//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 569180 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #210 on: 10 May 2008, 05:31:39 PM »
Laporan pengalaman setelah 1 hari bermain "permainan kematian yang gila"
[...]

Laporan Anda akan saya forward ke thread Andi Cahya, "Life-tuality", di  > Forum: Supranatural > Subforum: Spiritual.

Mudah-mudahan ada tanggapan dari penciptanya.

Salam,
hudoyo

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #211 on: 10 May 2008, 06:25:03 PM »
Quote
-heuehuehuehu... pada minggu minggu awal.. pikiran anda akan menyangkal bahwa anda akan mati pada tanggal yang ditentukan.. dan akan terus mengatakan bahwa ini hanya lah permainan.. its okey.. gpp.. kalau anda menghayati dengan baik.. dan rajin mengingat dan menghitung mundur.. perlahan lahan.. pikiran anda akan mulai percaya bahwa anda akan mati (aneh ya ;D)..

Benar juga.. Masih mencoba untuk menyangkal.. ;D
Sebagai alat bantu pengingat, saya tulis di komputer dan HP.
Karena hampir setiap hari saya gunakan keduanya, jadi mudah2an bisa jadi alat bantu pengingat yang efektif..

Quote
-kita hidup dengan sendiri nya.. lahir dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.. begitu juga dengan kematian.. hehehe.. terjadi dengan sendirinya.. tanpa ada usaha apapun dari diri kita.
-justru, bunuh diri hanya menunda kematian.. bagi yang mempercayai konsep reinkarnasi tentu akan mengerti hal ini.. bahwa walaupun tubuh kita telah mati.. keinginan kita masih berkeliaran.. dan.. hehehe... hidup lagih..

Ada sesuatu gejolak di dalam diri yang tidak rela saya mati..
Seakan mau bilang "kematian tidak dapat menghalangiku untuk begini dan begitu"..
Singkatnya, kalau sudah mati masih ingin hidup lagi.. :P
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #212 on: 11 May 2008, 04:43:30 AM »
SANGAT LANGKA! - Oleh-oleh dari Malang

Saya baru kembali dari Malang menghadiri sebuah seminar di Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Seminar itu adalah “The 3rd International Postgraduate Consortium on Accounting”, dan tema kali ini sangat menarik: "SOCIO-SPIRITUALITY: BREAKING THE TRADITIONAL CONVENTION OF ACCOUNTING AND BUSINESS".

Sepanjang pengetahuan saya, baru kali ini sebuah kegiatan akademik di sebuah perguruan tinggi membahas mengenai spiritualitas dikaitkan dengan disiplin ilmu tertentu. Bahkan di fakultas-fakultas psikologi pun, para ilmuwan biasanya menghindari wacana tentang spiritualitas.

Saya diundang sebagai salah seorang pembicara, karena latar belakang saya sebagai seorang pemeditasi. Judul yang diberikan oleh penyelenggara adalah: "Meditation: A Journey for Breaking through Our Mind". (Makalah saya akan saya muat lengkap secara terpisah.)

Semua pembicara dalam seminar itu membahas berbagai aspek spiritualitas terkait dengan disiplin ekonomi, khususnya akuntasi, kecuali Bpk Kirdi Putra yang mengenalkan “Hypnoterapi”, dan saya yang bicara tentang meditasi tanpa dikaitkan dengan suatu disiplin ilmu apa pun (kecuali psikologi). Seminar ini dihadiri sekitar 60-70 peserta, yang pada umumnya adalah mahasiswa S2 dan program doktor dalam ilmu akuntansi.

Penyelenggara seminar ini adalah Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D., Ketua Program Doktor Ilmu Akuntansi. Dari bincang-bincang dengan beliau ternyata bahwa beliau seorang pembaca setia milis MMD.  Beliau juga menceritakan bahwa meditasi sudah diajarkan & didiskusikan pada kuliah-kuliah di FE Unibraw. Ini adalah sesuatu yang amat langka dalam dunia perguruan tinggi di Indonesia, bahkan mungkin di seluruh dunia. Metode meditasi yang diajarkan di FE Unibraw itu dengan sendirinya adalah MMD/vipassana, sekalipun tanpa diberi identitas & label demikian, karena Prof Iwan adalah pembaca milis MMD.

