Kerancuan
Tetapi di antara abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M istilah Mahāyāna dan Hīnayāna muncul dalam Saddharma Pundarika Sutra Atau Sutra Lotus. Istilah ini terdapat pada bab 3 dari Sutra Lotus. Ini menjadi hal yang menarik. Jika pada masa kehidupan Sang Buddha tidak ada sekte atau aliran dalam Buddhisme, mengapa terdapat istilah Mahāyāna dan Hīnayāna dalam Sutra Lotus yang dikatakan dibabarkan sendiri oleh Sang Buddha? Mengacu pada aliran manakah Hīnayāna ini? Theravāda-kah?
Pada masa sekarang terjadi kerancuan dalam umat Mahāyāna ataupun Vajrayāna di dalam menggunakan istilah Hīnayāna. Mereka menerapkan istilah Hīnayāna dengan tiga cara penggunaan yang berbeda, yaitu:
Dalam pemahaman sejarah; aliran Pra-Mahāyāna di anggap sebagai Hīnayāna.
Theravāda modern dianggap sebagai Hīnayāna.
Istilah Hīnayāna digunakan sebagai bagian internal dari ajaran Mahāyāna.
dan sutra rancu ini yang menimbulkan persepsi kata 'Hinayana' sampai sekarang bagi sekelompok orang. :whistle:
Sutra tersebut kemungkinan sangat besar tidaklah rancu tetapi penafsiran-penafsiran oranglah yang membuat sutra tersebut menjadi rancu!
benar toh, adanya sutra rancu maka terjadi penafsiran2 rancu.
abgf membuat kejutan lagi... yach!!!ugh, kaget!! :o :o
abgf membuat kejutan lagi... yach!!!
Orang yang terkejut artinya dia tidak melakoni meditasi dalam hidupnya.Kamu,tidak punya kualitas untuk mengejutkan. Para Suciwan Buddhist yang telah melakonin tapaan puluhan tahun saja,tidak berani berkoar. Para sarjana Buddhist terkemuka saja,masih agak malu-malu menunjukkan pengetahuan mereka. Buka buku sana sini,tidak ada sedikit pun malu dengan menghadapkan isi buku itu pada diri sendiri,malah kamu menghadapkan isi-isi buku yang kamu anggap pas tepat untuk mengurui orang lain. Katakan saja kamu sudah menghafal semua sutta,lalu mau apa? Katakan kamu mengerti ajaran Buddhist tapi tidak menjalaninya,lalu mau apa? Cobalah duduk seharian untuk bermain dengan pikiranmu sendiri? Kalau sehari belum cukup,lakukan bertahun-tahun sampai kamu bisa Mengurui Pikiranmu,baru kamu guruin orang lain. Seorang pemulung saja punya kemampuan mengumpulkan sesuatu yang berguna dari sampah,lalu kamu? Jangan selalu membuang sampah ke mukamu sendiri. Seseorang yang benar-benar belajar Buddhism mempunyai ciri khusus,Yaitu "DIA TIDAK AKAN MAMPU MENGHABISKAN SATU BUKU BUDDHISM DALAM WAKTU SINGKAT" MENGAPA? KARENA MEREKA YANG BENAR DALAM BELAJAR,AKAN MENGHADAPKAN ISI AJARAN PADA DIRI SENDIRI DAN BERTANYA APAKAH SAYA SUDAH MELAKUKAN APA YANG SUDAH TERTULIS DALAM BUKU.Inilah membaca sambil merenung pada diri sendiri,menilai diri sendiri. Kalau belum mampu melakoni ajaran,rendah hati saja,dan lakukan tanya jawab dengan mereka yang memahami.Kalau tidak dapat jawaban yang benar,lanjutkan perjuanganmu sampai dapatkan hasil. Akhir kata,orang yang di mukanya ada sampah tidak akan belajar apapun selain menyebarkan baunya sendiri.
Oh Abgf,sifatmu mirip saudara kembarmu kalau lagi kesal,,,kata-katamu mirip sekali,tidak kusangka yang merasa itu ternyata dirimu. Padahal saya tidak menyebut nama siapa pun. Ya,yang merasa yang akan membalas sampahku. Terima kasih ya telah merasakan,maafkan saya,kataku pedas itu juga ditujukan pada diriku sendiri tapi tak kusangka ada juga yang turut merasakan sampah di mukaku sendiri. Sekali lagi terima kasih ikut merasakan bau sampah di mukaku. tapi ada sedikit perbedaan,saya paling tidak suka ganti-ganti nama. Melihat postinganmu,kupikir kamu telah mencapai pengetahuan luhur dan mau belajar banyak darimu,ah,,,,masa saya belajar dari orang yang masih suka kesal dengan postingan kata-kata pencerahan,kayak sudah mencapai langit tiga belas setengah. maafkan saya ya yang bau ini. Coba kalau kamu tidak kesal,,,pasti banyak pengikutmu.Pikiran sempit,tidak bisa naik kendaraan hinayana karena kendaraan hinayana masih terlalu bagus untukmu. Pergi sana,berlatih lagi kesabaran,kata guru abgf. ya guru. namaste.
