//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 568178 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #165 on: 02 May 2008, 12:32:56 PM »
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #166 on: 02 May 2008, 01:24:43 PM »
[...]
Ketika meditasi, saya sendiri tidak bisa membedakan antara tehnik MMD dan anapanasati. yah itu juga barangnya, sama2x duduk dan mengamati kedalam. *kecuali dengan interpretasi anapanasati yg lainnya yah*
[...]

Perbedaan anapanasati dan MMD terletak pada tahap awalnya:

Pada anapanasati (tetrad pertama dari Anapanasati-sutta), terdapat USAHA untuk berkonsentrasi pada napas. Pada tetrad-tetrad berikutnya usaha itu sudah tidak tampak lagi.

Pada MMD, sejak awal tidak ada usaha untuk berkonsentrasi. Selanjutnya, setelah batin relatif hening, dan pikiran tinggal satu-satu muncul, maka yang ada hanyalah tubuh dengan segala fungsinya, termasuk keluar-masuknya napas. Di sini memang tidak tampak lagi perbedaan antara anapanasati dan MMD karena sudah tidak ada usaha lagi.

Pada anapanasati sendiri, menurut YM Buddhadasa Mahathera kalau tidak salah, pemeditasi bisa "melompat" dari tetrad pertama ke tetrad ke-4, dengan memintasi tetrad ke-2 dan ke-3 (kedua tetrad ini adalah jhana, menurut beliau). Oleh karena itu, dimungkinkan nibbana tercapai tanpa melalui jhana. (Lihat, Buddhadasa Bhikkhu, "Mindfulness with Breathing")

Salam,
hudoyo

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #167 on: 02 May 2008, 01:50:34 PM »
[...] Jadi mengatakan bahwa orang terbebaskan merasakan sakit fisik menjadi agak janggal. Lebih tepat lagi jika mengatakan bahwa fisiknya mengalami suatu reaksi fisikal.
[...]

Yang sederhana sajalah. Orang yang telah bebas bisa saja menggunakan kata-kata dari bahasa sehari-hari--tanpa harus mencari-cari kata-kata lain yang "betul" secara teknis--untuk mengungkapkan apa yang dirasakan oleh tubuh, tanpa melekat pada kata-kata itu. Di sini kata-kata dari bahasa sehari-hari itu mempunyai arti yang sama sekali lain daripada apa yang dipahami oleh orang banyak.

Sebuah contoh yang sangat terkenal datang dari riwayat hidup Sang Buddha sendiri, ketika beliau tiba di Hutan Sala di dekat Kusinara menjelang saat meninggal beliau. Berikut ini saya sampaikan teks aslinya & terjemahannya dari Mahaparinibbana-sutta:

"Atha kho bhagavaa aayasmanta.m aananda.m aamantesi aayaamaananda yena hira~n~navatiyaa nadiyaa paarima.m tiira.m, yena kusinaaraa, yena upavattana.m mallaana.m saalavana.m, tenupasa.nkamissaamaa'ti. 'Evambhante'ti kho aayasmaa aanando bhagavato paccassosi. Atha kho bhagavaa mahataa bhikkhusa.nghena saddhi.m yena hira~n~navatiyaa nadiyaa paarima.m tiira.m, yena kusinaaraa, yena upavattana.m mallaana.m saalavana.m, tenupasa.nkami. Upasa.nkamitvaa aayasmanta.m aananda.m aamantesi. "I.ngha me tva.m aananda antarena yamakasaalaana.m uttarasiisaka.m ma~ncaka.m pa~n~naapehi. Kilanto'smi aananda nipajjissaamii'ti. 'Evambhante'ti kho aayasmaa aanando bhagavato pa.tissutvaa antarena yamakasaalaana.m uttarasiisaka.m ma~ncaka.m pa~n~naapesi. Atha kho bhagavaa dakkhi.nena passena siihaseyya.m kappesi paade paada.m accaadhaaya sato sampajaano."

