//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: membunuh akhirya menjadi kebiasaan  (Read 63467 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #165 on: 12 December 2012, 04:25:11 PM »
Abisin Bandwith, apa tidak mampu menjawab?  :D
silahkan dipilih sesuai selera.. ;)

I won't be swayed by thine tongue ~
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #166 on: 12 December 2012, 04:50:29 PM »
silahkan dipilih sesuai selera.. ;)

I won't be swayed by thine tongue ~


anda yg lebih tahu. Ya Jujur aja, gak masalah kok  :D

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #167 on: 12 December 2012, 10:45:47 PM »
Abisin Bandwith, apa tidak mampu menjawab?  :D

gak masalah tapi ditanya... :'( :'( :'(
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #168 on: 14 December 2012, 10:12:35 AM »
oh yang ini??
semoga cukup gede ya..... ;)
pantes suka nelan ludah sendiri.... :whistle:

Tidak ada yang berTentangan dengan 2 pernyataan sy yang anda Post Secara TerPisah Hingga akan dianggap Salah, padahal komentar itu balasan atas komentar lain yg sebelumnya.

Quote
Sy Tidak Katakan Langsung Dibunuh... Bahkan sy Katakan sebisa mungkin menghindari membunuh.
Silahkan tunjukan Koment sy Yang Langsung diBunuh?? hhmm.. spertinya anda salah tanggap dari koment yg sy Tulis.... 


Quote
Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..   
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Jika TIDAK Membiarkan, Terus apa yang akan Kamu lakukan?Mau mengatakan sama kera. Kera manis berhenti menerkan bayi itu ya..   
Salah2 kmu yg diSerang sama tuh Kera... Lalu apa yg akan kamu lalukan Berdiam diri atau melawan kera tersebut...

Pada kondisi tertentu dimna membahayakan diri sendiri atau org lain/mahluk lain, Jika sudah tidak ada piihan lain, terdesak untuk membunuh yg pasti dilakukan Jika kita mampu melawan. Kecuali Orang Cacat  tohh    Justru Jika Kita mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan nyawa mahluk hidup adalah pilihan yg tepat dari pada ada kemampuan tapi Berdiam Diri hanya melihat saja... Bahkan berbagga hati dgn mengatakan tidak melanggar sila pertama   
Selama setelah melakukan pembunuhan tersebut tidak dengan kekejian dan diLiputi oleh rasa kebahagian, kesenangan, kebencian, kemelekatan Tetapi ada rasa penyesalan dan Pikiran yang buruk... Maka akan berpengaruh pada Kualitas dari karma Buruk itu sendiri..

Sudah sampai pada tingkat Bathin berapa kamu, ketika hal2 tersebut terjadi tetapi tidak ada rasa simpati, empati, miris melihat semua kejadian yg sperti itu terjadi Tidak Ada Niat untuk Menolong Sekalipun Kita yg terluka atau bahkan mati karna menolong orang lain/mahluk hidup lain... Atau mungkin sudah pada Taraf Tidak mengenal lagi Rasa Bahagia dan Rasa menderita Hingga yang ada meliputi diri adalah hanya rasa Kehampaan saja atau kekosongan.. Tidak ada rasa simpatik pada lingkungan disekitar kita... 

Sebisa mungkin itu artinya, Sudah berusaha dengan Segala Cara untuk tidak membunuh Tapi ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah Pilihan yang mana pilihan itu lebih baik YA pilihan itu yang harus diPilih sekalipun ada konsekwensinya.  Anda kutip contoh Kera yang mencakar, menerkan bayi sampai mati... Sebisa Mungkin ya Tidak membunuh Kera itu Jika Dihardik saja Kera Tersebut sudah lari atau kabur ya Itu bagus. Tapi jika sudah berbagai cara tidak bisa Dilakukan Ya Pilihan itu yang harus diPilih..  !!! Untuk menyelamatKan nyawa bayi itu, Jika mampu atau ada kesempatan membunuh Kera itu, ya dengan terpaksa diBunuh tohh.... Nie ada yang sudah SEPAKAT  ;)

Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu sblm sampai tahap membunuh... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D

Dan memang pada akhirnya Kera itu mati diTembak oleh petugas kehutanan Karna dari sekian banyak Kera, memang Kera ini yang Paling Nakal suka masuk2 kerumah orang tersebut sedang Kera lainnya Tidak dan tetap Hidup tidak diganggu apa lagi Diusir...   :)) karna memang rumah orang itu posisinya deket2 dgn Hutan...  ;D

"Jadi Bukan langsung diBunuh" Sebelumnya kan sudah sy katakan ada kondisi dimna tidak bisa menghindar dari membunuh.