yah, sutra palsu lagi dibahas
yah, sutra palsu lagi dibahas
Saya merasa bingung sama umat theravada seakan-akan kalau bukan dari tipitaka pali semua dianggap palsu fanatik banget lama-lama nanti bisa ngegantiin FPI entar, bahkan acarya Maha Bowa dan acarya Man Bhuriddatta berkata disalah satu bukunya
Umat Theravada yg mana yg anda maksudkan? dan dari mana anda bisa mengetahui bahwa seseorang adalah umat Buddha atau umat Theravada atau umat Mahayana?
sutra/sutta asli saja masih diragukan apalagi sutra palsu
umat theravada yang fanatik yang tidak bisa menerima perbedaan yang memiliki pemikiran hanya ajaran Ku lah yang paling benar hanya kitab suci Ku lah yang paling benar sisanya palsu and sesat! apakah kamu termasuk salah satu orang yang memiliki pemikiran demikian?
tau palsu darimana??? dan tau asli darimana???Jika ada sutra yg konon katanya dikhotbahkan oleh Sang Buddha tetapi isinya ternyata memuat istilah 'mahayana' dan 'hinayana', apakah bisa dikatakan tidak palsu ?
tau palsu darimana??? dan tau asli darimana???baca kalama sutra aja om
Sutra? bukan Sutta?secara katanya sutta dan sutra isinya hampir sama
[...]Awalnya, di jaman Buddha, hanya ada satu sangha, tidak ada 'yana-yana-an'.
Kita semua pasti sependapat bahwa pada masa kehidupan Sang Buddha tidak ada sekte atau aliran dalam Buddhisme. Apa yang diajarkan Sang Buddha pada saat itu hanyalah disebut Dhamma dan Vinaya.
[...]
Setelah Sidang Agung Sangha ke-3, Buddhisme terdiri dari 18 aliran yaitu:Setelah konsili III, baru terbentuk aliran-aliran yang tidak tanggung2 sampai 18, masing-masing dengan caranya sendiri dalam menginterpretasikan Ajaran Buddha.
(1) Thera-vadino (Sthaviravāda), (2) Vajjiputtaka (Vatsīputrīya), (3) Mahigsasaka (Mahīśāsaka), (4) Dhammuttarika (Dharmottarīya), (5) Bhaddayanika (Bhadrayānīya), (6) Channagarika (Sannāgarika), (7) Sammitiya (Sammitīya), (8) Sabbatthivada (Sarvāstivāda), (9) Dhammaguttika (Dharmaguptaka), (10) Kassapika (Kāśyapīya), (11) Sankantika (Samkrantika), (12) Suttavada (Sautrāntika), (13) Mahasamghika (Mahāsaṃghika), (14) Gokulika, (15) Ekabyoharika (Ekavyāvahārika), (16) Bahulika (Bahuśrutīya), (17) Pannatti-vada (Prajñaptivāda), (18) Cetiya-vada (Caitika).
Banyak hal-hal yang terjadi pada masa itu di India Pusat. Di antaranya adanya beberapa kelompok bhikkhu yang menjalankan Buddha Dhamma secara ekstrim dengan hanya mementingkan intelektual semata dan lupa dengan hal yang utama yaitu praktek dan pengamalan. Kemudian kelompok lain yang memegang prinsip pengamalan mulai melakukan kritik dan menerapkan konsep bodhisatta/bodhisattva, namun mereka pun menjadi ekstrim sehingga menciptakan figur-figur bodhisatta/bodhisattva.
Akhirnya antara abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M, muncullah Saddharma Pundarika Sutra dengan istilah hīnayāna dan mahāyāna. Dan sekitar abad ke-2 M, aliran Mahāyāna menjadi nyata dan utuh setelah Nāgārjuna mengembangkan filsafat Sunyata dalam teks kecil yaitu Madhyamakakārikā. Abad ke- 4 M , Asaṅga dan Vasubandhu menulis banyak karya mengenai Mahāyāna.Setelah aliran2 muncul, (mungkin disertai dengan caci-maki antar aliran,) tiba-tiba muncul pula kitab yang menyebutkan "mahayana" vs "hinayana", dan bagi saya agak aneh jika Buddha sendiri yang menyebutkannya. Kalau dugaan saya adalah orang yang membentuk aliran baru dengan prinsip baru yang membuat kitab dengan ide memisahkan antara alirannya sebagai Mahayana, dan (banyak) aliran lainnya sebagai Hinayana.
umat theravada yang fanatik yang tidak bisa menerima perbedaan yang memiliki pemikiran hanya ajaran Ku lah yang paling benar hanya kitab suci Ku lah yang paling benar sisanya palsu and sesat! apakah kamu termasuk salah satu orang yang memiliki pemikiran demikian?