Ketika saya tanya, apakah meditasi yang diajarkan dalam kuliah-kuliah itu mengundang reaksi negatif, Prof Iwan mengakui memang ada reaksi dari teman-teman Muslim dari garis keras, yang menganggap meditasi tidak sejalan dengan akidah & syariat Islam. Namun ini tidak menjadi masalah di Unibraw, karena meditasi bukan mata kulah wajib; jadi orang boleh-boleh saja tidak mengikutinya.

Saya mendapat giliran bicara terakhir, dari pk 17.00 sampai pk.18.30. Ceramah saya berikan secara interaktif; jadi pendengar boleh langsung menginterupsi & bertanya, dan sekali-sekali saya pun melontarkan pertanyaan, seperti “Apakah pikiran itu?”

Salah satu yang menarik adalah ketika mengisi biodata untuk dibacakan waktu memperkenalkan pembicara, ada kolom yang harus diisi, yakni “Hobi” dan “Semboyan hidup”. Saya tulis: yang pertama, “Mengajar meditasi”, dan yang kedua, “Hidup tanpa semboyan.” – Ketika dibacakan oleh Moderator, seluruh hadirin langsung ketawa. Ini adalah entry point yang bagus bagi ceramah saya. Ceramah saya mulai dengan menjelaskan sedikit makna semboyan saya itu, lalu langsung saya melontarkan pertanyaan: “Pikiran itu apa?”

Ceramah saya itu harus dipotong sekitar 20 menitan untuk sholat Magrib. Saya sudah mengumumkan bahwa sesudah sholat Magrib, sesi itu akan dilanjutkan dengan praktik meditasi, dan bahwa itu bukan wajib bagi peserta; peserta yang mau pulang lebih dulu disilakan. Semula saya sudah pesimistik dan mengira yang akan kembali sedikit. Tapi ternyata hampir semuanya kembali ke ruang kuliah; hanya satu-dua orang saja yang pamit untuk tidak kembali.

Mulai pk 18.00 sesi itu dilanjutkan dengan praktik MMD/vipassana langsung selama 15 menit, lalu diikuti dengan tanya-jawab terakhir. Bayangkan, hadirin yang seluruhnya awam meditasi, hampir semuanya Muslim, dan tidak satu pun yang Buddhis, langsung melakukan meditasi vipassana selama 15 menit. Dalam sesi tanya jawab terdapat kesan bahwa setidak-tidaknya para penanya itu telah menangkap kiat bagaimana semestinya berlatih MMD/vipassana.

*****

Ceritanya belum selesai. Prof Dan Stone, dari Universitas Kentucky di Amerika Serikat, adalah pembicara utama dalam seminar itu. Dalam bincang-bincang secara pribadi dengan beliau, saya tahu ternyata beliau baru pertama kali ini datang ke Indonesia; pengetahuan beliau tentang Indonesia sangat minim. Bahkan beliau tidak tahu Borobudur itu apa. 

Menurut beliau, wacana spiritualitas dikaitkan dengan disiplin ilmu ekonomi memang sangat langka. “Yang seperti ini tidak ada di Amerika Serikat,” kata beliau. Namun ternyata beliau sendiri adalah seorang pemeditasi vipassana; sedangkan istri beliau adalah pemeditasi Katholik yang diajarkan oleh Romo Thomas Keating (yang terkenal dengan ajaran tentang “centering prayer”).