[Bab kelima: Di Kusinara - peristirahatan terakhir]

... Lalu Sang Bhagava berkata kepada Ayasma Ananda demikian: "Ananda, mari kita menyeberangi sungai Hirannyawati, dan pergi ke Hutan Sala milik kaum Malla, di dekat kota Kusinara."

"Baik, Bhante," jawab Ayasma Ananda kepada Sang Bhagava.

Dan Sang Bhagava, bersama sejumlah besar bhikkhu-sangha, menyeberangi sungai Hirannyawati, dan pergi ke Hutan Sala milik kaum Malla, di dekat kota Kusinara. Dan di sana, Sang Bhagava berkata kepada Ayasma Ananda, demikian: "Ananda, siapkan bagiku tempat berbaring di antara dua pohon Sala kembar, dengan kepala menghadap ke Utara. Ananda, aku letih, dan ingin berbaring."

"Baik, Bhante." Dan Ayasma Ananda melakukan apa yang diminta oleh Sang Bhagava, menyiapkan tempat berbaring di antara dua pohon Sala kembar dengan kepala menghadap ke Utara.

Lalu Sang Bhagava berbaring pada sisi kanannya, dalam posisi singa, dengan sebuah kaki di atas kaki lainnya, dan mempertahankan kesadaran & keelingannya. ...


*****

"Ananda, aku letih dan ingin berbaring." (Kilanto'smi, aananda, nipajjissaamii'ti) - Inilah pernyataan seorang Buddha, pernyataan apa adanya, tanpa dipikir panjang, tanpa mencari-cari istilah yang tepat secara teknis, melainkan cukup dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Sang Buddha tidak berkata: "Ananda, tubuh ini mengalami suatu perasaan tertentu, yang disebut 'letih' oleh orang yang belum terbebaskan." Orang yang berkata begitu malah tampak sekadar berteori, tidak spontan, tidak bicara langsung apa adanya, melainkan dipikir-pikir dengan matang lebih dulu. - Tetapi jelas bahwa makna "Aku letih" di sini sangat berbeda dengan makna kata-kata itu apabila Anda atau saya yang mengucapkannya.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 02 May 2008, 02:15:14 PM by hudoyo »

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #168 on: 02 May 2008, 01:59:44 PM »
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?
Berdasarkan informasi yg masuk, kita akan berpikir. pintu masuknya tetap indra2x. indra itu yg berberikan input sakit, panas, dst.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #169 on: 02 May 2008, 02:03:17 PM »
[...]
Ketika meditasi, saya sendiri tidak bisa membedakan antara tehnik MMD dan anapanasati. yah itu juga barangnya, sama2x duduk dan mengamati kedalam. *kecuali dengan interpretasi anapanasati yg lainnya yah*
[...]

Perbedaan anapanasati dan MMD terletak pada tahap awalnya:

Pada anapanasati (tetrad pertama dari Anapanasati-sutta), terdapat USAHA untuk berkonsentrasi pada napas. Pada tetrad-tetrad berikutnya usaha itu sudah tidak tampak lagi.

Pada MMD, sejak awal tidak ada usaha untuk berkonsentrasi. Selanjutnya, setelah batin relatif hening, dan pikiran tinggal satu-satu muncul, maka yang ada hanyalah tubuh dengan segala fungsinya, termasuk keluar-masuknya napas. Di sini memang tidak tampak lagi perbedaan antara anapanasati dan MMD karena sudah tidak ada usaha lagi.

Pada anapanasati sendiri, menurut YM Buddhadasa Mahathera kalau tidak salah, pemeditasi bisa "melompat" dari tetrad pertama ke tetrad ke-4, dengan memintasi tetrad ke-2 dan ke-3 (kedua tetrad ini adalah jhana, menurut beliau). Oleh karena itu, dimungkinkan nibbana tercapai tanpa melalui jhana. (Lihat, Buddhadasa Bhikkhu, "Mindfulness with Breathing")

Salam,
hudoyo
Kalau saya punya interpretasi berbeda lagi terhadap anapanasati sutta pak hud. Saya sudah baca dan coba analisa berbagai penjabaran dari beberapa buku (termasuk dari bhante buddhadasa), saya coba komparasi dan cross cek dengan pengalaman, sepertinya tidak ada yg mengena.