Umat Theravada yg mana yg anda maksudkan? dan dari mana anda bisa mengetahui bahwa seseorang adalah umat Buddha atau umat Theravada atau umat Mahayana?
Jadi aliran apa aja sebenarnya sama saja... Intinya juga satu..
...
Dulu ada pertanyaan di kepala gua yg selama beberapa hari terus bertanya dan hanya disimpan di otak saja..
Sampai suatu hari ketemu buku interview dengan seorang Bhikkhu dan pas nya lagi ada lah tuh pertanyaan di otak gua yg tercantum di buku itu....
Kenapa di agama Buddha banyak alirannya?! bukannya hanya membingungkan umat Buddha saja?
Jawaban Bhikkhu nya: aliran di umat Buddha itu ibarat gula dengan berbagai macam dan jenis.. gula aren, gula merah, gula batu, dll
Intinya MANIS
Jadi aliran apa aja sebenarnya sama saja... Intinya juga satu..
umat theravada fanatik manakah yg anda maksudkan di sini? sebut nama aja jika anda bernyaliyang merasa aja terkecuali dia sudah engga punya perasaan lagi
Jika ada sutra yg konon katanya dikhotbahkan oleh Sang Buddha tetapi isinya ternyata memuat istilah 'mahayana' dan 'hinayana', apakah bisa dikatakan tidak palsu ?
Karena saat Sang Buddha masih hidup selama 80 tahun, belum ada yg namanya aliran2 termasuk mahayana - hinayana.
Lantas siapa yg mengarang sutra itu ? Kecuali diakui bahwa sutra itu dikarang oleh bhiksu senior dan bukan Sang Buddha, ya sah2 saja diimani seperti kitab kuningnya kalangan NU
_/\_
baca kalama sutra aja om
karena anda sudah menyebutkan ada theravada yang fanatik ! ???
mohon uraikan lagi dibawah ini sebagai berikut :
kriteria theravada fanatik dan theravada tidak fanatik ?
kriteria mahayana fanatik dan mahayana tidak fanatik ?
kriteria tantrayana fanatik dan tantrayana tidak fanatik ?
kriteria zen fanatik dan zen yang tidak fanatik ?
dst...
tolong disebutkan kriterianya, jika ada kriterianya baru ada umat ngaku alirannya termasuk fanatik atau tidak fanatik !
Dari artikel yang di sampaikan oleh TS, yang saya yakin bukan disusun oleh TS sendiri, menyampaikan 2 pokok masalah , pertama menjelaskan etimologi kata hīnayana sebagai istilah yang bermakna negatif dan kedua, menjelaskan tidak ada aliran hīnayana.
Pertama.Makna negatif hīnayana dibuktikan dengan penggunaan kata ‘hīna” dibeberapa literatur yang setara, antara sutta dan sutra, contohnya Dhammacakkappavattana Sutta (versi Pali yang dipegang Theravada) dan Dharmacakra Pravartana Sutra (versi Sanskerta yang dipegang Mahayana). Pada keduanya kata hīna digunakan untuk istilah yang buruk/jelek.
Bahkan dalam literatur Mahayana sendiri seperti Mahayanasutralankara karya Asaṅga, kata “hīna” digunakan sebagai istilah yang buruk, dipersandingan dengan kata sifat hīna-madhyama-vishishta atau hīna-majjhima-paṇīta (buruk/jelek – menengah – terbaik).
Demikianlah alasannya, jadi tidak asal mengatakan: “oh hinayana bukan berarti aliran”, tanpa mengajukan alasan dan asal usulnya.
Kedua. Jelas pada masa setelah Sang Buddha tidak ada nama aliran Hinayana dalam catatan sejarah (di luar sutra Mahayana). Dan diragukan jika ada aliran pada masa kehidupan Sang Buddha. Jika ada, tidak terbayangkan mengapa Sang Buddha menjelek-jelekan hasil pengajaranNya sendiri. Dan lebih tidak terbayangkan lagi jika dikatakan aliran yang telah dijelek-jelekan tersebut merupakan pondasi dari hirarki aliran Buddhisme (kelompok Buddhis tertentu sering membuat hirarki aliran).