Jadi tidak ada pertentangan dengan apa yang sy Katakan Sebisa Mungkin tidak membunuh. Mungkin seorang Petani sudah melakukan Berbagai cara untuk menjaga tanaman, ladangnya agar tidak dijangkit Hama, sekalipun ada hama dalam porsi yang wajar tidak diBunuh. Tapi ada dimana sudah tidak bisa dikendalikan lagi, membahayakan ya mau gak mau dibantaiLah hama2 tersebut enah itu hama tikus, belalang, Ulat atau serangga lainnya...   ;D ;D
« Last Edit: 14 December 2012, 10:14:27 AM by NagaSena »

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #169 on: 14 December 2012, 10:30:45 AM »
Y uda aku ralat deh...

Menurutku ga melanggar sila bukan brarti cm diam aja ya...kan bisa saja segera melindungi bayinya, atau menggertak kera, atau macam2, plg ga melukai dulu kalau bisa jangan membunuh.... Kl membunuh sambil menyelamatkan yah ada karma baik sekaligus karma buruk. Soalnya kan mgkn saja kita salah paham, seperti cerita ada 1 keluarga punya bayi n miara anjing, trus wkt ortunya pulang kerumah nampak ada darah berceceran di ranjang bayinya n anjingnya, mengira anjingnya yang melakukan, sehingga membunuh anjing tu pdhal anjing tu sebenarnya menyelamatkan bayinya dr tikus....  ;D

Karna menurutku kondisi tiap orang tuh beda", mungkin aja ada yang memang ga pernah terpaksa membunuh....  :P


Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #170 on: 14 December 2012, 10:51:26 AM »
saya tidak mengatakan bahwa saya ragu2, pun saya tidak membantahnya, tapi itu jelas adalah asumsi anda sendiri. dan apa yg menjadi asumsi anda sama sekali bukan urusan saya, saya tidak wajib memberitahu apa pun kepada anda. statement saya cukup jelas, bahwa saya tidak menganggap tipitaka itu 100% asli, yg artinya mungkin 50% atau 75% atau 90% asli, tapi saya tidak menerima seluruhnya. semoga anda memahami kalimat sederhana ini.

BaikLah, memang sperti yg sy katakan sebelumnya bahwa terbentuknya sebuah Kitab itu yang disusun dikumpulkan satu persatu apalagi dgn masa yang cukup panjang, ada kemungkinan distorsi entah itu salah penulisan, pencampuran dst.. ini memang bisa diterima... Dan semua kembali pada keyakinan masing2, bahwa Sutta2 itu 100% asli atau tidak... Dengan demikian, SeTidaknya seluruh ummat Buddhist harus merujuk pada Sutta2 yang Kemungkinan kesalahannya lebih kecil/sedikit, yang Keakuratannya lebih mendekati 100%. Entah dari Golongan mana yang lebih Akurat apa itu yang lebih awal-awal atau yang belakangan.... ini tanggungjawab angota2 Sangha atau pihak2 yang lebih berkompeten tentang hal tersebut,

saya tidak mengatakan bahwa saya ragu2, pun saya tidak membantahnya
Dengan demikian pernyataan Dongeng, benar2 tidak berdasar... Hanya asumsi anda sendiri
Tidak apa2 jika tidak mau menjawab, sy hanya ingin tahu saja...
Dalam Hal yg berhubungan dgn agama jika ada sesuatu yang tidak benar tentuLah itu lebih baik diKetahui...

Quote
silakan anda dengan pilihan anda dan saya dengan pilihan saya, ada masalah dengan ini?
Tidak ada yang salah, Justru itu lebih baik jika ada kesamaan mau dengan menyebut Dongeng atau sesuai Sutta.
dan sy juga tidak keberatan Jika memang lebih baik menggunakan kata sesuai Sutta  :D

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #171 on: 14 December 2012, 10:58:08 AM »
Y uda aku ralat deh...

Karna menurutku kondisi tiap orang tuh beda", mungkin aja ada yang memang ga pernah terpaksa membunuh....  :P

anda fahami yang diBold :
Quote
Sebisa mungkin itu artinya, Sudah berusaha dengan Segala Cara untuk tidak membunuh Tapi ketika sesorang dihadapkan oleh sebuah Pilihan yang mana pilihan itu lebih baik YA pilihan itu yang harus diPilih sekalipun ada konsekwensinya.  Anda kutip contoh Kera yang mencakar, menerkan bayi sampai mati... Sebisa Mungkin ya Tidak membunuh Kera itu Jika Dihardik saja Kera Tersebut sudah lari atau kabur ya Itu bagus. Tapi jika sudah berbagai cara tidak bisa Dilakukan Ya Pilihan itu yang harus diPilih..  !!! Untuk menyelamatKan nyawa bayi itu, Jika mampu atau ada kesempatan membunuh Kera itu, ya dengan terpaksa diBunuh tohh.... Nie ada yang sudah SEPAKAT

