Saya mengatakan, perlu dibedakan antara 'konsep' anatta dan fakta' anatta. Ini berlaku baik untuk MMD maupun vipassana versi lain. (Tapi banyak umat Buddha yang tidak bisa membedakan ini.) ... Itulah sebabnya dalam MMD saya tidak pernah membicarakan 'anatta', karena itu cuma konsep sebelum orang merealisasikannya ("menembusnya"). ... Bahwa perealisasian anatta itu harus tercapai dengan lenyapnya gerak pikiran/aku sesuai Mulapariyaya-sutta & Bahiya-sutta, memang demikian adanya; ajaran dalam kedua sutta itu sesuai dengan pengalaman saya. ... Tapi saya menghargai uraian panjang lebar Rekan Fabian, misalnya, yang mempunyai pendekatan lain. ... Apa lagi yang kurang? ...
Tidak ada yang kurang kok.
Pak Hudoyo menyampaikan dengan cara yang menurut Pak Hudoyo adalah terbaik, saya sih tidak "minta" apa2. Seperti saya katakan, itu hanya opini.
Bisa. Prinsipnya ialah, dalam kesadaran di mana pikiran & aku berhenti, di situ orang berada dalam keadaan faktual anatta (bukan konsep anatta). ... Bedanya arahat dan puthujjana ialah: dalam batin puthujjana yang mencapai khanika-samadhi kondisi anatta itu hanya berlangsung sementara waktu, sedangkan dalam batin arahat kondisi anatta itu sudah menetap/permanen.
Bacalah dengan teliti Mulapariyaya-sutta, dan bandingkan bagian bagian II dan bagian III nya. Dalam bagian II Sang Buddha berkata, dalam batin orang yang sedang berlatih hendaknya tidak muncul pikiran & aku (ma ma~n~ni). Dalam bagian III Sang Buddha berkata, dalam batin seorang arahat, pikiran & aku tidak muncul lagi (na ma~n~nati). ... Itulah maka saya katakan, seorang puthujjana yang berada dalam khanika-samadhi, ia mencicipi nibbana para arahat.
Selain khanika samadhi, apakah ada cara lain? Atau setidaknya, apakah Pak Hudoyo percaya ada hal lain selain khanika samadhi yang bisa membawa orang pada pemahaman "anatta" yang bukan konsep?