Nah, terkait etimologi kata hina yang bersifat negatif tersebut, maka wajar jika ada yang mempertanyakan Saddharma Pundarika Sutra (Sutra Lotus), mengapa istilah negatif tersebut bisa ada dalam sutra tesebut?
Tetaplah kita pada topik, dan bagi yang kontra, bantahlah dengan cerdas. Dan please jangan dijadikan ajang menduga aliran A sedang menghina aliran B.
artikel ini bukan buatan saya tetapi boleh copas dari salah satu grup FBbegini bro.. ada baiknya ketika diskusi.. apa yang anda ingin sampaikan, coba diquote.. jadi member juga ngerti. Misal anda telah membaca mengenai sutra saddharmapundarika.. nah copaskan ke sini sutra tersebut dengan membold kan bagian yang mendukung argumen anda bahwa tidak merujuk pada sebuah nama aliran.. jadi ada bahan yang dibahas..
sekali lagi kata mahayana dan hinayana setelah saya membaca kembali kitab saddharmapundarika sutra disana tidak merujuk pada sebuah nama aliran tetapi nama sebuah istilah bahwa yang diajarkan oleh sang buddha bersifat luas untuk kebahagian dan pembebasan semua mahluk maka itu disebut mahayana sedangkan para pertapa yang diluar ajaran buddha yang cenderung menutup diri lebih mengutamakan dirinya sendiri maka itu sang buddha didalam kitab tersebut disebut hinayana begitu maksudnya!
didalam kitab kanon pali sang buddha juga suka menyinggung tata cara maupun pandangan keliru para pertapa telanjang begitu juga didalam kitab saddharmapundarika sang buddha menyinggung para pertapa yang menutup diri demi kepentingan pribadi tidak mau berkorban demi kebahagian semua mahluk maka itu sang buddha didalam kitab tersebut menyebut mereka hinayana jadi hinayana bukanlah nama salah satu sekte buddhistme apapun!
artikel ini bukan buatan saya tetapi boleh copas dari salah satu grup FB
sekali lagi kata mahayana dan hinayana setelah saya membaca kembali kitab saddharmapundarika sutra disana tidak merujuk pada sebuah nama aliran tetapi nama sebuah istilah bahwa yang diajarkan oleh sang buddha bersifat luas untuk kebahagian dan pembebasan semua mahluk maka itu disebut mahayana sedangkan para pertapa yang diluar ajaran buddha yang cenderung menutup diri lebih mengutamakan dirinya sendiri maka itu sang buddha didalam kitab tersebut disebut hinayana begitu maksudnya!
didalam kitab kanon pali sang buddha juga suka menyinggung tata cara maupun pandangan keliru para pertapa telanjang begitu juga didalam kitab saddharmapundarika sang buddha menyinggung para pertapa yang menutup diri demi kepentingan pribadi tidak mau berkorban demi kebahagian semua mahluk maka itu sang buddha didalam kitab tersebut menyebut mereka hinayana jadi hinayana bukanlah nama salah satu sekte buddhistme apapun!
Jika "hīnayana" mengacu pada para pertapa di luar ajaran Sang Buddha, maka hal ini bertentangan dengan perumpamaan dalam Lotus Sutra yang anda berikan mengenai seorang ayah (Sang Buddha) yang memberikan 2 jenis kendaraan, mahayana dan hinayana. Jadi jelas dalam Lotus Sutra Sang Buddha sendiri yang memberikan kendaraan rendah/buruk (hina) tersebut.
kata HINAYANA itu mengacu pada ISTILAH tepatnya seperti apa saya tidak tahu istilah ini mau disampaikan kepada anggota pertapa mana yang pastinya Sang Buddha tidak mengajarkan konsep Hinayana kepada para siswanya didalam kitab Saddharma TIDAK ADA tulisan atau penjelasan kata Hinayana disandingkan kejalan Sravaka yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri!
dengan kata lain, Sang Buddha hanya mengajarkan ajaran Mahayana saja, dan semua aliran Buddhisme adalah Mahayana?
kata HINAYANA itu mengacu pada ISTILAH tepatnya seperti apa saya tidak tahu istilah ini mau disampaikan kepada anggota pertapa mana yang pastinya Sang Buddha tidak mengajarkan konsep Hinayana kepada para siswanya didalam kitab Saddharma TIDAK ADA tulisan atau penjelasan kata Hinayana disandingkan kejalan Sravaka yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri!
Orang tua itu berpikir demikian : "Kekayaanku tak terbatas, tak pantas kuberi anak-anakku kendaraan kecil (Hinayana) yang kurang berharga. Anak-anakku ini, aku sayangi tanpa perbedaan. Aku memiliki kereta-kereta besar, tak terbatas jumlahnya; mampu kuberikan kepada semua orang; dan sisanya tak akan berkurang apalagi hanya kuberikan kepada anak-anakku."
