_/\_

::
::

Terima kasih, Bro Willi ternyata seorang bijaksana yg mau berusaha melihat dari sudut pandang orang lain, sungguh suatu sikap yg jarang ditemui :) rupa2nya saya punya benih kusalakamma yg berbuah dengan pertemuan kita di forum ini  _/\_

IMHO setelah MIND berhenti, soul - lah yg "berdiam" dalam kondisi "nir-vana".. tidak kemana-mana.. tetapi juga tidak ada di mana-mana.. sulit sekali utk orang dengan tingkat pemahaman yg sangat rendah spt saya utk dapat menjelaskannya.. menurut kepahaman saya, dari titik inilah dikatakan bahwa yg kekal adalah nirvana... sabbe sankara dukkha, sabbe sankara anicca... selain Nir-vana tidak ada yg kekal...
kondisi soul yg berhenti pada satu titik, dengan lenyapnya segala "bentuk" baik rupa (materi, fisik) maupun a-rupa (bentuk keinginan, emosi, pikiran, pemahaman, dsb) akan membuat suatu kondisi yg serba "tanpa"... dan selama mind sudah benar2 lenyap, kondisi itu dapat dikatakan kekal abadi.

Analog kata2 bhante itu hanya utk menggambarkan seperti apa penggambaran soul dan body itu, sedangkan kalau dihubungkan pada nirvana mungkin saya harus tanya lagi dulu kepada bhante ybs.. karena bikin perumpamaan itu emang sulit sekali.. salah2 malah bisa bikin pemahaman yg keliru / misleading. Mohon maap saya tidak mampu menjelaskan kemana perginya air dari gelas itu kalau dihubungkan dengan konsep nirvana.  _/\_

CMIIW


Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 30 May 2008, 11:27:19 PM
Oh begitu yah? maap, mohon koreksinya kalau saya salah...
diskusi terbuka kok... tidak perlu minta maaf segala ;)
tidak ada salah ataupun benar di sini.

Quote
IMHO, tetap ada yg berpindah sewaktu rebirth, sebab kalau tidak ada yg "berpindah" dari satu kehidupan ke kehidupan lain, maka tidak pernah ada kisah reinkarnasi bodhisatta gotama sebelum mencapai sammasambuddha pada ratusan macam cerita jataka...
sejauh pemahaman saya,
karena ada upadana (kemelekatan) maka bhava (menjadi) timbul. (utk lengkapnya lihat paticca samuppada).
selagi ada kemelekatan, akan ada proses menjadi. tidak perduli dimanapun proses menjadi tsb berlangsung. rupa loka ataupun arupa loka.

Quote
Pertapa sumedha pada era buddha dipankara adalah "soul" yg sama yg rebirth di kemudian hari utk terakhir kali, dan dalam bentuk kehidupan seorang pangeran dari negeri kapila vastu menjadi siddharta.... CMIIW.... sekali lagi CMIIW.. :)

 _/\_
to the point saja, artinya bodhisatta masih memiliki upadana walau dia dikatakan 'sebenarnya dapat mencapai arahat pada masa itu.'
ketika melihat Sang Jalan, memang masih merupakan pilihan apakah dia akan menempuh jalan ini sekarang, atau dia mau keliling2 dulu.
keliling di sini pun sudah berbeda dg keliling seorang putthujana.

wow... kok ocehan saya seperti seorang Mahayanist yah? padahal saya belajar paham Theravada ^-^
Wah.. kata2 bro tesla sangat tinggi sekali, jauh dari jangkauan pemahaman saya.. mungkin saya harus belajar lebih banyak lagi.. :)

 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: hudoyo on 30 May 2008, 11:50:10 PM
_/\_

Ajaran untuk mempercayai Issara memang tidak terdapat dalam Theravada tetapi ada sebagai pembendaharaan kata seperti yang digunakan di Tittha Sutta  (AN 3.61) -.... Issara-nimmanahetu (lord of creator)

Dari alasan di atas maka istilah tuhan = issara = brahma dari sudut pandang definisi karena ketiganya mengacu pada sesuatu yang ditinggikan (tuan, majikan, junjungan, lord dalam konteks keilahian).
 _/\_

'Issara' yang disebut-sebut dalam Tipitaka itu adalah 'ishta-devata' yang dianut oleh sebagian masyarakat Hindu, tetapi tidak termasuk, tidak ada, dalam ajaran Sang Buddha menurut aliran Theravada.

'Issara' (isvara) disebut-sebut dalam salah satu sekte Mahayana yang memuja Avalokita-isvara.

Salam,
hudoyo
Title: Ananda sutta (SN 44.10)
Post by: hudoyo on 31 May 2008, 12:08:26 AM
Wah.. kata2 bro tesla sangat tinggi sekali, jauh dari jangkauan pemahaman saya.. mungkin saya harus belajar lebih banyak lagi.. :)

 _/\_

Maka petapa kelana Vacchagotta mendatangi Sang Bhagava ... Ia bertanya kepada Sang Bhagava: "YM Gotama, apakah roh itu ada?"

