Kenapa anda musti pusing dengan tertulis atau tidak tertulis. Pusing dengan kata - kata.
Saya tidak menyangkal bahwa sutra/sutta sebagai sumber dari mana kita pelajari dharma. Mereka adalah sumber yang penting.
Bukannya memusingkan tulisan, tapi dalam mempelajari sesuatu tentu kita perlu pegangan alias text-book (dalam hal ini Tripitaka) untuk kita renungkan, ehipassiko dan jadikan pegangan.
Kenapa kita juga tidak mau melihat dharma yang hidup? Dharma yang ada disekeliling kita.
...cut...
Terhadap semua saudara - saudara saya minta maaf jika ada ucapang yang salah, Tujuan saya bukan ingin manghasut atau mengacau. Tujuan awal saya sebenarnya agar kita tidak terlibat dalam asli dan palsu, tetapi mengajak kita lebih mengamati dharma hidup?
- Ada yg setelah membaca sutta2 kemudian merenungkan dan mengamati sekelilingnya dan kemudian menyimpulkan: "Oh, memang sutta ini benar..."
- Ada juga yg tanpa mengenal sutta, tapi mengambil pelajaran sendiri dari pengalaman kehidupannya.
Dua2nya bisa dikategorikan "Dhamma hidup", mungkin ini maksud anda.
Namun, karena kita memilih Ajaran Buddha, selain "Dhamma -hidup", wajib bagi kita untuk mengetahui "Dhamma-text book" juga, yaitu Tipitaka. Kita akan lebih menghargai Sang Buddha, karena memanfaatkan apa yg diwariskan kepada kita.
Contohnya yg sedang didebatkan sekarang, kalimat: Semua Dhamma adalah tidak-kekal... Banyak yg protes, meminta anda menunjukkan di sutta mana tercatat kalimat itu, atau jika memang tidak bisa anda tunjukkan, setidaknya anda bisa menjelaskan pemikiran anda soal kalimat itu.
IMO, Jika anda benar2 merenungkan "Dhamma-hidup" maka anda akan dapat menyimpulkan bahwa kalimat "Semua Dhamma tidak kekal" adalah pernyataan yg salah. Kenapa? Karena Dhamma mencakup hal-hal yg berkondisi dan hal2 yg tidak berkondisi. Jika semua hal yg berkondisi dan tidak berkondisi ini 'mengalami perubahan' maka semua hal baik berkondisi ataupun tidak berkondisi adalah dukkha, jadi Nibbana juga termasuk dukkha. Apa gunanya kita mempraktikkan Ajaran Buddha jika Nibbana ternyata adalah dukkha juga?
Saran saya kepada Bro Djoe, selain mengamati Dhamma-hidup, ada baiknya anda juga mengambil referensi dari sumber yang valid, yakni Tipitaka.
::