Ya memang, tapi dari contoh yg sy tuliskan beda kondisinya itu yg sy tanya...  ;D
banyak contoh yg lain tapi anda tidak memberikan koment tohh....  :D :D

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #172 on: 14 December 2012, 11:18:04 AM »
saya tidak tahu Abhidhamma Pitaka adalah pemecahan sari Sutta Pitaka, tapi sekilas baca dasar-dasar Abhidhamma, kesimpulan sementara bahwa kitab Abhidhamma suatu karya tulis yang luar biasa, dan boleh di baca2 untuk menambah pengetahuan tentang proses pikiran dan panca khanda.

Mungkin bro NagaSena ng, jika ada waktu, cobalah pelajari !, mungkin bisa membantu untuk memahami tentang Lobha, Dosa n Moha.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #173 on: 14 December 2012, 11:55:12 AM »
Jika Demikian apa yang salah dari koment sy dibawah ini :
Ya setiap ummat Buddhist Tahu akan Bertekad menghindari pembunuhan Mahluk hidup sebisa mungkin, tapi ada saat dimna kondisi seseorang atau mahluk hidup itu untuk Tidak Bisa Menghindar dari tindakan demikian (membunuh).


anda fahami yang diBold :
Ya memang, tapi dari contoh yg sy tuliskan beda kondisinya itu yg sy tanya...  ;D
banyak contoh yg lain tapi anda tidak memberikan koment tohh....  :D :D

Ya, memang ada kondisi dimana orang ga terpaksa hrs membunuh kan? Berarti uda sepakat....

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #174 on: 14 December 2012, 12:09:42 PM »
Ya, memang ada kondisi dimana orang ga terpaksa hrs membunuh kan? Berarti uda sepakat....

Klo yang  itu sih gak usah diBahas  ;D
ini kan kondisinya beda...

Offline NagaSena

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 134
  • Reputasi: -6
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #175 on: 14 December 2012, 12:49:17 PM »
saya tidak tahu Abhidhamma Pitaka adalah pemecahan sari Sutta Pitaka, tapi sekilas baca dasar-dasar Abhidhamma, kesimpulan sementara bahwa kitab Abhidhamma suatu karya tulis yang luar biasa, dan boleh di baca2 untuk menambah pengetahuan tentang proses pikiran dan panca khanda.

Mungkin bro NagaSena ng, jika ada waktu, cobalah pelajari !, mungkin bisa membantu untuk memahami tentang Lobha, Dosa n Moha.
Sebelumnya sy tidak tahu koment anda ini untuk membalas koment sy yang Mana  ::)
Tapi Tidak apa - apa...  !!!!

Thank atas Sarannya...  :D untuk membaca-baca Kitab Abhidhamma sebuah "karya Tulis" yg Luar biasa...!!!!  :-? :-?

Klo mau ambil contoh gampang agama tetangga, simplenya. Kitab kaum Yahudi, Kitab Taurat  dan Talmud, Taurat adalah sumber utama (Awal2) kitab suci bagi kaum Yahudi sedang Talmud (ada belakangan) adalah kitab para Rabi2 (ulama2) yang mempunyai kemampuan menerjemahkan, menganalisa, menjabarkan arti, makna dan essensi dari sebuah kitab Induk kitab utama dari Taurat. Sama sperti Kitab ummat Islam Al-Quran dan Hadist, Al-Quran adalah kitab utama, rujukan utama dalam segala Hal. Sedang Hadist adalah Sabda2 Nabi yang kemudian diTulis atau diBukukan oleh ulama2 yang memang berkompeten untuk itu dan disana ada penjabaran dan pemahamannya juga terhadap Kitab Utama (Al-Quran). Hingga akhirnya Ada yang Sahih (asli) dan ada yang tidak (palsu, Hanya Dongeng, dibuat-buat dll) kisah2 dalam hadist tersebut.

Jika kita Lihat padanannya dalam Kitab agama Buddha Sutta & Vinaya adalah rujukan/Sumber Utama ummat Buddhist dalam segala Hal, Sedang Kitab AbhiDhamma kitab yang belakangan ada (Maaf klo salah diKoreksi) adalah Kitab Penjabaran, analisa, pemahaman dan isi essensi yang terkandung dari kitab2 utama  Sutta & Vinaya,

Menurut anda BisakAh dikatakan seperti itu Kitab dalam agama Buddha, antara Kitab2 Sutta, Vinaya Dan Kitab AbhiDhamma??
Karna disini ada yang menyinggung masalah Dongeng, Sesuai Sutta, Kitab yg lebih awal2 dan kitab yang Muncul Belakangan

Sorry klo analogi sy salah... cuma mau tuker pendapat saja...  ;D ;D

 _/\_
« Last Edit: 14 December 2012, 12:54:50 PM by NagaSena »

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #176 on: 14 December 2012, 01:02:48 PM »
jadi intinya, kalau rumah sudah terlalu banyak nyamuk, maka dengan sangat terpaksa harus dibunuh, kalau tidak akan jatuh korban dari keluarga kita...
ok, ic...
thanks.. ;)
case closed....