Sang Bhagava berdiam diri.

"Jadi, apakah roh itu tidak ada?"

Untuk kedua kali Sang Bhagava berdiam diri.

Maka petapa kelana Vacchagotta berdiri, lalu pergi.

Tidak lama setelah itu, YM Ananda bertanya kepada Sang Bhagava, "Mengapa Sang Bhagava tidak menjawab ketika ditanya oleh petapa kelana Vacchagotta?"

Jawab Sang Bhagava, "Ananda, ketika saya ditanya oleh Vacchagotta apakah roh itu ada, kalau saya jawab roh itu ada, itu berarti menyetujui para samana & brahmana yang menganut paham kekekalan (paham adanya roh yang kekal).

Ketika saya ditanya oleh Vacchagotta apakah roh itu tidak ada, kalau saya jawab roh itu tidak ada, itu berarti menyetujui para samana & brahmana yang menganut paham nihilisme (paham bahwa kematian berarti lenyapnya kesadaran).

Ketika saya ditanya oleh Vacchagotta apakah roh itu ada, kalau saya jawab roh itu ada, apakah itu sesuai dengan pencerahan bahwa segala fenomena ini tanpa-diri?"

"Tidak, Bhante."

"Dan ketika saya ditanya oleh Vacchagotta apakah roh itu tidak ada, kalau saya jawab roh itu tidak ada, maka Vacchagotta yang sudah kebingungan akan bertambah bingung: 'Apakah roh yang biasanya saya miliki sekarang tidak ada?' "

Salam,
hudoyo
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 31 May 2008, 01:04:44 PM
Waw..
Kgk ngerti gw...
_/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 31 May 2008, 01:17:33 PM
Sang Buddha tahu, Vacchagotta dikasih tau apapun pasti akan jatuh ke alam sengsara, karena pikirannya tidak bisa menerima jawaban apapun. Karena itu Sang Buddha pada kesempatan tersebut tidak menjawab apa-apa.

Tetapi di berbagai kesempatan lain, Sang Buddha mengatakan : anatta, bukan nihilisme, juga bukan eternalisme.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Dhyanaputra on 02 June 2008, 10:39:05 PM
anatta, bukan nihilisme, juga bukan eternalisme.
Ada namun tak ada, tak ada namun ada...
Tiada yg kekal di semesta, yg kekal adalah ketidakkekalan itu sendiri,..

ketika kita terikat pada ajaran, kita justru semakin jauh dari pencerahan
ketika kita melekat pada doktrin, kita justru semakin sulit mencapai pembebasan
pelajari semua, lalu lupakan semua..
tiada 'keinginan' untuk jadi baik,
tiada 'keinginan' untuk jadi buddha,
bahkan tiada 'keinginan' untuk Nibbana...

semua serba tiada, namun ke-tiada-an itu sesungguhnya merupakan ke-ada-an..

tapi..,
sehubungan dengan konsep anatta...
satu pertanyaan lagi, mohon petunjuk para senior di sini,
Jika bukan nihilisme, dan juga bukan eternalisme..
Nibbana jelas bukan nihilisme,  namun apakah Nibbana juga tak kekal dan bersifat sementara?

 _/\_

Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Kelana on 02 June 2008, 11:46:56 PM

'Issara' yang disebut-sebut dalam Tipitaka itu adalah 'ishta-devata' yang dianut oleh sebagian masyarakat Hindu, tetapi tidak termasuk, tidak ada, dalam ajaran Sang Buddha menurut aliran Theravada.

Iya Pak Hud  saya tahu akan hal ini. Oleh karena itu saya mengatakan pada post sebelumnya: Reply #65 Ajaran untuk mempercayai Issara memang tidak terdapat dalam Theravada tetapi ada sebagai pembendaharaan kata seperti yang digunakan di Tittha Sutta  (AN 3.61) -.... Issara-nimmanahetu (lord of creator)

Dan jawaban saya ini disesuaikan oleh pertanyaan Rekan Evo pada Reply #43 mari kita simak kembali pertanyaannya yaitu:

apakah di india di bahas Tuhan juga???
apakah di jaman sang buddha juga kenal ama tuhan
apakah di negara buddhis di bahas juga soal tuhan

Nah dalam pandangan saya, pertanyaan Rekan Evo ini sama sekali tidak menanyakan, mempermasalahkan apakah dalam ajaran Buddha , ajaran Theravada mengajarkan issara atau tidak. Tetapi pertanyaannya bersifat umum yaitu pada masyarakat india, masyarakat pada masa Sang Buddha, dan masyarakat di negara Buddhis. Siapa itu masyarakat india? Jelas banyak, bukan penganut Buddhis saja. Siapa masyarakat yang hidup pada masa Sang Buddha? Jelas banyak, bukan penganut Buddhis saja. Dan apakah dinegara Buddhis hanya hidup umat Buddhis saja? Tidak, oleh karena itu pembahasan mengenai tuhan juga muncul di negara Buddhis sekalipun. Bahkan Buddhis sendiri membahas mengenai tuhan, contohnya ya kita ini.

