//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?  (Read 41768 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #45 on: 26 November 2011, 11:25:57 AM »
sudah pernah menyampaikan masalah ini kepada majelis tingkat kota/daerah ? mungkin mereka bs membantu penyelesaian nya...
Ini sudah sampai tingkat Pusat. dan tembusan surat sudah di sampaikan Majelis Pusat.
Thanks Bro dato.

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #46 on: 28 November 2011, 03:34:04 PM »
huhuhu... memprihatinkan..
imo, vihara justru lebih baik kalo dikelola oleh umat awam.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #47 on: 28 November 2011, 04:53:46 PM »
Namo Buddhaya,

Mohon masukan teman2 sedhamma,

Bila umat menyatakan niatnya menyerahkan asset satu yayasan ke sangha, per surat.
Belum melakukan serah terima, apakah asset itu sudah berarti menjadi milik sangha?


Menurut pemahaman saya, itu baru niat dan persetujuan, selama belum melakukan serah terima, maka penyerahan belum terjadi, dan asset masih menjadi milik umat.

faktanya, umat tsb. tiba2 menerima PEMBERITAHUAN lewat SMS dari sesama umat untuk menghadiri acara patidana dan ucapan terima kasih sangha atas penyerahan asset yayasan. Bila tidak jelas silahkan tanya bhante X.
Keesokannya, si kurir menyatakan setelah berkonsultasi dg ketua sangha, maka PEMBERITAHUAN diubah menjadi UNDANGAN.


Menurut saya, ini tidak wajar. belum terjadi serah terima, kok sudah diundang menghadiri acara penyampaian terima kasih.

Apa yg mesti umat tersebut lakukan?

Kita patut menghormati sangha, tapi bila kejadiannya demikian, apa yg patut umat lakukan?

Terima kasih.

Salam metta
injulia
ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada, dijaman Buddha Gotama juga pernah ada kejadian ini, seorang umat awam berdana sesuatu, tapi dilihat olehnya anggota Sangha yang menerimanya seolah kurang pantas atau bikin kesel, lalu Buddha berkata pada umat Awam tersebut, Danakan kepada Sangha, bukan danakan kepada Bhikkhu tertentu. dengan menekankan kalimat ini, Budhha mengetahui Bahwa Anggota Sangha nggak semuanya mencapai kesucian Arahat dan memiliki moral yang Baik, tapi kesempatan yang Buddha berikan pada kita adalah untuk tidak kembali memikirkan Dana yang telah kita persembahkan Untuk Sangha baik itu dipergunakan maksimal atau tidak, pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan. sebagai mana dalam paritta Sanghanusati, Sangha adalah lapangan menanam jasa kebaikan, niatkan niat anda, danakan kepada Keseluruhan Sangha, di Indonesia, dan di dunia. _/\_anumodana.
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #48 on: 29 November 2011, 08:21:27 AM »
huhuhu... memprihatinkan..
imo, vihara justru lebih baik kalo dikelola oleh umat awam.
Ketemu lagi, bro.  ;D
Thanks Bro Morph.

Yup saya, kami setuju. Kami sudah baca dan lampirkan artikel lengkap: Pengelolaan Vihara oleh: P. Sabar, Jalan Tengah N 21, 09 Juni 1990.
Ini sebagian saya kutip sebagian: :
Quote
Vihara pada hakikatnya adalah milik umat, untuk kegiatan keagamaan, oleh karena itu umat harus bertanggung jawab untuk pengelolaannya. Adalah tidak benar kalau sebuah vihara diserahkan kepada Sangha, sebab Sangha adalah hanya merupakan kumpulan para bhikkhu yang sedang melakukan suatu kegiatan keagamaan yang sedikitnya terdiri dari 4, 5, 10 atau 20 orang bhikkhu, sesuai dengan kepentingannya.