Didalam kitab tersebut juga ditemukan kata SATU JALAN = EKAYANA bahwa sesungguhnya Sang Buddha mengajarkan satu jalan menuju Nirvana tetapi satu jalan itu beruas tiga yaitu Sravakayana, Pratekyabuddhayana, dan Bodhisattvayana nama istilah itu digunakan sekarang untuk nama sebuah Vihara dari konsep inilah YM Bhante Ashin Jinarakitha mendirikan Buddhayana.
dengan kata lain, Sang Buddha hanya mengajarkan ajaran Mahayana saja, dan semua aliran Buddhisme adalah Mahayana?
memang demikian karena mahayana hanyalah sebuah istilah bukan merujuk pada sebuah aliran tetapi setelah muncul aliran-aliran nama istilah tersebut digunakan untuk menamai aliran tersebut!
tidak ada sutra yang rancu, tidak ada penafsiran2 rancu, tidak ada sutta/sutra yang diralat, tidak ada yang membeda-bedakan. semua benar, kenyataan.
Mahayana means noble way.
saat Ananda tidak dapat mengikuti sidang setelah kematian jasmaniah Guru Buddha, Ananda dalam jalan hinayana (jalan luar), seperti murid-murid awam yang lain.
tetapi saat Ananda mencapai pengalaman pengetahuan 'Sunyata', ia masuk dalam kualitas Mahayana.
itulah makanya ia tercatat sebagai patriach kedua dalam Zen.
pengikut Hinayana, siapakah yang mencerap pengetahuan dan mengalami kualitas 'sunyata'?
mereka hanya berkutat sekitar kualitas pengalaman pengamatan material, jasmaniah dan jiwa (batin dan pikiran) saja.
tidak pernah keluar dari kualitas duniawi. terjebak dalam lingkaran samsara.
semoga mencermati perbandingan kebenaran dalam tulisan ini, sehingga menuju ke kualitas pengalaman yang guru Buddha tuju (dalam pengajaran setelah meraih penerangan sempurna di bawah pohon bodhi dan dimohon turunkan pengajaran oleh seorang dewa).
sobat DHAMMA.
_/\_abgf
kata HINAYANA itu mengacu pada ISTILAH tepatnya seperti apa saya tidak tahu istilah ini mau disampaikan kepada anggota pertapa mana yang pastinya Sang Buddha tidak mengajarkan konsep Hinayana kepada para siswanya didalam kitab Saddharma TIDAK ADA tulisan atau penjelasan kata Hinayana disandingkan kejalan Sravaka yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri!
dengan kata lain, Sang Buddha hanya mengajarkan ajaran Mahayana saja, dan semua aliran Buddhisme adalah Mahayana?Menurut Saddharmapundarika Sutra, memang Buddha hanya mengajarkan satu kendaraan saja yang disebut Mahayana. Yang tidak berjalan ke Mahayana, maka tidak disebut sebagai murid Buddha.
Menurut Saddharmapundarika Sutra, memang Buddha hanya mengajarkan satu kendaraan saja yang disebut Mahayana. Yang tidak berjalan ke Mahayana, maka tidak disebut sebagai murid Buddha.
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."
-Saddharmapundarika Sutra, II. Keterampilan.-
Itulah mengapa di Bhaisajyaguru Sutra, disebutkan 12 ikrar Bhaisajyaguru salah satunya adalah:
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."
jadi Para Arahat masa lampau, spt Kumara Kassapa, Vakkali, Channa, Rahula, Yosodhara, dll, dan juga para Thera masa sesudah itu, termasuk ajahn2 di Thailand dan para Sayadaw di Myanmar, mereka semua bukan murid Sang Buddha ya? hanya para bhikshu seperti Lu Sheng Yen yg merupakan murid Buddha, begitukah?Ya, kalau dilihat menurut sutra itu, kisah-kisah yang menganggap Thera ini-itu telah selesai di jalan savaka, adalah seharusnya tidak dianggap sebagai murid Buddha.
Menurut Saddharmapundarika Sutra, memang Buddha hanya mengajarkan satu kendaraan saja yang disebut Mahayana. Yang tidak berjalan ke Mahayana, maka tidak disebut sebagai murid Buddha.
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."