[spoiler]
dah males ngetik panjang2...
udahan dulu yah...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #177 on: 14 December 2012, 09:24:32 PM »
Maaf ini Nasehat untuk Para KeBhikkuan atau untuk ummat awam Juga?Maksudnya dari Kisah itu, Sang Buddha sedang membabarkan Dhamma itu kepada siapa? bisa anda tidak memengal ayat2 sutta Diatas, sy Tidak Tahu sebelum dan sesudahnya adaKah masih bersambung atau tidaknya dari ayat2 Sutta yg Anda Post itu. Seperti yg sy Katakan sebeblumNya Jika Kita memotong keutuhan suatu ayat akan memiliki arti dan makna yg berbeda..



ngomong2, saya sudah memperlihatkan bukti sutta yg menegaskan bahwa tidak ada kecuali dalam hal sila-1, sekarang setelah sekian lama anda masih juga belum menampilkan bukti anda bahwa Sang Buddha mengajarkan adanya kompromi dalam pelanggaran sila-1, yaitu, bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan membunuh dengan alasan tertentu. silakan ...

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #178 on: 15 December 2012, 05:29:39 AM »
[spoiler]
Sebelumnya sy tidak tahu koment anda ini untuk membalas koment sy yang Mana  ::)
Tapi Tidak apa - apa...  !!!!

Thank atas Sarannya...  :D untuk membaca-baca Kitab Abhidhamma sebuah "karya Tulis" yg Luar biasa...!!!!  :-? :-?

Klo mau ambil contoh gampang agama tetangga, simplenya. Kitab kaum Yahudi, Kitab Taurat  dan Talmud, Taurat adalah sumber utama (Awal2) kitab suci bagi kaum Yahudi sedang Talmud (ada belakangan) adalah kitab para Rabi2 (ulama2) yang mempunyai kemampuan menerjemahkan, menganalisa, menjabarkan arti, makna dan essensi dari sebuah kitab Induk kitab utama dari Taurat. Sama sperti Kitab ummat Islam Al-Quran dan Hadist, Al-Quran adalah kitab utama, rujukan utama dalam segala Hal. Sedang Hadist adalah Sabda2 Nabi yang kemudian diTulis atau diBukukan oleh ulama2 yang memang berkompeten untuk itu dan disana ada penjabaran dan pemahamannya juga terhadap Kitab Utama (Al-Quran). Hingga akhirnya Ada yang Sahih (asli) dan ada yang tidak (palsu, Hanya Dongeng, dibuat-buat dll) kisah2 dalam hadist tersebut.

Jika kita Lihat padanannya dalam Kitab agama Buddha Sutta & Vinaya adalah rujukan/Sumber Utama ummat Buddhist dalam segala Hal, Sedang Kitab AbhiDhamma kitab yang belakangan ada (Maaf klo salah diKoreksi) adalah Kitab Penjabaran, analisa, pemahaman dan isi essensi yang terkandung dari kitab2 utama  Sutta & Vinaya,

Menurut anda BisakAh dikatakan seperti itu Kitab dalam agama Buddha, antara Kitab2 Sutta, Vinaya Dan Kitab AbhiDhamma??
Karna disini ada yang menyinggung masalah Dongeng, Sesuai Sutta, Kitab yg lebih awal2 dan kitab yang Muncul Belakangan

Sorry klo analogi sy salah... cuma mau tuker pendapat saja...  ;D ;D

 _/\_


memang sudah 'tidak ketolongan'  ^-^
« Last Edit: 15 December 2012, 05:32:45 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: membunuh akhirya menjadi kebiasaan
« Reply #179 on: 15 December 2012, 05:32:22 AM »
ngomong2, saya sudah memperlihatkan bukti sutta yg menegaskan bahwa tidak ada kecuali dalam hal sila-1, sekarang setelah sekian lama anda masih juga belum menampilkan bukti anda bahwa Sang Buddha mengajarkan adanya kompromi dalam pelanggaran sila-1, yaitu, bahwa Sang Buddha menyetujui tindakan membunuh dengan alasan tertentu. silakan ...

susah bro, marga auw  =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.