//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bhiksuni: Tak Ada Larangan Ornamen Budha di Tempat Komersil  (Read 2356 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline F.T

  • Sebelumnya: Felix Thioris, MarFel, Ocean Heart
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.134
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • • Save the Children & Join with - Kasih Dharma Peduli • We Care About Their Future • There Are Our Next Generation.
Jakarta - Beberapa waktu lalu sebagian kalangan umat Budha memprotes keberadaan ornamen Budha di Restoran Buddha-Bar, Jakarta. Diakui Bhiksuni Chan Kong asal Vietnam, memang tidak ada larangan pemasangan ornamen itu asal menjadi pengingat amalan dan ajaran Budha Gautama.

"Yang perlu diingat keberadaan ornamen Budha dimanapun, sesungguhnya untuk mengingat amalan dan ajaran Budha itu sendiri. Jadi kesadaran itu yang harus dibangun," kata Bhiksuni Chan Kong usai acara Ceramah Dharma bertema 'Learning True Love' (Pembelajaran Cinta Sejati) di Prasadha Jinarakkhita, Jl Kembangan Raya, Blok JJ Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (7/5/2009).

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah umat Budha yang tergabung dalam Majelis Agama Buddha Thervada Indonesia (Magabudhi) memprotes Restoran Buddha-Bar terkait pemakaian nama dan simbol agama untuk kepentingan komersial. Menjelang Hari Raya Waisak, Bhiksuni Chan Kong juga memberikan pesan keagamaannya, yaitu tentang cinta kasih dan perhatian yang harus menjadi landasan semua aktivitas.

"Kita harus tulus dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Termasuk saat menjalankan tugas yang kita emban. Dengan begitu, akan membawa nilai kedamaian," jelas bhiksuni kelahiran Ben Tre, Vietnam tahun 1938 dengan nama kecil Cao Ngoc Phuong itu.

Dalam buku biografinya yang ditulis oleh Dewi Lestari itu, Bhiksuni Chan Kong mengisahkan pengalaman cinta kasihnya selama perang Vietnam berkecamuk. Termasuk jejak kehidupannya selama di pengungsian selama 40 tahun di Perancis.

Bhiskuni lulusan bidang Biologi Univeritas Saigon ini sempat bertemu dengan nominator penerima Nobel Perdamaian 1967, Thich Nhat Hanh pada pada tahun 1959, yang kemudian menjadi guru spiritualnya. Chan Kong di masa mudanya memang dikenal idealis dan sempat bergabung dengan maha guru Zen, Thich Nhat Hanh dan mendirikan School of Youth for Social Service (SYSS) ini menjadi tokoh terkenal dalam anti perang dan komunitas perdamaian, di kemudian hari.

(zal/rdf)


Save the Children & Join With :
Kasih Dharma Peduli ~ Anak Asuh
May all Beings Be Happy


Contact Info : Kasihdharmapeduli [at] yahoo.com

 

anything