Sebenarnya masalah Tiongkok dan Tibet adalah masalah dilematis. Karena Tiongkok melihat dari sisi kesatuan negara yg tidak boleh dikompromikan sementara Tibet memilih otonomi bebas, yg kenyataanya didalam rakyatnya terjadi beberapa kubu, ada yg pro kemerdekaan, ada yg pro Dalai Lama dan muncul demonstrasi yg baru2 ini terjadi.
Jadi perseteruan ini terjadi karena 2 orang yg melihat dari dua sudut pandang yg berbeda. Dan hal yg paling penting negara barat khususnya Amerika selalu memiliki agenda politik, dan demonstrasi2 di Tiongkok selalu ada intervensi dari barat.
Kalau saya setuju dengan cara Tiongkok jika dilihat dari kacamata sebagai politikus,mengapa demikian?ingat kejadian Tiananmen, kalau saat itu tidak dengan tangan besi, Tiongkok sudah terpecah belah seperti Uni Soviet.
Demikian yg terjadi di Tibet. Dalai Lama sebenarnya Beliau seorang yg Ahimsa, hanya saja, didalam negeri Tibet ada kubu yg memperkeruh suasana sehingga muncul demonstrasi, dan perlu diketahui Tiongkok paling tidak suka akan hal ini. Kalau kita bicara demokrasi, buktinya Tiongkok bisa menjalankan demokrasinya sendiri dan bisa memajukan negaranya yg dinikmati juga oleh rakyat.
Berbeda dalam kasus Myanmar yg memang pemerintahannya bobrok dan rakyatnya menderita. Jadi dalam hal ini harus dilihat kasus per kasus.
Bisa kita lihat di Indonesia sendiri, bagaimana demokrasi berjalan? yg ada DEMO CRAZY. Dikit2 demo, akhirnya investor juga takut terhadap buruh. Persoalannya bentuk demokrasi harus diadaptasi dengan kultur dan mental rakyat suatu negara. Tidak bisa pukul rata demokrasi ala barat. Apalagi Tiongkok rakyatnya paling banyak didunia, tidak semudah mengatur 1 atau 2 orang.
Saya setuju pernyataan Dalai Lama kalau rakyat Tibet tidak bisa menghentikan kekerasan dan unjuk rasa, Beliau akan mengundurkan diri.Memang itu hal yg terbaik. Kalau menempuh jalur Ahimsa memang sedikit panjang jalannya baru membuahkan hasil. Tapi kembali bukan masalah siapa yg benar dan salah melainkan 2 orang yg melihat 2 sisi koin yg berbeda.
Sebenarnya Tibet tidak perlu meminta otonomi bebas, karena Tiongkok sangat paham, jika itu terjadi maka negara barat akan mudah menjadi kan Tibet sebagai daerah basis akses luas utk menggerocoki intern Tiongkok dan juga basis intelejen negara barat khususnya Amerika. Seharusnya perundingan dengan Tiongkok adalah Tibet tetap masuk sebagai bagian dari Tiongkok, hanya tiongkok tidak boleh intervensi masalah hirarki agama Buddha di Tibet yg merupakan bagian daribudaya Tibet sendiri. Saya rasa dengan hal ini Tiongkok akan melunak sikapnya.
Masalah Falun gong adalah sesat karena banyak mendompleng ajaran Buddha dan Tao tetapi menyimpang(dilihat dalam konteks Buddhism). Dan selalu menjelek-jelekan Tiongkok.(saya sering melihatnya di Bali)
Bahkan Falungong menciptakan buku ttg ramalan Nostradamus yg dikaitkan-kaitkan dengan Tiongkok bahwa Tiongkok adalah kerajaan setan seperti yg di nubuatkan di Alkitab. Dan menanggap pendiri Falungong adalah Jelamaan Buddha. Nah kalau sudah begini lalu dibantai siapa yg salah? Lagipula seharusnya mereka juga harus paham bahwa politik Tiongkok adalah politik tangan besi, jadi janganlah cari masalah. Kalau hidup damai, ngak usah ikut campur politik, apalagi mengkritik pemerintah, saya rasa ngak akan dibantai. Oleh karena itu jangan membangunkan harimau tidur. POLITIK adalah sangat kotor, sangat jarang di dunia ini orang berpolitik bisa mengikuti Dhamma. Kalau mengikuti Dhamma pasti habis terbantai oleh rival2nya. Jadi lebik baik hidup tenang, praktek Dhamma damai2 saja. Urus batin masing2 kan beres.