Demikian Pak Hud, semoga bisa menepis kesalahpahaman. _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Peace on 27 June 2008, 09:07:07 PM
Memang betul bahwa dalam ajaran Sang Buddha tidak ada sosok Pribadi Pencipta alam semesta. Awal mula alam semesta 'tidak seharusnya dipikir-pikir' (acinteyya), kata Sang Buddha.

Namun, membahas masalah "Tuhan" di Indonesia ini sangat penting, karena umat Buddha tidak bisa berada seperti katak di bawah tempurung, tanpa berinteraksi dengan teman-teman non-Buddhis sesama warga negara ini dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu umat Buddha harus belajar bagaimana bicara tentang "Tuhan" dengan umat agama lain.

Nah, di dalam wacana lintas-iman (lintas-agama), masalah "Tuhan" dibahas di seputar dua topik metafisikal khusus:

(1) Penciptaan alam semesta;
(2) Nasib & tujuan akhir manusia.


Bagi umat Buddha, topik #1 sudah out, karena Sang Buddha sudah menegaskan bahwa "asal mula alam semesta tidak seharusnya dipikir-pikir." Ini bisa kita katakan secara tegas kepada umat agama lain, agar pembicaraan tentang "Tuhan" tidak bertele-tele di seputar topik #1 ini.

Tentang topik #2, nasib & tujuan akhir manusia, Dhamma yang diajarkan Sang Buddha justru berpusat di seputar topik ini. Oleh karena itu, umat Buddha harus & dapat berdialog dengan umat agama lain tentang "Tuhan" dari aspek topik #2 ini.

Salam,
hudoyo

nice.... bro...

dapat banget poinnya... memang tetang Tuhan itu kita akan sangat sulit menerimanya begitu saja... karena tidak pernah ada sejarahny.. juga tulisan mengenai dirinya... jadi tidak usah terlalu di baas lebih dalam.. karena kata Tuhan ini bisa menjadi senjata perang bagi umat manusia... nantinya akan muncul yang Pro Tuhan dan yang Kontra...

jadi sana percaya Tuhan ya silahkan percaya.. sini tidak percaya Tuhan ya silahkan... habis perkara..
karena sama" belom bisa membuktikan kebenaran itu...

yang menarik adalah poin 2...

lebih baik kita memikirkan poin 2 dari pada poin 1... bagaimana cara kita menentukan nasib kita dan tujuan hidup kita...
dengan mengikuti jejak Sang Buddha dan mencapai kesempurnaan...

jangan jadikan agama tempat peperangan... sana menjelekkan kita.. kita balas menjelekkan mereka.. bagaikan suatu ikatan roda karma yg tiada akhir... berputar terus... mari kita hentikan perputaran roda ini...


thx.. Bro...

maap ya... kalo tiba" ga nyambung...

abis melihat posting Bro Hudoyo ini.. sangat menarik sekali....

PeacE
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Peace on 27 June 2008, 09:16:53 PM
Ada namun tak ada, tak ada namun ada...
Tiada yg kekal di semesta, yg kekal adalah ketidakkekalan itu sendiri,..

ketika kita terikat pada ajaran, kita justru semakin jauh dari pencerahan
ketika kita melekat pada doktrin, kita justru semakin sulit mencapai pembebasan
pelajari semua, lalu lupakan semua..
tiada 'keinginan' untuk jadi baik,
tiada 'keinginan' untuk jadi buddha,
bahkan tiada 'keinginan' untuk Nibbana...

semua serba tiada, namun ke-tiada-an itu sesungguhnya merupakan ke-ada-an..

tapi..,
sehubungan dengan konsep anatta...
satu pertanyaan lagi, mohon petunjuk para senior di sini,
Jika bukan nihilisme, dan juga bukan eternalisme..
Nibbana jelas bukan nihilisme,  namun apakah Nibbana juga tak kekal dan bersifat sementara?

 _/\_



Wahhhh... kata" yang dalamm.... Bijak sekali....

dalam sekejam dalam tersadarkan Nurani ku ini....

THX BANGET

semoga bisa terukir didalam Nurani dan Otakku ini...

takkan kulupakan posting ini...

selama ini yg saya pikirkan hanyalah.. membina diri untuk mencapai tingkat kebuddhaan...

tapi dari sini.. saya berpikir kembali.. jadi Buddha ato tidak bukanlah suatu masalah.. melainkan jalanilah semua dengan niat yang baik dan Nurani yang makin hari makin cemerlang... maka hasilnya juga pasti akan di nikmati...