Beliau saya beri makalah saya (3 halaman) yang tercantum di dalam buku makalah. Belakangan, setelah membaca makalah itu, beliau mendekati saya dan bertanya, apakah saya punya waktu untuk bermeditasi bersama beliau. Saya bilang saya punya banyak waktu, dan terserah beliau mau kapan. Beliau lalu mendekati Prof. Iwan dan beberapa staf panitia yang lain. Akhirnya diputuskan, malam itu juga (pada hari pertama seminar) akan diadakan meditasi bersama mulai pk 21.00, bertempat di ruang rapat gedung program pascasarjana FE itu.

Yang hadir pada acara meditasi bersama yang tidak direncanakan itu sekitar 10 orang, termasuk Prof Dan Stone, Prof Iwan, beberapa staf pengajar lain, Bpk Achmad Chodjim, dan dua orang Bali dari Universitas Udayana, yang sedang mengambil program doktor di FE Unibraw. Kami duduk di karpet dan menggunakan benda-benda seadanya sebagai “bantal”.

Kami bermeditasi vipassana/MMD (tanpa label demikian) selama 30 menit, lalu diikuti tanya jawab. Tanya jawab ini hidup sekali, karena sebagian besar peserta adalah Muslim yang belum pernah bermeditasi dan hanya mengenal spiritualitas melalui ajaran agama. Beberapa pertanyaan yang sempat ramai dibahas antara lain: “Siapakah yang mengamati/menyadari itu?” – pembahasan ini menyangkut kepada masalah apa itu roh; “Apakah hati nurani itu?” – yang tidak lebih daripada ajaran moral/etika & teologi yang diajarkan kepada kita oleh orang tua kita sejak kecil; “Apa manfaat/dampak meditasi ini?”, “Sampai di mana peran moral & etika”, dsb. Betapa ramainya diskusi ini bisa dibayangkan kalau kita ingat bahwa semua hadirin adalah para ilmuwan yang terbiasa berpikir dengan sangat kritis. Kalau tidak dihentikan pada pk 24.00 mungkin bisa berlangsung sampai pagi, dan program seminar hari kedua bisa jadi kacau.

*****

Pada hari kedua, di luar sidang-sidang seminar, berkembang sebuah rencana, FE Unibraw akan mengadakan retret MMD selama 2 hari (Sabtu-Minggu), masing-masing berlangsung dari pk 8.00 – 18.00; jadi tanpa menginap. Peserta yang akan diterima sebanyak maksimal 50 orang, tapi saya rasa bisa juga lebih.

Kalau acara ini sukses, akan dijadikan acara tetap setiap semester. Prof Iwan berkata, bahwa acara ini secara resmi akan diselenggarakan oleh Program Doktor Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.

Semoga kegiatan ini merupakan terobosan yang mempertemukan sains dengan spiritualitas, dan menyumbang bagi berkembangnya manusia intelektual & profesional yang mempunyai integritas dan spiritualitas tinggi di Indonesia.

Salam,
Hudoyo


« Last Edit: 11 May 2008, 04:52:36 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #213 on: 11 May 2008, 05:15:13 AM »
[Makalah ini saya sajikan pada Seminar “Socio-spirituality” di Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, pada tanggal 8 – 9 Mei 2008. Kalau ada teman yang menginginkan makalah ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia, silakan menyurati saya di milis ini, dan saya akan menerjemahkannya. /hudoyo]

INSIGHT MEDITATION: A JOURNEY FOR BREAKING-THROUGH OUR MIND
By: Hudoyo Hupudio [ii]

The human mind has evolved the intellect as the crown of its development, which distinguished itself from the minds of other life-forms. With their intellect human beings have dominated all life on planet Earth, creating abundance and comfort for themselves. But on the other side, despite their intellect and goodwill, human beings have never succeeded in creating a lasting peace and harmony among themselves; wars occur every day in some part or other of the world throughout the history of humanity. Despite the abundance and comfort created by technology, there is also widespread poverty and hunger, an ever-widening inequality in welfare among humans, and planet Earth is being more and more polluted by the greed of its inhabitants. Not only globally, nationally and locally, even within their own minds human beings are beset with strife, conflicts and contradictions: conflicting ideas, desires, and goals bringing untold miseries and suffering among a large proportion of humanity. These individual problems become more serious and dangerous as we enter the 21st century. At the present time an increasing—rather than decreasing—number of people than ever before have to seek help from psychologists and psychiatrists to resolve their inner conflicts.