Disaat itu saya buang semua pengetahuan dan informasi dan "bertarung" tanpa jurus, dan akhirnya saya lebih cocok dengan demikian :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #170 on: 02 May 2008, 02:38:24 PM »
Quote
Tetapi jelas bahwa makna "Aku letih" sangat berbeda dengan makna kata-kata itu apabila Anda atau saya yang mengucapkannya.

Saya sependapat dengan penjelasan yang satu ini.   :) _/\_

 

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #171 on: 02 May 2008, 02:41:57 PM »
Quote from: Sumedho
Disaat itu saya buang semua pengetahuan dan informasi dan "bertarung" tanpa jurus, dan akhirnya saya lebih cocok dengan demikian

Begitu 'semua pengetahuan' dan 'informasi' dibuang, tentu gagasan, ingatan tentang 'anapanasati' juga lenyap, bukan?

Lalu, 'lebih cocok' dengan yang mana?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #172 on: 02 May 2008, 02:48:13 PM »
Quote
yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan.

jika pikiran tidak merasakan sakit, dari mana tahu bahwa fisik sedang mengalami rasa sakit?
Berdasarkan informasi yg masuk, kita akan berpikir. pintu masuknya tetap indra2x. indra itu yg berberikan input sakit, panas, dst.

pintu masuknya memang tetap indra2, tetapi jika tidak diteruskan ke pikiran, dari mana kita tahu itu adalah sakit?
Coba anda pegang besi panas, tangan anda akan merasa sakit, karena ada kesadaran,sentuhan, dan kontak dari ini menimbulkan perasaan, jika perasaan tidak menyenangkan maka disebut sakit, jika perasaan menyenangkan disebut enak, jika tidak dua2nya disebut netral. Jadi tanpa ada batin dari mana reaksi sakit itu bisa diketahui? Dengan demikian maka pernyataan bahwa  yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan. , tidak bisa ditegakkan.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #173 on: 02 May 2008, 03:20:04 PM »
Quote
Jadi tanpa ada batin dari mana reaksi sakit itu bisa diketahui? Dengan demikian maka pernyataan bahwa  yang merasakan sakit dan enak pada fisik itu bukan pikiran, tetapi pada indra bersangkutan. , tidak bisa ditegakkan.
hmmm batin dan pikiran itu beda loh.....

Ketika sensasi masuk, nyaman tidak nyaman ataupun netral. itu hanya sensasi saja. sisanya permainan di pikiran itu.
« Last Edit: 02 May 2008, 03:24:12 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Lex Chan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.437
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
  • Love everybody, not every body...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #174 on: 02 May 2008, 04:57:06 PM »
hmmm batin dan pikiran itu beda loh.....

Ini karena keterbatasan bahasa Indonesia dalam penerjemahan..
CMIIW, barangkali lebih cocok menggunakan istilah nama (batin) dan citta (pikiran).. :)
“Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway”
-Mother Teresa-

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #175 on: 02 May 2008, 04:58:08 PM »
Quote from: Hudoyo
Begitu 'semua pengetahuan' dan 'informasi' dibuang, tentu gagasan, ingatan tentang 'anapanasati' juga lenyap, bukan?

Lalu, 'lebih cocok' dengan yang mana?