Quote
Vihara adalah tempat untuk kegiatan keagamaan umum bagi Umat Buddha, dan menjadi milik umat Buddha setempat. Karena itu kalau seorang bhikkhu pindah tempat, maka viharanya tidak akan dijual atau umatnya tidak akan kehilangan tempat untuk melakukan Puja Bhanti.

Quote
Kiranya perlu diketahui, bahwa vihara-vihara yang besar itu bukan dikelola oleh Sangha, tapi oleh sebuah yayasan. yayasanlah yang mencari dana untuk biaya pengelolaan vihara selanjutnya.

Kami sudah konsultasi th 2008, via email dg bhante senior (Mahathera) isinya,

Quote
Untuk yayasan yang baru memang agak berbeda dengan yang lama. Sekarang pendiri menjadi Badan Pembina.

Untuk yayasan, bila ingin memasukkan bhikkhu, maka bisa saja dimasukkan ke Badan pengawas atau malah tidak sama sekali, apabila mayoritas merasa keberatan dengan posisi bhikkhu sebagai Badan Pembina.

Dengan demikian, Badan Pembina masih tetap umat atau siapa saja sebagai pendiri yayasan tersebut.
Belakangan, setelah masalah meruncing, kami tidak berkonsultasi lagi pada beliau yg kami hormati sekali, karena tidak etis kalau kami bertanya lebih detiil menyangkut organisasi beliau.

Kami selama ini belum memiliki kepala vihara, ini masukan anggota Badan pendiri yg mantan bhikkhu: Kalau bijak bagus, tapi kalau tidak bijak, kita akan serba salah nanti.

Dan menurut kami (kami sudah lampirkan ke Sangha, dasar inii, dan tidak perlu saya tulis di sini) bhante yg sering ke vihara kami kurang bijak.

Itu menjadi dasar, referensi kami sebelumnya untuk memutuskan: belum saatnya menyerahkan ke Sangha. Semua itu sudah kami sampaikan ke Sangha per surat, tapi tidak ada respon. Tahu2 sudah berdiri yayasan yg baru. Tanpa penjelasan apapun. Tentu kami tidak bisa memaksa dan meminta penjelasan. karena itulah, saya pribadi mohon mungkin di sini bisa saya dapatkan penjelasan atau masukan dari teman2. karena menurut saya, pendirian yayasan yang baru tanpa melibatkan badan Pendiri yang lama, kurang sewajarnya dalam lingkup spiritual.

Kalau di lingkup bisnis, politik, mungkin cara2 demikian masih dianggap wajar.


thanks
 _/\_



« Last Edit: 29 November 2011, 08:27:13 AM by inJulia »

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #49 on: 29 November 2011, 08:55:41 AM »
Masalah sederhana, kurang keterbukaan dalam komunikasi.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #50 on: 29 November 2011, 09:25:16 AM »
ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada, dijaman Buddha Gotama juga pernah ada kejadian ini, seorang umat awam berdana sesuatu, tapi dilihat olehnya anggota Sangha yang menerimanya seolah kurang pantas atau bikin kesel, lalu Buddha berkata pada umat Awam tersebut, Danakan kepada Sangha, bukan danakan kepada Bhikkhu tertentu. dengan menekankan kalimat ini, Budhha mengetahui Bahwa Anggota Sangha nggak semuanya mencapai kesucian Arahat dan memiliki moral yang Baik, tapi kesempatan yang Buddha berikan pada kita adalah untuk tidak kembali memikirkan Dana yang telah kita persembahkan Untuk Sangha baik itu dipergunakan maksimal atau tidak, pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan.
Thanks Bro Kakao,
bagus! setuju, itulah yg membuat kami memutuskan: BELUM SAATNYA MENYERAHKAN KE SANGHA.