-Saddharmapundarika Sutra, II. Keterampilan.-
Itulah mengapa di Bhaisajyaguru Sutra, disebutkan 12 ikrar Bhaisajyaguru salah satunya adalah:
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."
kemaren saya ada baca pendapat bahwa Mahayana dan Theravada ibarat sungai yang terpecah ditengah menjadi 2 sungai namun dari satu sumber mata air, kedua sungai tersebut sama2 akan berakhir di samudera.Menurut saya pribadi, itu tetaplah ucapan orang yang menyama-nyamakan apa yang tidak sama. Sumber dan tujuan akhir adalah hal yang tidak bisa kita buktikan, kita hanya bisa lihat aliran airnya sejauh jarak pandang kita sekarang.
hmmm...
jadi bingung :(
Menurut saya pribadi, itu tetaplah ucapan orang yang menyama-nyamakan apa yang tidak sama. Sumber dan tujuan akhir adalah hal yang tidak bisa kita buktikan, kita hanya bisa lihat aliran airnya sejauh jarak pandang kita sekarang.tapi bukankah semuanya mengarah pada Nibbana/Nirvana om??
tapi bukankah semuanya mengarah pada Nibbana/Nirvana om??
tapi bukankah semuanya mengarah pada Nibbana/Nirvana om??Walaupun sama istilah, tapi beda definisi dan penjelasannya. Beberapa aspek memang sama seperti pengikisan keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, tapi secara terperincinya berbeda. Mungkin sama seperti di 'tetangga', semua menuju pada 'Tuhan', tapi definisi 'Tuhan' dan jalannya sendiri berbeda.
Menurut Saddharmapundarika Sutra, memang Buddha hanya mengajarkan satu kendaraan saja yang disebut Mahayana. Yang tidak berjalan ke Mahayana, maka tidak disebut sebagai murid Buddha.
"Now, Sâriputra, such disciples, Arhats, or Pratyekabuddhas who do not hear their actually being called to the Buddha-vehicle by the Tathâgata, who do not perceive, nor heed it, those, Sâriputra, should not be acknowledged as disciples of the Tathâgata, nor as Arhats, nor as Pratyekabuddhas."
-Saddharmapundarika Sutra, II. Keterampilan.-
Itulah mengapa di Bhaisajyaguru Sutra, disebutkan 12 ikrar Bhaisajyaguru salah satunya adalah:
"Aku berikrar bahwa bila Aku mencapai Penerangan di masa yang akan datang, jika ada makhluk hidup yang menempuh jalan menyimpang. Aku akan membimbing mereka kembali ke jalan Penerangan.
Jika ada yang menjadi pengikut jalan Sravaka atau Pratyekabuddha, mereka akan berangsur-angsur dibimbing ke Jalan Mahayana."
Namun, mengapa dalam BAB III Perumpamaan: menyatakan:Kalau dilihat dari sutra ini, memang betul sravakayana & pratyekayana juga diajarkan oleh Buddha, tapi itu dikatakan sebagai 'pancingan' saja, dan esensinya adalah di bodhisatvayana tersebut, maka sravaka & pratyeka yang tidak melanjutkan ke jalan mahayana, tidak bisa disebut sebagai murid Buddha, walaupun agak paradoxical dengan fakta bahwa sravakayana & pratyekayana itu sendiri sebetulnya berasal darinya juga.
Now, Sâriputra, even as that man with powerful arms, without using the strength of his arms, attracts his children out of the burning house by an able device, and afterwards gives them magnificent, great carts, so, Sâriputra, the Tathâgata, the Arhat, &c., possessed of knowledge and freedom from all hesitation, without using them, in order to attract the creatures out of the triple world which is like a burning house with decayed roof and shelter, shows, by his knowledge of able devices, three vehicles, viz. the vehicle of the disciples, the vehicle of the Pratyekabuddhas, and the vehicle of the Bodhisattvas. By means of these three vehicles he attracts the creatures and speaks to them thus: Do not delight in this triple world, which is like a burning house, in these miserable forms, sounds, odours, flavours, and contacts. For in delighting in this triple world ye are burnt, heated, inflamed with the thirst inseparable from the pleasures of the five senses. Fly from this triple world; betake yourselves to the three vehicles: the vehicle of the disciples, the vehicle of the Pratyekabuddhas, the vehicle of the Bodhisattva.
Saya pribadi mendapat kesan Sang Buddha memang mengajarkan sravakayana dan pratyetkabuddhayana, namun kemudian menukarnya atau menambahkannya dengan ajaran bodhisattvayana (mahayana).
BTW kita sepertinya menjauh dari topik awal.
kriteria fanatik menganggap ajarannya yang paling benar dan yang lainnya salah.andaikan benar, bahwa ada ajaran yang paling benar dan yang lainnya memang salah, bagaimana pula ? apakah bisa disebut fanatik ?
tidak fanatik menghargai dan menghormati setiap aliran beserta pandangan-pandangannya.di Indonesia banyak orang yang sensitif terhadap agamanya, andaikan agamanya dan tokoh2 agamanya 'disentil' atau diolok2 atau hal2 lainya yang menyinggung atau menyudutkan agamanya dan sekelompok orang itu bisa ngamuk dan merusak.
benarkah? kalau semuanya bertujuan Nibbana/Nirvana? Kenapa ada yg sudah mencapai Nirwana masih harus berusaha lebih jauh lagi?