To understand the underlying causes of this predicament, we have to examine the nature of thinking and thoughts, which are the highest process and product of the human mind. From the beginning of its evolution, thinking serves for the sole purpose of the survival of the human individual. It serves its purpose by creating the self, the ego, the ‘me’, as opposed to the ‘not-me’, the ‘others’. “I think, therefore I am,” said Descartes. Later on, the ‘me’ is extended to include ‘my family’, ‘my tribe’, ‘my party’, ‘my co-religionists’, ‘my ideology’, ‘my nationality’, ‘my religion’, etc. The ‘me’ is so deeply entrenched in the human mind, so that almost all human beings take the ‘me’ for granted as self-evidently existing as a concrete, lasting and even immortal entity. And thinking, as the creator of the ‘me’, is seen as an indispensable, necessary, unstoppable process of the mind. Thus, the most fundamental duality—the duality of subject versus objects, the duality between the ‘me’ on the one side versus ‘you’ and the ‘others’ on the other side—is created by the thinking process, which cannot be stopped. To be sure, this duality is non-existent in the consciousness before thinking starts, for instance, during stupefying moments, or during a deep meditation. This duality is the source of all strife and all suffering in the human mind, and consequently in the world at large, while serving to promote the survival of the individual entity.
Facing this dilemmatic situation, obvious questions arise: Can the human mind transcend thinking? Can human beings survive without thinking, without the ‘me’, in this modern world of rising competition?
Surely, thinking is indispensable for survival, to accomplish tasks which need the intellect for their completion. On the other hand, surely one does not need to think all the time during one’s waking time. But, since the ‘me’ is the creation of thinking, hence for the ‘me’ to exist at all time thinking must go on ceaselessly, even if only in the form of daydreaming. One has practically never experienced a mode of consciousness where there is no thinking at all.

For one who has ever experienced the cessation of thinking in full awareness, it is an enlightening and transforming experience. It gives one a realization of a more “real” existence than the ordinary waking consciousness, where thinking goes on all the time. It is not unlike a perception of waking up from a dreaming state. In that state of ‘nonthinking’, one knows the difference between the ‘nonthinking’ state and the everyday state of ongoing thinking; it is not unlike the difference between the awakened state and the dreaming state. On the other hand, one who has never experienced the ‘nonthinking’ mode of consciousness could never conceive the exact nature of that state of mind, like a fish who can never imagine an existence outside water.

This ‘nonthinking’ state of mind can be experienced during moments of deep awe or stupefying moments, or during a deep meditation. But the kind of meditation in which the ‘nonthinking’ state of mind can arise is a special kind of meditation; it cannot be experienced in most other kinds of meditation.

Usually in meditation one concentrates or focuses one’s attention on a single fixed object, like on the in- and out-breathing, or on certain word(s) which is(are) repeated endlessly. By this means one may achieve a deep state of concentration called absorption, which gives a very deep and satisfying calmness and bliss, but in which one is not aware of the stimuli coming in from the senses; therefore one is not aware of the impermanent nature of all phenomena. In this kind of meditation one does not achieve a perception and understanding of the real nature of existence, which is impermanent, unsatisfactory and without self (insubstantial). In short, this kind of meditation does not produce insight, wisdom and liberation (enlightenment).

There is a much rarer kind of meditation which does not involve any concentration at all. This meditation is initially taught by only two persons throughout the recorded history of humanity, i.e., by the Buddha, more than 2500 years ago, and, independently, by Jiddu Krishnamurti, in the 20th century. To distinguish it from the other kinds of meditation, this meditation is called ‘insight meditation’ or vipassana meditation in Pali language (the Buddha’s language).