Tapi karena "saran" agar menyerahkan ke Sangha yg bertubi-tubi, apa yg murid spiritual patut lakukan, bro??? 
;D ;D ;D

Di tambah gosip (entah siapa) bahwa kami mau mengangkangi vihara kami bangun.
 :'( :'( :'(


Minta waktu berbicara dg Padesanayaka, beliau menolak agar langsung saja merespon ke sangha.
Ketika salah satu Badan Pendiri jauh-jauh ke Ketua Sangha, beliau menghindar dan agar berbicara dengan Padesanayaka saja.
 ;D
Maka yah kami balas dan tuangkan pemahaman kami lewat surat. dan setahun lebih tak ada respon, tahu2 sdh berdiri yayasan baru tanpa melibatkan Badan Pendiri yang lama.....

ini sih kalau menurut saya, sudah punya niatan berdana kepada Sangha adalah perbuatan yang sangat Mulia, namun jika niatan itu berubah menjadi sesuatu yang curigaan, dll, mending tidak usah didanakan, karena nilai atau pahalanya tidak ada,
nah soal Pahala,

Sekedar informasi: Dalam pertemuan tersebut Bhante S mengingatkan, betapa besar pahala yang di dapat bila Umat bersedia menyerahkan vihara kepada Sangha. Terima kasih, tapi maaf, Perjuangan kami, kami yakini jauh lebih luhur dari pola pikir mencari pahala buat diri sendiri tersebut. Yaitu:

•   Kami SEDANG BELAJAR dan BERLATIH agar sikap dan tindakan kami (bila YYY mesti diserahkan) adalah karena PEMAHAMAN dan PENGERTIAN, bukan karena asal percaya, asal glek, atau karena rasa hormat kepada Guru Spiritual kami, ataupun karena iming-iming pahala, apalagi karena SSS mendepak. Mengusahakan dana yang terpuji oleh para bijaksana. Bila ini terwujud, nama SSS akan terbebaskan dari segala perbincangan miring, SEJARAH SSS tetap MULIA dan harum.

•   Mohon konfirmasi dan klarifikasi atas NIAT, RENCANA serta TINDAKAN pengambilalihan (menginginkan milik, wewenang pihak lain) yang bagi masyarakat spiritual perumah tangga dianggap kurang wajar, apakah bagi pertapa, yang melepaskan keduniawian justru dianggap wajar (selaras Dhamma-Vinaya).

•   Menolak, mencegah sikap arogansi dari siapapun dalam lingkungan spiritual.

•   Saling mengingatkan dengan sejujur dan cara sebaik mungkin, dan ini tidak gampang buat kami. Kebenaran memang kadang pahit diungkapkan, tapi itu perlu demi kebahagiaan banyak orang.

Itulah yang patut kami perjuangkan dan mesti siap dengan segala resikonya, karena itulah sikap dan tindakan serta tanggungjawab yang sesuai Dhamma-Vinaya yang kami pahami selama ini. Tapi karena situasi persatuan kami sudah hancur lebur, sepertinya sulit kami dipersatukan lagi dan agar tidak merepotkan SSS, kami terpaksa mengiklaskan dan mundur dari YYY. Kami bukan menyetujui akar sikap dan tindakan yang menurut kami tidak terpuji tapi kami mundur dan melepaskan YYY kepada SSS agar SSS bisa mencurahkan perhatian dan pembinaan kepada masalah yang lebih urgent.


pada Sangha, berarti kepada seluruh angota Sangha, bukan Bhikkhu perorangan. sebagai mana dalam paritta Sanghanusati, Sangha adalah lapangan menanam jasa kebaikan, niatkan niat anda, danakan kepada Keseluruhan Sangha, di Indonesia, dan di dunia. _/\_anumodana.
Bro Kakao,
Yang saya bold saja.
Maaf, Anggota sangha saja TIDAK BERPIKIR DEMIKIAN.  ;D

Apakah fasilitas Sangha X, boleh digunakan anggota atau bhikkhu lain?
Faktanya: Tidak, bro.

Thanks bro Kakao.
 _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #51 on: 29 November 2011, 09:31:46 AM »
Masalah sederhana, kurang keterbukaan dalam komunikasi.

Tepat!
 ^:)^

Kalau kita benar, pasti berani terbuka, melakukan komunikasi. mencari Win-Win solution.