 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: vathena on 01 January 2009, 09:49:31 PM
Dalam agama Buddha,Tuhan tidak dipandang sebagai suatu pribadi yang kepadanya kita menggantungkan nasib/harapan.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Juice_alpukat on 25 July 2010, 08:54:04 AM
^ benar
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Tommy Fong on 25 July 2010, 03:42:12 PM
Kalau konsep ketuhanan tidak ada, lantas siapa yang mengatur karma kita? Contohnya sy berbuat jahat dan harus menerima karma buruk pada kehidupan berikutnya. Siapa yang akan menentukan sy lahir dimana, dari keluarga apa, lahir cacat atau tidak, kaya atau gembel, dll
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 July 2010, 09:37:11 PM
Kalau konsep ketuhanan tidak ada, lantas siapa yang mengatur karma kita? Contohnya sy berbuat jahat dan harus menerima karma buruk pada kehidupan berikutnya. Siapa yang akan menentukan sy lahir dimana, dari keluarga apa, lahir cacat atau tidak, kaya atau gembel, dll

ada 5 niyama, hukum sebab akibat yang tidak merupakan suatu persona. hukum ini berjalan tanpa ada yang mengatur.
bukan hanya kamma niyama, tetapi ada juga niyama lain, misalnya sebab akibat pikiran, sebab akibat fisika, dan lainnya.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: No Pain No Gain on 25 July 2010, 09:41:06 PM
om kwaci..trus..sapa yg ciptain tuh hukum?
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 July 2010, 09:47:33 PM
Revising Bhante’s Teaching of the Five Niyamas
Dhivan
Sangharakshita has recently described the five niyamas as part of his legacy of Dharma
teachings. (1) For the last couple of years I have been looking into the traditional Pali sources for
Bhante’s teaching on the five niyamas, and to my surprise have discovered that things are not as I
expected. There is in fact little basis in the Pali sources for Bhante’s exposition of the five niyamas; his
exposition of dhamma-niyama especially is unfounded. It seems that what Bhante says about the five
niyamas is more or less an elaboration on what Mrs Rhys Davids said about them in her 1912 book
Buddhism (2); unfortunately, what she writes there is somewhat misleading.
In this article I will summarise the Pali sources of the teaching of the five niyamas, for the sake
of reference, to put into context what Mrs Rhys Davids and Bhante make of them. The point of this
article is not to criticise anyone, but to clarify doctrine. I asked Bhante by letter for some information
about the sources for his teaching on the five niyamas, but he did not reply; I also talked over my
conclusions about dhamma-niyama with him last year, and he expressed some interest in them. I hope
to have a longer version of this article, with Pali diacritics and fuller discussion, published in Western
Buddhist Review at some point (editor willing).
the meaning of ‘niyama’ and ‘pañcavidha niyama’
‘Niyama’ in Pali and in Sanskrit comes from an old Vedic root ‘yam’, meaning ‘restrain’. The
words ‘yama’ and ‘niyama’ are used in Patañjali’s Yoga Sutras to mean ‘ethical restraint’ and ‘discipline’
respectively, and this meaning of ‘niyama’ is found also in later Pali. But the word ‘niyama’ is more
often used in an extended sense in Pali to mean ‘necessity’ or ‘constraint’, i.e. things having to be a
certain way. The word ‘niyamena’, literally ‘by necessity’, is used in both Pali and Sanskrit in just the
same way as the English adverb ‘necessarily’.
The expression ‘five niyamas’ comes from the Pali expression ‘pañcavidha niyama’, which more
literally means ‘fivefold niyama’. What is meant by ‘niyama’ in the formula of ‘fivefold niyama’ (i.e. the
five niyamas) is that there are five ways in which things must necessarily happen. It makes some sense
to translate ‘niyama’ here as ‘order’, hence the idea that there is a ‘fivefold order’ in the universe, i.e.
there are five ways in which things must happen. From the point of view of the original Pali expression,
however, the kind of ‘order’ that is meant here is a matter of necessity and constraint. (3)
The expression ‘five orders of conditionality’ is therefore more of a gloss or interpretation on
Bhante’s part than a translation of the Pali expression ‘pañcavidha niyama’. That doesn’t mean it’s
wrong of course; only that we should be aware of the difference between a translation and an
interpretation.
fivefold niyama in the Pali commentaries
It is well known that the list of ‘pañcavidha niyama’, fivefold niyama or the five niyamas, is only
found in the commentaries, not in the Pali canon. In fact, it only occurs twice in the whole
commentarial literature. The first occurrence is in the commentary to the Mahaapadaana Sutta in the
Diigha Nikaaya. Here the Buddha is describing the life of the former Buddha Vipassi, and tells of
sixteen special occurrences at the time of Vipassi’s birth, things which always happen at the birth of a
Buddha-to-be. Some are pious, such as his mother being completely virtuous; some are sad, such as her
dying after seven days; and many are supernatural, such as the earthquake that rocks the entire universe
at the descent of the bodhisatta into his mother’s womb. After describing each special occurrence, the