In lieu of concentration, insight meditation emphasizes awareness or mindfulness, i.e. to be aware or mindful of every phenomenon that occurs or arises in the physical body and in the mind from moment to moment at all times, when thinking is not needed. ‘Everything in the physical body’ includes all physical sensations, the movements of the body, breathing etc. ‘Everything in the mind’ includes all thoughts, emotions, will, intention, desires, anger, hopes, frustrations, boredom, fleeting happiness, sorrow, pain, miseries, passing pleasures, etc. One should be aware and mindful passively of any of those phenomena—without reacting in any way to it—when it arises and disappears in the consciousness. 

That is the gist of insight meditation. The key words are: awareness/mindfulness, passiveness, and being in the present moment continuously. In a famous short discourse by the Buddha to Bahiya, a monk who was not his disciple, he said: “Bahiya, be in this state: in the seen is only the seen [meaning: do not react with thinking], in the heard is only the heard, in the sensed (with the other senses) is only the sensed, in the remembered is only the remembered. If you could be in that state, then you are no more; and that, and only that, is the end of dukkha (unsatisfactoriness).”

Initially, to be effective insight meditation should be conducted in a extended retreat of a few days’ duration. When practised in a conducive environment, where there is little need to do something else, where the mind can remain being aware of itself most of the times, then at an unexpected moment,  suddenly the mind enters into a deep stillness, where thinking and the ‘me’ stop completely. In this moment of truth, the meditator sees a ‘Vastness’, in which there is a ‘Movement’ not of the mind nor of the ‘me’, in which there is a ‘Benediction’ not coming from anyone, and an ‘Intelligence’ not of the intellect, and a ‘Love’ not of the ‘me’.  For want of an adequate word, the meditator can only call it The Unknown. To be there implies that the ‘me’, thinking, knowledge, experience, time and space are no more. As J. Krishnamurti said, using the term “God” as a colloquial of the ‘The Unknown’: “God is, when I am not; when I am, God is not.” [iii]

Is this mode of consciousness compatible with daily living in this modern competitive world? The answer is yes, if by ‘compatible’ one means having each mode of consciousness at different moments in our day-to-day living. As J. Krishnamurti challenges us: “Can thinking stop, and move only when it is really needed?” – Yes, that mode of consciousness is compatible with daily living. One could even say, that it is the only life worth living, because then one lives in the world, relating to others, to nature and to ideas, while remaining tangibly aware of the ‘The Unknown’ as the Source and Destination of all that is.

===================
Notes:

Presented at The 3rd (International) Postgraduate Consortium on Accounting: “Socio-spirituality: Breaking the Traditional Convention of Accounting and Business”,  Brawijaya University, Malang, 8-9 May 2008.

[ii] Hudoyo Hupudio, MD, MPH, is a retiree from the Indonesia Ministry of Health, and currently teaches insight meditation.