Mahayana memang luar biasa, satu2nya ajaran Buddha yg diajarkan langsung oleh Sang Buddha.
ya seperti baru2 terjadi dimana ada satu organisasi Buddhis yang mengumbarkan kata 'Parinirwana' kepada tokoh guru yang sudah almarhum dengan alasan untuk mengingat jasa2nya.Nirwana beda dengan nibbana... :-?
jadi Parinirwana bisa diberikan yang penting berjasa terhadap ajaran Buddha.
sedangkan Parinibbana hanya mahluk Arahat yang sudah meninggal.
Jadi kesimpulan kata Nirwana dan Nibbana memang jauh berbeda arti ..............
Mahayana memang luar biasa, satu2nya ajaran Buddha yg diajarkan langsung oleh Sang Buddha.Tuh dewa Indra -Sakka Devaraja sudah bersaksi demikian, para umat manusia diharap jangan berdebat dan meributkan lagi ;)
Pada tahun 1950, World Fellowship of Buddhists dalam World Council di Colombo telah menyepakati bersama bahwa istilah hīnayāna harus disingkirkan dari penamaan terhadap aliran lain. Dan sangat disayangkan jika dewasa ini masih ada yang memegang mitos ini sampai sekarang.Terlebih lagi kalau itu sudah ditetapkan di Forum Internasional.
Ikut nimbrung ya.
Jadi ingat nih, dulu topik ini juga pernah aku bahas dengan seorang Samanera Tantrayana di forum puja bhakti di Cetiya. Kebetulan waktu itu Beliau membahas tentang Intersekterian. Tapi yang menggelitik hatiku untuk angkat bicara, karena Beliau selalu menggunakan istilah Hinayana untuk merujuk Theravada.
Menurutku ini tidak sejalan dengan semangat Intersekterian. Karena sepengetahuanku yang termuktahir (kalau dulu2 tahunya Mahayana=kendaraan/wahana Besar sedang Hinayana=kendaraan/wahana kecil; besar mengacu karena mengenal banyak Bodhisatva dan Buddha tapi harusnya kendaraan/wahana kecil=Culayana) dari sebuah sumber (tapi aku lupa bukunya) kalau pengertian Mahayana adalah Aspirasi Mulia sedang Hinayana adalah Aspirasi Rendah. Jadi mulya karena aspirasinya ingin menjadi Bodhisatva kemudian menjadi Samma Sam Buddha, sedangkan rendah karena hanya ingin menjadi Arahat.
Bagaimana apakah ini tidak melukai hati kalangan Theravada yang dianggap beraspirasi rendah. Jadi saya pikir seperti kalangan Theravada merujuk kalangan Mahayana dengan Mahayana, maka ada baiknya kalangan Mahayana juga merujuk kalangan Theravada dengan Theravada jangan pakai Hinayana.
Theravada = Ajaran Sesepuh, seolah2 mengacu ajarannya yang otentik, sedangkan yang lain kurang otentik (bias). Padahal bagaimana mungkin ajaran yang bertahan selama 2500 tahun tidak mengalami pembiasan sedikitpun, sekalipun dari sumber yang katanya otentik.
Mahayana = Aspirasi Mulia, seolah2 mengacu aspirasinya yang mulia, sedangkan yang lain rendah (hina). Padahal Samma Sam Buddha, Pacceka Buddha atau SuppaBuddha (Arahat) tetap Pencapaian Ke-Buddha-annya sama, ngak ada yang lebih ngak ada yang kurang.
Saya pribadi tidak menganggap istilah "theravada" itu mengacu pada makna ajaran yang otentik, tapi suatu identitas diri dari mana asal dan siapa yang mengajarkan ajaran tersebut. Kalau mau mengacu pada keotentikan mengapa tidak menggunakan istilah misalnya, Otentikvada (entah bahasa sebenarnya apa), atau seperti contoh yang muncul belakangan ini : True Buddha bla..bla..bla.
Status quo di atas berarti tidak mengijinkan perlemahan vinaya.Status quo berarti tetap sebagaimana semula, tidak dirubah2.
Theravada berasal dari ajaran Sang Buddha yg dipertahankan status quo setelah Sang Buddha parinibbana oleh Bhante Maha Kassapa Thera beserta para sesepuh lainnya dan disepakati pada Konsili I.
Theravada sendiri arti harfiahnya ajaran / aliran para sesepuh.