Buddha says ‘and all this is natural [dhammataa]’. (4)
The word ‘dhammataa’ is an abstract noun derived from ‘dhamma’, and it could also be
rendered ‘according to dhamma’. The commentary takes it upon itself to explain what is meant by
‘dhammataa’ here. It first glosses ‘dhammataa’ as ‘sabhaava’ (nature) and as ‘niyama’ (order or
necessity). Then it goes on to explain the fivefold niyama. (5) I will quote Walpola Rahula’s summary of
the passage (I will do this because Rahula is writing about dhammataa, not the fivefold niyama, so he is
not trying to make any particular point about niyama):
‘The commentary goes on to enumerate five kinds of niyaama “order of things”: (i) kammaniyaama
“the order of kamma”, i.e. good actions produce good results and bad actions produce bad
results; (ii) utu-niyaama “the order of the seasons”, i.e. in certain regions of the earth at certain periods
the flowering and fruiting of trees, the blowing or ceasing of wind, the degree of the heat of the sun,
the amount of rain-fall, some flowers like the lotuses opening during the day and closing at night and
so on; (iii) biija-niyaama “the order of seeds or germs”, i.e. a seed producing its own kind as barley seed
produces barley; (iv) citta-niyaama “the order of mind”, i.e. the order of the process of mind-activities as
the preceding thought-moment causing and conditioning the succeeding one in a cause and effect
relation; (v) dhamma-niyaama “the order of dhamma”, i.e. such events like the quaking of the ten
thousand world-systems at the Bodhisatta’s conception in his mother’s womb and at his birth. At the
end of the discussion the Commentary decides that in this case the dhammataa refers to dhammaniyaama.’
(6)
The other occurrence of pañcavidha niyama is in the Atthasaalinii, the commentary on the
Dhammasangani, the first book of the Theravaada Abhidhamma Pitaka. (7) The exposition of fivefold
niyama here is very similar, the only difference being that the emphasis is on how the citta-niyaama is an
automatic, natural process of perception, as described by the very complex Abhidhamma theory of
unconscious mind-moments. This process is thus compared to the seasonal patterns of plants and
weather, how the seeds of plants sprout as plants of the same sort, how good actions lead to good
results and bad actions to bad, and how there are always earthquakes at the birth of the bodhisatta. The
Atthasaalinii seems to take for granted the list of fivefold niyama but uses it to illustrate different kinds
of natural, non-volitional processes that happen of their own accord.
the meaning of dhamma-niyama
We can therefore see from the commentary that niyaama means ‘order’ in the sense of
‘necessity’, and that the commentary emphasises how this necessity and order are natural. There is a
problem, however, with what is meant by ‘dhamma-niyama’ in the list of fivefold niyama. The term is
used to explain how the miraculous events attending the life of a Buddha are natural and necessary. The
only direct example given for what the term is used to mean is the earthquakes that accompany various
significant moments in the lives of Buddhas. The commentary therefore seems to suggest that miracles
are natural, which logically appears to be a contradiction. This problem might have been part of what
set Mrs Rhys Davids on the wrong track, as I will discuss soon.
There is an explanation of this problem, though, which starts from asking what problem the
commentary was trying to solve. The commentary is trying its best to explain something difficult – how
supernatural occurrences like earthquakes at the conception of the bodhisatta are all a part of nature
and natural law. The explanation it gives is not convincing, however, because it only raises a bigger
question – why is the nature of the universe such that there have to be earthquakes and so on when a
bodhisatta is born? It might have been more convincing if the commentary had distinguished between
the truth of fact and the truth of myth, and explained the earthquakes etc. in terms of archetypal
symbols of the imagination that communicated the cosmic significance of events concerning the
Buddha. Another way of putting this is to say that the commentary is being much too literal, and in fact
the Pali commentaries are very often like this.
With this in mind, we can conclude that dhamma-niyama does not literally refer to the necessity
of supernatural events. In fact, it simply means ‘necessity of nature’ or ‘natural law’, as is evident from
other occurrences of the term in the suttas and commentaries. It is a synonym for conditionality as a
whole. The word ‘niyama’ is used interchangeably with the word ‘niyaama’ in the Pali commentaries,
and ‘niyama’ and ‘niyaama’ seem really to be synonymous in both Pali and Sanskrit. (8) The word
‘niyaama’ is used in the Pali suttas in the expression ‘sammattaniyaama’, ‘the necessity of rightness’,
referring to the way a stream-entrant is destined to gain awakening. (9) The commentary says that the
stream-entrant is ‘destined’ because of ‘dhamma-niyaama’, that is, because it is a necessity of nature or
the way things are that a stream-entrant should gain awakening. (10)
