nah kapan pakainya logika ini ? di supermarket, super mall
toilet, beli makan siang ?
kapan logika begini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari....
mohon dijawab deh dgn logika!...
keterampilan dibidang ilmu logika, dapat kita gunakan untuk memahami ajaran-ajaran, kitab-kitab atau sutta-sutta. sutta ditulis oleh zaman orang-orang dahulu, diambil dari sabda sang Buddha. pada abad modern ini, sutta diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh cendikiawan budhis. dan saya belajar budhism dari sutta yang diterjemahkan melalui tangan-tangan mereka. tetapi, dalam mempelajari sutta, saya menggunakan kaidah-kaidah berpikir yang baku yang disebut dengan logika.
sebagai contoh, kita membaca sabda sang Buddha di dalam sutta sebagai berikut :
Tinggalkanlah kejahatan, o para bhikkhu! Para bhikkhu, manusia dapat meninggalkan kejahatan. Seandainya saja manusia tidak mungkin meninggalkan kejahatan, aku tidak akan menyuruh kalian melakukannya. Tetapi, karena hal itu dapat dilakukan maka kukatakan,”Tinggalkanlah kejahatan!”
untuk memahami sabda sang Buddha tersebut, konversi terlebih dahulu satu kalimat saja ke dalam bahasa logika yang baku. sebagai contoh kalimat ini :
Tinggalkanlah kejahatan, o para bhikkhu!
kalimat apa itu? itu adalah kalimat perintah. adapun kalimat perintah di luar kajian logika. artinya, menurut ilmu logika sebuah kalimat perintah tidak dapat dinilai benar maupun salah. psikologi, agama, budi pekerti, mungkin bisa menilai benar salahnya perintah tersebut, tapi kita harus mengerti bahwa kalimat perintah merupakan sesuatu diluar kajian logika.
tapi, bila kebenaran berita yang terkandung di dalam kalimat perintah tersebut ingin kita fahami, maka kita harus mengkonversinya ke dalam bentuk proposisi atau "keterangan mengurai". tetapi, kita tidak boleh mengklaim sama sekali bahwa konversi tersebut merupakan sabda sang Buddha, kecuali atas kesadaran bahwa "Demikianlah tafsiran saya terhadap sabda sang Buddha."
dan kita berkata, "sang Buddha memerintahkan kita untuk meninggalkan kejahatan". ini harus diakui sebagai tafsir dari apa yang tertulis di dalam sutta : "Tinggalkanlah kejahatan, o para bhikkhu!"
tapi sebagian orang seringkali secara serampangan berkata, "Sang Buddha mengatakan bahwa setiap kejahatan harus ditinggalkan", tanpa suatu dasar yang bisa dipertanggung jawabkan. kalimat itu tampaknya baik. tapi bila landasannya tidak ada, maka hal itu termasuk kepada fitnah yang ditujukan kepada sang Buddha.
seandainya yang menjadi landasan dalil adalah : sang Buddha berkata, "Setiap kejahatan itu harus ditinggalkan", maka orang yang berkata, "Sang Buddha mengatakan bahwa setiap kejahatan harus ditinggalkan", berarti orang itu berkata benar. tapi bila yang menjadi landasan dalil adalah "Tinggalkanlah kejahatan, o para bhikkhu!", maka orang itu telah berkata salah. dia telah gegabah dalam menyampaikan ajaran sang Buddha, telah menyatakan "setiap" pada term yang belum tentu meniap. yang demikian itu istilahnya "Salah menyatakan pencerahan". sebenarnya saya pernah membaca di dalam sutta tentang contoh orang yang "salah menyatakan pencerahan", yang berkata mirip dengan sabda sang Buddha, tapi sebenarnya isinya jauh berbeda. sayang sekali, sewaktu saya membaca kisah itu, saya tidak mencatatnya sehingga saya tidak bisa menunjukan kisah itu kepada anda.
ini hanya contoh kecil. amat banyaklah kesalah fahaman umat, akibat menggunakan cara berpikir yang menyalahi logika. jadi, pengetahuan logika sangat bermanfaat untuk menghindari kesalahan berpikir tersebut.