Iya, tak ada teori2x yg "ganggu", termasuk teori anapanasati sutta itu sendiri. Maka itu saya punya interpretasi bahwa anapanasati sutta itu adalah yg *mungkin* terjadi ketika kita duduk bermeditasi. Bukan itu adalah langkah2x yg harus dilakukan.

cocok yang nga pake teori, just sit and watch :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #176 on: 02 May 2008, 06:16:16 PM »
 
Quote
Ini karena keterbatasan bahasa Indonesia dalam penerjemahan..
CMIIW, barangkali lebih cocok menggunakan istilah nama (batin) dan citta (pikiran).. :)

jika dikatakan sensasi-sensasi saja, maka tidaklah mungkin ada pembedaan sakit, enak atau netral. Jika ada pembedaan, maka yang tidak menyenangkan tentu adalah hal yang menyakitkan, yang menyenangkan adalah hal yang mengenakkan, yang tidak dua2nya adalah hal yang netral. Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral. 
ya kita memang tidak bisa menyelami seperti apakah batin arahat itu, tetapi tidaklah mungkin seorang arahat sekedar mencatat di dalam batinnya sakit, sakit ,sakit..., kalo bgitu apa bedanya dengan meditator yg masih harus belajar?  Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #177 on: 02 May 2008, 06:28:24 PM »
jika dikatakan sensasi-sensasi saja, maka tidaklah mungkin ada pembedaan sakit, enak atau netral. Jika ada pembedaan, maka yang tidak menyenangkan tentu adalah hal yang menyakitkan, yang menyenangkan adalah hal yang mengenakkan, yang tidak dua2nya adalah hal yang netral. Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral. 
ya kita memang tidak bisa menyelami seperti apakah batin arahat itu, tetapi tidaklah mungkin seorang arahat sekedar mencatat di dalam batinnya sakit, sakit ,sakit..., kalo bgitu apa bedanya dengan meditator yg masih harus belajar?  Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?
menurut saya yg bukan arahat :P
sensasi fisik & pikiran menyenangkan, menyakitkan & netral tetap ada ;D
tetapi tidak ada ketertarikan ataupun penolakan terhadap sensasi...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #178 on: 02 May 2008, 11:31:39 PM »
Jadi ketika besi panas menyentuh tangan, mana mungkin orang yang terbebaskan masih ada pikiran diskriminasi bahwa ini menyakitkan , ini mengenakkan atau ini netral.

Menurut teori, Sang Buddha & para arahat tetap mengalami rasa enak, rasa sakit & rasa netral, karena itu adalah kamma-vipaka-nya.

Ingat saja pelajaran Paticca-samuppada di sekolah minggu:
(A) avijja, sankhara = KAMMA
(B) vinnana, nama-rupa, salayatana, phassa, vedana = VIPAKA
(C) tanha, upadana, bhava = KAMMA
(D) jati, jara-marana = VIPAKA

Seorang Buddha/arahat masih memiliki mata rantai (B) + (D) selama masih hidup dan punya tubuh, tapi tidak lagi memiliki (A) + (C). Jadi, seorang Buddha/arahat masih memiliki VEDANA (rasa enak, rasa tidak enak, rasa netral).

 
Quote from: chingik
Jadi pertanyaan intinya adalah di manakah pikiran/batin Arahat ditempatkan ketika besi panas menyentuh tangannya?

Lihat Mulapariyaya-sutta, Majjhima-nikaya, 1.

Di dalam sutta itu, Sang Buddha mengajarkan bagaimana munculnya pikiran seorang puthujjana, yang prosesnya berlangsung melalui 6 langkah yang terjadi secepat kilat, sebagai tanggapan (response) terhadap suatu rangsangan (stimulus) yang masuk dari luar melalui pancaindra, atau muncul di dalam batin (indra "keenam" menurut psikologi Buddhis) sebagai ingatan (memory):

(1) muncul persepsi murni (belum ada pikiran, belum ada identifikasi, belum ada pembedaan);
(2) muncul konsepsi (pikiran mulai bergerak, ada pelabelan, pengenalan, pembedaan);
(3) muncul aku/atta (tapi masih belum terpisah dari obyek);
(4) muncul dualitas subyek vs obyek (aku memisahkan diri dari obyek);
(5) aku ber-relasi dengan obyek;
(6) muncul emosi (sukacita, sedih, marah dsb).