The word ‘niyaama’ appears in the expression ‘dhamma-niyaamataa’ found in the suttas,
meaning ‘the fixed course of dhamma’. This expression is part of a formula used to describe
paticcasamuppaada, which runs: ‘And what, bhikkhus, is dependent arising? … whether Tathagatas
arise or not, that element still persists, the stableness of dhammas, the fixed course of dhamma, specific
conditionality…’ (11) The commentary explains the expression ‘dhamma-niyaamataa’ by saying that the
condition (e.g. birth) fixes (niyameti) the dependently-arisen phenomena (e.g. old age and death), and
for this reason ‘the fixed course of dhamma’ describes dependent arising. The commentary takes
‘dhamma’ here to mean ‘dhammas’ in the sense of ‘things that have dependently arisen’. Bhikkhu
Bodhi, however, disagrees with the commentary and argues that ‘dhamma’ here must mean ‘the
principle or lawfulness that holds sway over phenomena’. (12) But the Pali compound is ambiguous,
and ‘dhamma-niyaamataa’ could mean ‘the fixed course of the Dhamma [the principle]’, ‘the fixed
course of dhammas [natural phenomena]’ or ‘the fixed course of dhamma [nature]’. In another
commentarial passage, however, the ‘dhamma’ in ‘dhamma-niyaamataa’ is equated with ‘sabhaava’,
which simply means ‘nature’. (13)
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 July 2010, 09:47:50 PM
The commentaries also comment on the story that the Buddha, prior to his awakening, gave up
the asceticism he had been practicing with five fellow ascetics. At this point the Buddha reports that
‘then those five monks, disgusted, left me’. The commentary says about this: ‘Their being dissatisfied
and leaving was just through a necessity of nature (dhamma-niyaama); their being gone was according
to dhamma (dhammataa) in the sense of the gift of an opportunity for bodily seclusion and the
bodhisatta’s full awakening in the time obtained.’ (14)
Overall, then, the term ‘dhamma-niyama’ is used in the commentaries in a way that leans on the
sutta expression ‘dhamma-niyaamataa’, which is a synonym for conditionality in the sense that there is
an intrinsic necessity of things in nature and the universe. But the way it is used in practice is always in
relation to apparently unnatural or surprising things – not just about the earthquakes that occur at
certain moments in the lives of Buddhas, but also about the inevitable awakening of a stream-entrant
after a certain number of future lives, and the way the five ascetics necessarily left the Buddha so that
he could be alone. One might say that dhamma-niyama is used both to mean the ‘order of nature’,
synonymous with conditionality, and specifically to mean ‘the surprising but necessary nature of things.’
Mrs Rhys Davids on fivefold niyama
Bhante takes dhamma-niyama to mean ‘transcendental order of conditionality’. By
‘transcendental order of conditionality’ he means the progressive and creative mode of conditionality
belonging to the ‘spiral path’ leading from samsara to nirvana, exemplified by the ‘positive nidaanas’.
However, dhamma-niyama in the suttas and commentaries does not mean this, but refers to
conditionality as a whole. Of course, what Bhante means by the ‘transcendental order of conditionality’
is part of conditionality as a whole, but it would be tendentious to argue that dhamma-niyama is limited
to only part of the whole. I think Bhante’s mistaken interpretation of dhamma-niyama may be based on
what Mrs Rhys Davids wrote about the niyamas.
C.A.F. Rhys Davids was the first western scholar to draw attention to the list of pañcavidha
niyama, in her little book of 1912 entitled simply Buddhism. Her reason for mentioning it was to
emphasise how for Buddhism we exist in a ‘moral universe’ in which actions lead to just consequences
according to a natural moral order, a situation she calls a ‘cosmodicy’ in contrast with the Christian
theodicy. She then explains:
‘This order which Buddhism saw in the universe was called in Pali niyama, that is, going-on,
process. In it five branches, strands, phases were discerned:– kamma-niyama, order of act-and-result; utuniyama,
physical (inorganic) order; biija-niyama, order of germs, or seeds (physical organic order); chittaniyama,
order of mind, or conscious life; dhamma-niyama, order of the norm, or the effort of nature to
produce a perfect type.’ (15)
There are several things to notice about Mrs RD’s presentation. One is that she translates the
terms for kinds of niyama in ways that are reminiscent of modern science: ‘physical inorganic order’,
‘physical organic order’, etc. Despite the fact that she also later cites the commentary’s examples of
these orders, which belong to pre-scientific observations of nature, her use of scientific-sounding terms
is significant as it prepares the way for Bhante and other exegetes to connect fivefold niyama with laws
of science. Second, she defines dhamma-niyama as ‘the effort of nature to produce a perfect type’. She
later adds: ‘we may define the dhamma-niyama as the order of things concerned with the production by
the cosmos of its perfect or norm type.’ This definition would appear to be the starting-point for