Tapi kalao memakai kearogansian, mau menang sendiri mengadalkan status, banyaknya sila.
Jelas umat keok.....
Tidak imbang....


Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #52 on: 29 November 2011, 10:39:34 AM »
Masalah sederhana, kurang keterbukaan dalam komunikasi.
Ini kami sudah sampaikan:

Dengan FAKTA demikian, perlu kiranya SSS mengevaluasi. Melihat hampir semua anggota SSS di  (sensor) mendorong penyerahan YYY ke SSS, TANPA MEMPERDULIKAN resiko dan akibat sampingnya (kami terpecah belah), kami mohon konfirmasi dan klarifikasi, menurut SSS,”Dengan semua desakan saran permintaan yang bertubi-tubi, Apakah memang benar umat perumah tangga tidak pantas dan tidak patut serta tercela mendirikan yayasan dan vihara sehingga HARUS diserahkan ke—anggota--SSS?”

Padahal, dari artikel “Pengelolaan Vihara” oleh P. Sabar, Jalan Tengah, dan bincang-bincang dengan Senior kami, justru mendapat masukkan bila menyerahkan ke Sangha dianggap keliru. Maka lewat surat ini kami sangat mengharapkan konfirmasi dan klarifikasi dari SSS, agar tidak membingungkan Umat. Kebingungan yang kami alami sama seperti apa yang dialami Suku Kalama. Mari kita semua coba praktekkan semangat dalam Kalama Sutta: Hindari dan cegah pemaksaan kehendak, dogmatisme, arogansi sok kuasa, asal percaya, asal taat, asal terima, tapi dorong kearah penyelidikan bebas, pemahaman, kebebasan berpikir karena inilah semangat Dhamma-Vinaya sejati, yang lain dari yang lain. Kami bukan menentang SSS, tapi kami butuh penjelasan, pemahaman yang jelas. Bila kami (baca: Umat binaan SSS) belum siap, mohon dibimbing dan bersabarlah.



Tapi tidak ada respon apapun.

« Last Edit: 29 November 2011, 10:41:54 AM by inJulia »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
upper cut
« Reply #53 on: 29 November 2011, 11:13:42 AM »
Quote
setahun lebih tak ada respon, tahu2 sdh berdiri yayasan baru tanpa melibatkan Badan Pendiri yang lama.....
mantep nih rasanya kena upper cut....
silahkan kritik membangun pada pendiri/pengurus baru...  :))
tanya koq upper cut nya mendadak tanpa pemberitahuan atau voting ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: upper cut
« Reply #54 on: 30 November 2011, 09:38:39 AM »
mantep nih rasanya kena upper cut....
silahkan kritik membangun pada pendiri/pengurus baru...  :))
tanya koq upper cut nya mendadak tanpa pemberitahuan atau voting ?
Kami sudah iklaskan, setujui, jadi mestinya tidak butuh upper cut, kan bro.  ;D

Untuk jelasnya, ok lah saya kutip AWAL dan PENUTUP surat kami:


Namo Buddhaya,

Demi kebahagiaan banyak orang.

Memperhatikan surat SSS dengan Nomor:  [at]  [at]  [at]  [at]  [at]  [at] , Hal: Saran untuk Yys YY, kami sampaikan banyak terima kasih. Maaf, Saran SSS ini isinya tidak berkaitan isi surat yang kami kirim. Saran SSS ini isinya justru adalah kesepakatan SSS dengan Bpk. Ibu PS (GSK) secara pribadi. Bpk. Ibu PS tidak punya wewenang dan hak mengatur dan menentukan secara pribadi urusan Yys YY. Dengan demikian, yang bersedia melakukan kesepakatan dengannya untuk mengatur YYY sangatlah tidak wajar. Yang dilakukan Bpk. Ibu PS adalah membenturkan, mengadu domba kami dengan SSS. Kami kecewa, SSS justru bersedia mendukung yang tidak wajar. Posisi kurang baik yang mestinya kita hindari, demi menjaga nama baik organisasi sendiri.