[iii] The complete and permanent cessation of the self was experienced by a Roman Catholic mother from California, Bernadette Roberts, who has not any previous notion and anticipation that such event could happen at all. She is an accomplished Christian mystic, who at the age of 15 entered a convent to become a nun and remained as such for 10 years. During her service as a nun, she experienced the pinnacle of the Christian mystical path, which is a permanent union with God. She said that she could enter “the still point” at the bottom of her being, and be with God inseparably, whenever she wanted and for whatever length of time she liked. Eventually she left the convent, married and raised a family of four boys, and continued her study to become a Master in psychology. She thought that there was nothing else to attain in terms of mystical experience, since union with God is the highest goal of all Christian mystics. But twenty years later, while she was in her forties, a bewildering event occurred unexpectedly: She could no longer find the “still point” in her mind; and she was more baffled when she realized that she could no longer “look” reflexively into her self: she has no affective life anymore and no self-consciousness or subjective notion and feelings at all. And the most baffling of all is that with the disappearance of her self, God also disappeared forever from her mind. In its place, she realizes later that wherever she turns her eyes on, there is something that permeates every particular thing, animate or inanimate; that “something” she instantly knows as the Source of all that is. She named it “The Unknown”. She needed two years to adapt herself to a life without a self with her husband and boys. While in the adaptation phase, she wrote down her experiences beautifully, clearly and consistently in a book, THE EXPERIENCE OF NO-SELF. An outline of the book can be downloaded from http://www.nonduality.com/berna.htm.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #214 on: 11 May 2008, 05:46:09 AM »
Wah sukses yah pak seminarnya, selamat yah, semoga semakin banyak yang tercerahkan. _/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #215 on: 11 May 2008, 08:34:26 AM »
Terima kasih banyak, Rekan Ryu. :) ... Itu memang sudah pekerjaan saya ... menyebarluaskan ajaran Sang Buddha tanpa melalui Agama Buddha. :)

Salam,
Hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #216 on: 11 May 2008, 09:15:35 AM »
_/\_  ^:)^

Setiap penjelasan dr rekan2 disini baik dr postingan pak hudoyo dan rekan2 lainnya, membuat saya merasa TERPUKUL, sangat mengena... Walau baru direnungkan secara KASAR, tp udh begitu berkesan, dan memancing saya utk lebih mendalami praktek meditasi ini...  :)
[...]
 _/\_

Rekan Umat Awam, selamat datang di thread ini. :)

Anda merasa “terpukul” membaca posting-posting di thread ini itu saja sudah menunjukkan Anda mengalami suatu pencerahan yang tidak kecil artinya. … :)

Banyak umat Buddha yang pandai-pandai dan merasa mengerti ajaran Buddha-dhamma, lalu merasa PUAS DIRI dengan pengetahuannya itu … lalu merasa TIDAK PERLU BERMEDITASI VIPASSANA. … Mereka ini MACET, dan TIDAK BERKEMBANG LAGI kearifan (panna)-nya; Dhamma-nya cuma teoretis.

Jadi, jangan pernah merasa PUAS DIRI dengan pengetahuan Dhamma Anda. … Bermeditasilah vipassana, sehingga akhirnya semua pengetahuan buku itu tidak perlu lagi. :) … Orang yang benar-benar tercerahkan tidak lagi MERASA TAHU apa itu Dhamma Sang Buddha. :)

Salam,
Hudoyo



Offline Umat Awam

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 770
  • Reputasi: 28
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #217 on: 11 May 2008, 12:52:50 PM »
_/\_  ^:)^

Setiap penjelasan dr rekan2 disini baik dr postingan pak hudoyo dan rekan2 lainnya, membuat saya merasa TERPUKUL, sangat mengena... Walau baru direnungkan secara KASAR, tp udh begitu berkesan, dan memancing saya utk lebih mendalami praktek meditasi ini...  :)
[...]
 _/\_

Rekan Umat Awam, selamat datang di thread ini. :)

Anda merasa “terpukul” membaca posting-posting di thread ini itu saja sudah menunjukkan Anda mengalami suatu pencerahan yang tidak kecil artinya. … :)

Banyak umat Buddha yang pandai-pandai dan merasa mengerti ajaran Buddha-dhamma, lalu merasa PUAS DIRI dengan pengetahuannya itu … lalu merasa TIDAK PERLU BERMEDITASI VIPASSANA. … Mereka ini MACET, dan TIDAK BERKEMBANG LAGI kearifan (panna)-nya; Dhamma-nya cuma teoretis.