Bhante’s understanding of dhamma-niyama as the ‘transcendental order’.
Where does Mrs Rhys Davids get this idea of dhamma-niyama? Not from the commentaries.
She seems to have made it up. There exists, however, a record of the correspondence between Mrs RD
and the Burmese scholar Ledi Sayadaw in which her understanding of dhamma-niyama is straightened
out. (16) By this time Mrs RD had apparently realised that dhamma-niyama was in fact a synonym for
conditionality as whole, and Ledi Sayadaw explains that in this sense it includes the other four kinds of
niyama, though there are certain surprising things, like the earthquakes, that do not fit into those four,
and hence dhamma-niyama has to be included as a ‘miscellaneous’ category in the list of fivefold
niyama. Mrs Rhys Davids goes on to agree with Ledi Sayadaw’s suggestion that the law of nature
whereby Buddhas are produced could be called ‘buddha-niyama’. That is to say she concedes that
dhamma-niyama does not in fact mean the natural process whereby Buddhas are produced, but that the
expression ‘buddha-niyama’ would mean this. This would be another kind of niyama within the overall
dhamma-niyama or conditionality.
This interpretation of the meaning of dhamma-niyama is confirmed independently by the Thai
scholar-monk P.A. Payutto, who writes: ‘The first four niyama are contained within, or based on, the
fifth one, Dhammaniyama, the Law of Dhamma, or the Law of Nature. It may be questioned why
Dhammaniyama, being as it were the totality, is also included within the subdivisions. This is because
this fourfold categorization does not cover the entire extent of Dhammaniyama.’ (17)
Sangharakshita on fivefold niyama
Bhante describes the five niyamas as different orders or levels of cause and effect or
conditionality obtaining in the universe, and always lists them in the following order:
(i) utu-niyama or ‘physical inorganic order’, the ‘law of cause and effect as operative on the level of
inorganic matter. It very roughly embraces the laws of physics and chemistry and associated disciplines.’
(ii) biija-niyama or ‘physical organic or biological order’, the ‘physical organic order whose laws
constitute the science of biology.’
(iii) citta-niyama or ‘(non-volitional) mental order’, the ‘law of cause and effect as operative in the world
of the mind – and we may say that it is a concept which corresponds to the modern science of
psychology.’
(iv) kamma-niyama or ‘volitional order’, the ‘principle of conditionality operative on the moral plane.’
(v) dhamma-niyama or ‘transcendental order’, the principle of conditionality as it operates on the
spiritual or transcendental level as opposed to the mundane. (18)
Bhante takes dhamma-niyama to mean the ‘transcendental order of conditionality’, which of
course he also describes in terms of the ‘spiral path’ and the positive nidaanas. There are plenty of
sources in the Pali texts for what Bhante says about the positive nidaanas. The early commentarial text,
the Nettipakarana, specifically mentions ‘lokuttara paticcasamuppaada’ (transcendental conditionality)
in reference to the positive nidaanas. (19) However, as should be clear by now, the term dhammaniyama
does not and cannot refer specifically to the positive nidaanas. The word ‘dhamma’ does not
mean ‘transcendental’, and the term ‘dhamma-niyama’ means ‘order of nature’ in general, and is more
or less synonymous with the whole of conditionality.
What then is the niyama that describes the spiral path? Such a term is not found in the Pali
literature, but ‘magga-niyama’ would do the job – ‘order of the path’. I am not envisaging that such a
term should actually be taken up by anyone; I am just noticing that it is theoretically possible to identify
a kind of niyama that corresponds to what Bhante says about the ‘transcendental order of
conditionality’.
Going back to the other niyamas, it’s clear that Bhante wishes to interpret the first three as
corresponding (‘roughly’) with scientific disciplines, namely physics/chemistry, biology and psychology.
It seems to me that modern interpreters of Buddhism, including Mrs Rhys Davids and Bhante, have an
understandable desire to present the Dharma in such a way that it is compatible with the successful and
powerful methodology of modern science. However, the scheme of fivefold niyama was developed in
the quite different intellectual milieu of abhidhamma, in which, for instance, reality was analysed into
‘dhammas’ lasting fractions of a second. Using the scheme of fivefold niyama to integrate Buddhism
with science is like putting new wine into old wineskins – they aren’t up to the job. Given that Bhante’s
teaching about the ‘transcendental order of conditionality’ is not in fact included in the traditional
fivefold niyama, it seems to me pointless trying to squeeze the laws of science and the positive nidaanas
into a concept that was not designed to contain them.
conclusion
Probably this essay will read to some as pedantic. And indeed, in the big scheme of things, what
could be the harm in us continuing to talk about the five niyamas, and to teach this list to mitras? I can
see two disadvantages in our doing so. First, Bhante’s teaching on five niyamas is misleading in the