Saya pribadi tidak menganggap istilah "theravada" itu mengacu pada makna ajaran yang otentik, tapi suatu identitas diri dari mana asal dan siapa yang mengajarkan ajaran tersebut. Kalau mau mengacu pada keotentikan mengapa tidak menggunakan istilah misalnya, Otentikvada (entah bahasa sebenarnya apa), atau seperti contoh yang muncul belakangan ini : True Buddha bla..bla..bla.Sesepuh itu siapa? Yaitu YA. Maha Kassapa, YA. Ananda, YA. Upali, dan beserta para Arahat lainnya yang tidak disebut satu per satu. Siapakah para Ariya ini? Orang-orang yang hidup di masa Buddha Gotama hidup dan sangat dekat dengan Buddha (terutama YA. Ananda). Jadi yang mau saya sampaikan bukan yang tersurat tetapi yang tersirat dari maknanya.
murni - kurang murni, maha - hina, sepanjang pikiran ini hanya dalam lingkup mereka sendiri pasti tidak akan ada masalah.Setuju
Setiap agama dan sektenya pastilah menganggap mereka yg paling benar, kalau tidak begitu, ngapain mereka memilih mazhab itu, ya kan?
Yang akan (selalu) menjadi sumber pertengkaran itu, kalau pandangan ini dibawa keluar lingkungannya sendiri dan diadu ke pihak lain. Jadi silahkan pakai sendiri pandangan superioritas itu untuk di kalangan sendiri _/\_
Sesepuh itu siapa? Yaitu YA. Maha Kassapa, YA. Ananda, YA. Upali, dan beserta para Arahat lainnya yang tidak disebut satu per satu. Siapakah para Ariya ini? Orang-orang yang hidup di masa Buddha Gotama hidup dan sangat dekat dengan Buddha (terutama YA. Ananda). Jadi yang mau saya sampaikan bukan yang tersurat tetapi yang tersirat dari maknanya.
Selain itu kita fair saja, saat ini banyak (bukan berarti semua) di kalangan Theravada sendiri yang menganggap kalau tradisi mereka adalah yang lebih murni (kalau tidak dapat dikatakan yang murni). Dan kemurniaan ini tentunya datang dari sumber yang lebih asli (kalau tidak dapat dikatakan yang asli). Sementara itu ada anggapan kalau yang lain sebagai yang tidak murni, yang campuran, yang khayalan, yang mengada-ada, yang dibuat-buat, yang tidak teguh pada tradisi, dsb.
Jadi singkat katanya, sebenarnya maksud tulisan saya adalah agar di antara tradisi/aliran/mazhab/sekte Buddhis bisa timbul saling pengertian. Sehingga tidak perlu lagi timbul anggapan aliran saya lebih baik/tinggi/mulia/murni daripada yang lain. Karena pemikiran-pemikiran suprioritas inilah yang tidak akan membawa pada keharmonisan. Akibatnya bukan memaanfaatkan waktu untuk kemajuan Buddha Dhamma, tapi habis buat saling gontok-gontokkan. Bukan memperkenalkan Dhamma pada yang belum kenal, tapi saling memperebutkan umat yang itu-itu juga (bahkan-bahkan makin hari makin berkurang, akibat diboyong ke ajaran tetangga).
Ingat ngak dengan Nazisme yang diciptakan Hittler. Di situ kan jelas kalau Hittler menganggap ras mereka (Ariya alias Jerman) sebagai ras yang suprioritas dari ras-ras lainnya. Lalu dibuat kacaulah dunia dengan PD II olehnya. Jadi kita harus belajar dari sejarah, agar tidak mengulangi kesalahan di masa lalu.
apakah sutra lotus ga sebaiknya direvisi? ;D
Menurut saya, sepertinya akan menjadi hal yang mendekati kesia-siaan untuk merevisinya. Karena orang akan kembali lagi kepada sesuatu yang dianggap “otentik”, revisi yang ada hanya akan menjadi sutra palsu. Butuh kekuatan dan kejadian besar agar orang beralih pada sutra revisi.bukankah dengan adanya kata hinayana juga bisa menjadikan sutra itu palsu?
bukankah dengan adanya kata hinayana juga bisa menjadikan sutra itu palsu?
Bukankah sudah terjadi bahwa sutra ini dianggap palsu oleh sebagian orang, Sdr. Ryu? Saya pikir, tidak hanya karena istilah “hinayana” sutra ini dianggap palsu oleh sebagian orang.i see, karena dari alam naga ya. :D
Namun di sisi lain sebagian orang tetap menyatakan sutra ini “otentik”, tentu saja dengan alasan mereka. Salah satunya mungkin kisah tradisi dibalik munculnya sutra ini dari alam naga.
i see, karena dari alam naga ya. :D
i see, karena dari alam naga ya. :D