Tapi bagaimanapun juga, kami siap menyetujui dan menjalankan Saran SSS, sebagai rasa hormat kami kepada Guru Spiritual yang kami muliakan. Kami mohon maaf atas lambatnya respon kami, kami kebingungan bagaimana mesti menjawab saran yang tidak wajar ini. Apapun respon kami, kami akan berada di posisi yang kurang pantas. Di bawah nanti kami jelaskan.

Membahas SIKAP dan TINDAKAN mana yang selaras dan tidak dengan Dhamma-Vinaya, jauh lebih penting dan bermanfaat bagi kami daripada masalah Siapa lebih pantas memegang wewenang tertinggi di Yys YY. Respon Surat ini lebih menekankan hal ini, yang DAMPAKNYA jauh lebih luas bagi SELURUH Umat Binaan SSS. Masalah YYY kami babar, bisa dianggap sebagai CONTOH NYATA, BUKTI NYATA dari hal penting di atas. Bahwa ini bukan hanya PRADUGA semata. Dengan SEMANGAT Kalama Sutta: Mendorong penyelidikan bebas, kebebasan berpikir, bertindak berdasarkan pemahaman dan pengertian, bebas dari: arogansi, paksaan, tekanan, dogmatisme, pencekokan, asal percaya, asal taat, atau hanya karena rasa hormat kepada Guru. Kami bukan menentang, tapi mohon konfirmasi dan klarifikasi, mana sikap dan tindakan yang selaras dan yang tidak menurut SSS (baca: Dhamma-Vinaya).

Untuk itu ijinkanlah kami memberikan FAKTA yang kami tahu, pandangan serta renungan kami, semoga SSS berkenan meluruskan bila ada yang dianggap tidak selaras Dhamma-Vinaya. Semoga juga ini bisa menjadi feedback, bahan evaluasi SSS demi kepentingan kemajuan pembinaan Dhamma. Kebahagiaan banyak orang. Sehingga apa yang keliru tidak terulang lagi dimanapun.

Setelah membaca Surat SSS ini, kami menemukan beberapa kejanggalan:


Awalnya:
=kami siap menyetujui dan menjalankan Saran SSS
=Mohon penjelasan dulu, kalau boleh

Tapi akhirnya kami update dan putuskan untuk mengiklaskan saja, dan menunggu prosedur serah terima dari Sangha.
Biar beres dan selesai. Dan kami tutup dengan tambahan UPDATE.


Akhir kata apa FAKTA, pandangan dan renungan sudah kami sampaikan, mohon SSS berkenan meluruskan, dibagian mana kami keliru, agar kami bisa memperbaiki pandangan, renungan serta cara penyampaian kami. Semoga semua ini bisa menjadi pembelajaran, bagi kami khususnya, disamping sebagai feedback dan evaluasi buat SSS, demi kemajuan pembinaan Dhamma, Kebahagiaan banyak orang. Selanjutnya, bila SSS tetap meminta dan mendepak serta mengusir kami, kami siap ikuti dan berikan. Kami sampaikan terima kasih dan Anumodana atas semua pembinaan yang sudah diberikan selama ini kepada seluruh Umat VVV. Bila ada kesalahan yang kami sengaja ataupun tidak, baik melalui ucapan/tulisan, pikiran dan tindakan kepada siapapun, mohon sudi kiranya dimaafkan, dan dimaklumi.

= UPDATE_15 Juli 2010 =


Kami sepakat menyerahkan Yayasan kami ke SSS, kami sudah sampaikan secara lisan kepada Bhante S, di Vihara BS. Bagaimana prosedur penyerahannya, kami menunggu pengaturan dan arahan SSS. Bagaimana susunan pengurus dan segala sesuatunya nanti, adalah wewenang SSS SEPENUHNYA.