sense that ‘dhamma niyama’ does not mean ‘transcendental order of conditionality’ in the Pali sources,
so there is an issue of accuracy and truth to the sources. Second, because Bhante’s teaching on the five
niyamas is more of an innovation, a creative interpretation, than a traditional teaching, then it will be
difficult to communicate with other Buddhists if we continue talking as if it really is a traditional
teaching. Even Theravadins might scratch their heads over it. (20) This is important given that Bhante’s
reason for teaching the five niyamas is to combat the idea that everything that happens is because of
karma. He writes: ‘in Tibetan Buddhism, and in the Mahaayaana generally, there is a tendency to think
that everything that happens to you is a result of your own personal past karma, although the teaching
of the five niyamas makes it clear that that is not the case.’ (21) Dialogue with Buddhists who believe
that everything happens due to karma will require clarity in terminology and concepts.
My suggestion is that we stop talking about the five niyamas and simply talk about ‘orders of
conditionality’. This term, in English, does all the work of Bhante’s five niyamas but without the
problems. So – there is (i) the objective order of conditionality corresponding to the physical and
biological sciences; there is (ii) the subjective order of conditionality corresponding to psychology; there
is (iii) the ethical order of conditionality corresponding to the law of karma; and there is (iv) the
transcendental order of conditionality corresponding to the path to awakening. It would be perfectly
reasonable to say that the teaching of ‘the orders of conditionality’ is suggested by or even derived from
the traditional commentarial teaching of fivefold niyama. But Bhante’s teaching of ‘orders of
conditionality’ is bigger, more inclusive and more relevant than that.
Dhivan, Cambridge April 2009. A very much more detailed version of this article is available on
www.dhivan.net
notes
1. http://www.videosangha.net/video/Sangharakshita-and-his-Legacy
2. C.A.F. Rhys Davids Buddhism: a study of the Buddhist norm London: Williams and Norgate 1912,
pp.118–9.
3. The PTS Dictionary includes ‘cosmic order’ under its definition of ‘niyama’. In my opinion, however,
Rhys Davids and Stede were too much influenced by Mrs Rhys Davids here, who, as we will see, was
responsible for many people, including Bhante, seeing more in fivefold niyama than is really there.
4. Digha Nikaya, sutta 14, PTS vol.2, p.12–15.
5. DA p.432. The commentary on the Digha Nikaya is also called the Sumangala Vilasani.
6. Walpola Rahula ‘Wrong Notions of Dhammmataa’ in L. Cousins et al, eds., Buddhist Studies in Honour of
I.B. Horner Dordrecht: Reidel 1974, p.183.
7. Trans. Pe Maung Tin The Expositor PTS London 1921 vol.II, p.360.
8. Monier Williams p.552; PED p.368. The PED seems to want to make a distinction between the
words but is self-contradictory in doing so.
9. E.g. at Samyutta Nikaya 25:1, in Bhikkhu Bodhi trans. p.1004. He translates it as ‘fixed course of
rightness.’
10. DA p. 313; also Ud-A p.290. Dr Margaret Cone gave me these references.
11. Samyutta Nikaya 12:20, in Bhikkhu Bodhi trans. p.551.
12. Bhikkhu Bodhi p.741.
13. AA vol.2, p.380.
14. M vol.1, p.247; MA vol.2, p.219. My translation.
15. Buddhism p.119.
16. Ledi Sayadaw, trans. Beni Barua and ed. Mrs Rhys Davids, Manuals of Buddhism Bangkok:
Mahamakut Press 1978 (originally published 1916).
17. P.A. Payutto, trans. Bruce Evans Good, Evil and Beyond: kamma in the Buddha’s teachings (online).
18. The main written sources are in The Three Jewels Windhorse 1977 (originally published 1967)
Windhorse pp.69–70 and in the lecture ‘Karma and Rebirth’, in edited form in Who is the Buddha?
Windhorse 1994, pp.105–8.
19. Mentioned in Bhikkhu Bodhi’s essay Transcendental Dependent Arising, online.
20. Though in fact Mrs Rhys Davids’ creative interpretation has spread to many Theravadin exegetical
works – for instance, Narada Thera’s The Buddha and His Teaching, and even to David Kalupahana’s
scholarly Causality: the central philosophy of Buddhism.
21. Transforming Self and World p.205.
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Triyana2009 on 22 September 2010, 10:29:54 PM
Namo Buddhaya,

Menurut saya pertanyaan anda kurang jelas, untuk dapat mengatakan Tuhan/tuhan itu ada atau tidak pertama-tama anda harus mendefinisikan dahulu Tuhan/tuhan yang anda maksud.

Theravada maupun Mahayana mengenal konsep Ketuhanan.

Jadi Tuhan/tuhan mana yang anda maksud?


 _/\_
Title: Re: Tuhan??Bagaimana konsep Tuhan dlm agama Buddha??
Post by: Riky_dave on 23 September 2010, 09:08:45 AM
Namo Buddhaya,

Menurut saya pertanyaan anda kurang jelas, untuk dapat mengatakan Tuhan/tuhan itu ada atau tidak pertama-tama anda harus mendefinisikan dahulu Tuhan/tuhan yang anda maksud.

Theravada maupun Mahayana mengenal konsep Ketuhanan.

Jadi Tuhan/tuhan mana yang anda maksud?


 _/\_

Bro Tri yang baik,

tolong anda lihat ini

«  on: 10 May 2008, 12:08:56 PM »

itu pertanyaan 2 tahun yang lalu,dan saya sudah mendapatkan jawaban yang lebih baik dari yang Anda tahu,kurasa.. :)