Jadi, yang disebut PIKIRAN adalah proses mulai nomor (2) s/d (6). Proses nomor (1) masih belum disebut PIKIRAN, melainkan PERSEPSI MURNI (pure perception).

Dalam sutta itu pula Sang Buddha berkata bahwa dalam diri seorang Buddha/arahat, proses pikiran itu terhenti sampai pada nomor (1); nomor (2) s/d (6) tidak muncul. Justru dalam batin seorang Buddha/arahat tidak pernah lagi muncul PIKIRAN sebagaimana kita kenal sebagai puthujjana.

Timbul pertanyaan: kalau langkah nomor (2) s/d (6) tidak muncul, bagaimana mungkin seorang Buddha/arahat bicara dan menggunakan kata-kata? Bagaimana seorang Buddha/arahat BERPIKIR?

Ini termasuk masalah acinteyya (hal yang tidak seharusnya dipikir-pikir). Apakah hal yang 'acinteyya' itu?

1. hakikat seorang yang bebas
2. asal mula alam semesta
3. hakikat jhana
4. seluk-beluk karma & buahnya.

Sang Buddha bilang, kalau orang mikir-mikir tentang salah satu dari keempat hal itu, dia bisa gila.

Namun, mungkin ada informasi tentang bagaimana seorang yang tidak punya aku/pikiran lagi bisa berkata-kata, bicara, malah menulis buku. Ini tercantum dalam buku seorang ibu rumah tangga Katholik yang pada usia 40-50 tahun mengalami runtuhnya aku/dirinya dengan sempurna untuk selamanya. Kebetulan ia seorang master di bidang psikologi, sehingga penuturannya sangat menarik. Tentu saja membaca uraian itu tidak sama dengan mengalaminya sendiri. Ibu itu bernama Bernadette Roberts, dan bukunya berjudul "The Experience of No-Self". Sudah saya terjemahkan ke bahasa Indonesia (150 halaman).

*****

Kembali kepada pertanyaan Rekan Chingik di atas, baik seorang arahat maupun seorang puthujjana, kalau tangannya tersentuh besi panas, dua-duanya akan secara refleks menarik tangannya. Proses ini adalah proses jasmani, tanpa melewati citta/pikiran; dalam bahasa kedokteran disebut proses refleks, jalan sarafnya tidak melalui otak besar (tempat pikiran).

Baru SESUDAH menarik tangannya, sedetik kemudian, dalam batin si puthujjana, muncul berbagai PIKIRAN sesuai keenam langkah yang diuraikan oleh Sang Buddha di atas. Sebaliknya, dalam batin seorang arahat, setelah ia secara refleks menarik tangannya, tidak muncul PIKIRAN apa pun, sesuai dengan Mulapariyaya-sutta (bukan "pikirannya ditempatkan di mana").

Dalam Mahaparinibbana-sutta, Sang Buddha pernah "mengeluh": "Aku letih, Ananda, aku ingin berbaring." - Secara analogis, tentu Sang Buddha pernah pula berkata: "Aku haus, Ananda, aku ingin minum." - Di sini, "ingin"-nya Sang Buddha itu tentu sangat berbeda dengan "ingin" yang sering kita rasakan sebagai puthujjana. "Ingin"-nya Sang Buddha lebih merupakan kebutuhan jasmani, daripada keinginan mental (batin), tanha. Seorang Buddha pun kalau haus tentu "ingin" (butuh, perlu) minum dan pergi mencari air minum.

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 03 May 2008, 11:07:52 AM by hudoyo »

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #179 on: 03 May 2008, 12:01:22 AM »
pak aku belum pernah ikut mmd lalu aku ikutin aja apa yang ada dipostingan ini pertanyaan saya:

1. kok saya jd lelet mikir
2. saya jd gampang lupa
3. mao nya ditempat yang gak ada suara alias tempat sepi n tenang

thx in advance

 

anything