Sekedar informasi: Dalam pertemuan tersebut Bhante S mengingatkan, betapa besar pahala yang di dapat bila Umat bersedia menyerahkan vihara kepada Sangha. Terima kasih, tapi maaf, Perjuangan kami, kami yakini jauh lebih luhur dari pola pikir mencari pahala buat diri sendiri tersebut. Yaitu:

•   Kami SEDANG BELAJAR dan BERLATIH agar sikap dan tindakan kami (bila YYY mesti diserahkan) adalah karena PEMAHAMAN dan PENGERTIAN, bukan karena asal percaya, asal glek, atau karena rasa hormat kepada Guru Spiritual kami, ataupun karena iming-iming pahala, apalagi karena SSS mendepak. Mengusahakan dana yang terpuji oleh para bijaksana. Bila ini terwujud, nama SSS akan terbebaskan dari segala perbincangan miring, SEJARAH SSS tetap MULIA dan harum.

•   Mohon konfirmasi dan klarifikasi atas NIAT, RENCANA serta TINDAKAN pengambilalihan (menginginkan milik, wewenang pihak lain) yang bagi masyarakat spiritual perumah tangga dianggap kurang wajar, apakah bagi pertapa, yang melepaskan keduniawian justru dianggap wajar (selaras Dhamma-Vinaya).

•   Menolak, mencegah sikap arogansi dari siapapun dalam lingkungan spiritual.

•   Saling mengingatkan dengan sejujur dan cara sebaik mungkin, dan ini tidak gampang buat kami. Kebenaran memang kadang pahit diungkapkan, tapi itu perlu demi kebahagiaan banyak orang.

Itulah yang patut kami perjuangkan dan mesti siap dengan segala resikonya, karena itulah sikap dan tindakan serta tanggungjawab yang sesuai Dhamma-Vinaya yang kami pahami selama ini. Tapi karena situasi persatuan kami sudah hancur lebur, sepertinya sulit kami dipersatukan lagi dan agar tidak merepotkan SSS, kami terpaksa mengiklaskan dan mundur dari YYY. Kami bukan menyetujui akar sikap dan tindakan yang menurut kami tidak terpuji tapi kami mundur dan melepaskan YYY kepada SSS agar SSS bisa mencurahkan perhatian dan pembinaan kepada masalah yang lebih urgent.


Semoga semua makhluk hidup berbahagia.



Kami sudah mengibarkan bendera Putih, menyerah pasrah secara iklas. Kami juga saat bertemu (Juli 2010) menyatakan bahwa draft respon kami siap kirim, mohon berkenan dibaca, kalau-kalau ada yg perlu ditambah atau dihilangkan, kami siap edit lagi.Kami bawa  drfat surat kami pegang, siap diserahkan untuk diteliti. Ini pertemuan kekeluargaan, ramah tamah dg Bhante S. Beliau tersenyum, dan menyatakan tidak perlu. Dan menyarankan kirim apa adanya, sajalah. Ini sikap beliau yg memang jentelman! Tentu hati kami semakin plong.

Kami tunggu.... tak ada respon.
Tahu2 [pinjam istilah bro Johan;-) ] ada upper cut.  :o
Yah, sesak nafaslah
kalao bro Johan yg sudah upekha ngalami ini, mungkin bisa tetap tenang.  ^:)^
« Last Edit: 30 November 2011, 09:52:52 AM by inJulia »

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #55 on: 30 November 2011, 11:28:43 AM »
upper cut membuat kunang2 serta kaki menjadi loyo.... (rubberize)

tapi seorang guru pernah mengatakan :

yg dapat belum tentu baik,
yg tidak dapat belum tentu tidak baik !

semoga golongan yg "kalah" kena upper cut
dpt mengumpulkan tenaganya utk membuat
vihara yg BARU lagi.......dan dpt menampung
umat lebih banyak lagi, juga pahala lebih banyak
lagi....

soal uppercut, itu udah resikonya jadi seorang "petinju"
apalagi ini "petinju" gak dibayar hahahahaaa....
anggap aja beri kesempatan utk org lain "maju" !