Jadi, jangan pernah merasa PUAS DIRI dengan pengetahuan Dhamma Anda. … Bermeditasilah vipassana, sehingga akhirnya semua pengetahuan buku itu tidak perlu lagi. :) … Orang yang benar-benar tercerahkan tidak lagi MERASA TAHU apa itu Dhamma Sang Buddha. :)

Salam,
Hudoyo


Terima kasih atas semangat yg diberikan.. Saat ini saya telah mulai lagi belajar bermeditasi yg baik dan benar mengikuti petunjuk2 yg anda berikan dan mencoba menyesuaikan dnegan keadaan lingkungan...

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #218 on: 11 May 2008, 05:24:19 PM »
Kau bukan Tuhanku

Allah,
rentang masa nan panjang
dalam denyut nadi dan detak jantungku

Kau Yang Maha Esa adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Pengasih adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Penyayang adalah Tuhanku,
Kau Yang Maha Segalanya adalah Tuhanku,

dari tutur moyangku
kuterima suci lisannya,
dan kukira Engkau Tuhanku
nyatanya...,
Kau tidak lebih dari sebuah dusta

walau Dikau punya sembilan puluh sembilan nama,
atau bahkan sejuta nama,
Kau tetap sebuah kedustaan

walau Kitab SuciMu bertutur tentang DiriMu,
Kau tidak lebih dari sebuah label

walau Dikau bertutur tentang DiriMu,
KalamMu yang suci tetap berjarak dengan realitas

Kau hakikatnya tak lebih dari Tuhan palsu
Kau ’tlah menyampahi ketauhidanku
ku tak sudi menyembahMu
kuabaikan keTuhananMu

maafkan aku
kini, kutinggalkan DiriMu

Puji syukur aku haturkan atas ijin”Mu”
’tuk tinggalkan Tuhan yang terbatas itu
kuhaturkan sembah sujud atas ridho”Mu”
’tuk lampaui Tuhan pikiran

Alhamdulillah,
aku telah bebas dari penjara syari’atMu
hatiku terbebas dari belenggu pikiran Si Tuhan Palsu

kini,
jalan lempang spiritual ’tlah terbuka lebar untukku
pintu”Mu” tlah terbuka lebar untukku
”Mom,” I’m coming home...
I’m coming home...
I’m coming home...



Iwan Triyuwono
Jakarta, 5 Desember 2007

Prof. Iwan Triyuwono, Ph.D.,
Ketua Program Doktor Ilmu Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya

CATATAN: Sepintas lalu, posting ini tampak OOT. Tapi mengingat isinya mencerminkan dampak MMD pada salah seorang Muslim, maka saya tampilkan dalam thread ini./hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #219 on: 11 May 2008, 06:35:01 PM »
OOT:

Di "Personal Messages", bagaimana caranya kalau mau lihat "Sent Messages"? Adanya cuma "Inbox" dan "Outbox". Terima kasih atas penjelasannya.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #220 on: 11 May 2008, 08:02:10 PM »
Sorry pak hud, utk messaging di SMF tidak ada fasilitas Sent Message. _/\_
There is no place like 127.0.0.1

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #221 on: 11 May 2008, 09:32:54 PM »
mata ku buta...
telinga ku tuli...
lidah ku hambar...
idung ku mampet...

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #222 on: 11 May 2008, 09:39:49 PM »
mata ku buta...
telinga ku tuli...
lidah ku hambar...
idung ku mampet...

waduh kasian, cepet kedokter :))
 pa Hudoyo gak akan sanggup ngobati elo :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #223 on: 11 May 2008, 11:01:01 PM »
Sedikit penasaran nih Pak Hud, jadi hubungannya MMd dgn akuntansi apa yah? kebetulan lagi kuliah akuntansi di Untar nih...

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #224 on: 11 May 2008, 11:32:55 PM »
Hubungan MMD dengan akuntansi? ...
MMD itu menggarap batin ahli akuntansi. ... ;D

Hasilnya, antara lain, kode etik akuntansi lebih dipahami dan dihayati. :) ... Dengan demikian, si akuntan tidak menyalahgunakan profesinya. :)

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 11 May 2008, 11:34:43 PM by hudoyo »