take it easy brooo...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #56 on: 30 November 2011, 11:33:00 AM »
upper cut membuat kunang2 serta kaki menjadi loyo.... (rubberize)

tapi seorang guru pernah mengatakan :

yg dapat belum tentu baik,
yg tidak dapat belum tentu tidak baik !

semoga golongan yg "kalah" kena upper cut
dpt mengumpulkan tenaganya utk membuat
vihara yg BARU lagi.......dan dpt menampung
umat lebih banyak lagi, juga pahala lebih banyak
lagi....

soal uppercut, itu udah resikonya jadi seorang "petinju"
apalagi ini "petinju" gak dibayar hahahahaaa....
anggap aja beri kesempatan utk org lain "maju" !

take it easy brooo...
walau "kalah" sesungguhnya tlh maju sebagai pemenang. Setidaknya "sasana" atau "ring tinju" masih dimiliki.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #57 on: 30 November 2011, 11:58:04 AM »
saya ini jadi bingung... karena sepertinya thread ini sudah membahas tentang kasus tertentu (kasus nyata), tetapi di-samar-kan dalam bentuk anomim YYY, SSS dsbnya...
jadi saya gak nyambung nih... mohon pencerahannya...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #58 on: 30 November 2011, 01:23:26 PM »
upper cut membuat kunang2 serta kaki menjadi loyo.... (rubberize)

tapi seorang guru pernah mengatakan :

yg dapat belum tentu baik,
yg tidak dapat belum tentu tidak baik !

semoga golongan yg "kalah" kena upper cut
dpt mengumpulkan tenaganya utk membuat
vihara yg BARU lagi.......dan dpt menampung
umat lebih banyak lagi, juga pahala lebih banyak
lagi....

soal uppercut, itu udah resikonya jadi seorang "petinju"
apalagi ini "petinju" gak dibayar hahahahaaa....
anggap aja beri kesempatan utk org lain "maju" !

take it easy brooo...
;D
yah, teman2 sudah dua tahunan mengontrak rumah sebagai cetiya.
Pisah.
 _/\_

Offline inJulia

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 256
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Apa yg patut Umat lakukan terhadap sikap sangha yg DIRASA kurang wajar?
« Reply #59 on: 30 November 2011, 01:37:14 PM »
saya ini jadi bingung... karena sepertinya thread ini sudah membahas tentang kasus tertentu (kasus nyata), tetapi di-samar-kan dalam bentuk anomim YYY, SSS dsbnya...
jadi saya gak nyambung nih... mohon pencerahannya...

Maaf kalau membingungkan, bro Dilbert, tapi ini memang kasus nyata.

Tulisan yg berwarna (hijau dan biru) memang isi surat kami.  :)
Sedang yg hitam, barulah tambahan saya pribadi. Semoga lebih jelas.

***
Sesungguhnya trit saya adalah masalah umat Buddha, kita bersama. Jangan dilihat SIAPA (yayasan, saya, Sangha mana) nya, tapi mari kita lihat dan diskusikan PERMASALAHAN-nya. Sekarang kami yg alami, mungkin besok ANDA yg mengalaminya....

Bila ini terjadi pada diri kita sendiri, apa yg mesti, patut, pantas kita lakukan sehingga masih dalam batas yg wajar, sesuai Dhamma?
agar tidak kebablasan, begitu. Kebetulan saat ini saya alami, karena tak ada respon tahu2 ada "upper cut", maka saya berharap sekaligus bisa mendapat masukan di sini. Saya memang mohon masukan, apa yg sebaiknya saya lakukan selanjutnya? Diam saja, atau bagaimana? demikian bro.


Menurut saya, karena ini masalah riel, mestinya justru menjadi lebih menarik untuk dibahas bersama-sama. Dibandingkan topik yg TIDAK RIEL. Sekali lagi yg penting adalah TOPIKnya, bukan SIAPAnya. Itu sebabnya saya samarkan.

Semoga menjadi lebih jelas, bro.

 _/\_