Seringkah anda mendengar pernyataan,
Percuma belajar Dhamma tetapi tidak di praktikkan... terdengar akrab?
Ini jelas adalah pernyataan keliru sama sekali. ketika saya baru-baru belajar Dhamma seorang bhikkhu senior mengatakan kepada saya, bila kita belajar Dhamma akan berbuah berupa kebijaksanaan dan kecerdasan, waktu itu saya berpikir kok bisa? apa hubungannya?
Belakangan setelah lebih jauh mempelajari Dhamma, perlahan-lahan misteri itu semakin terbuka dan saya semakin melihat hubungannya.
Sewaktu kecil saya seringkali mempermainkan dan kadang menyiksa binatang, waktu itu saya tidak tahu bahwa perbuatan itu tidak baik. Bila berhasil menangkap tikus dalam perangkap saya lalu membawa tikus tersebut dan mencelupkannya ke laut hingga mati kehabisan napas, dan berbagai hal buruk lainnya.
Sewaktu mulai mengenal Dhamma, mulai belajar Pancasila, saya baru tahu bahwa membunuh mahluk hidup itu salah. Tetapi apakah saya menghentikan pembunuhan mahluk hidup setelah mengenal Dhamma? Tidak. Saya masih kadang-kadang melakukan pembunuhan terhadap mahluk hidup (saya sangat menikmati memancing, menangkap kepiting, menangkap kodok). Nampaknya seolah-olah pengetahuan Dhamma tak berguna bagi saya, seolah-olah Dhamma tak mengubah apapun.
Tetapi anggapan itu salah. Memang benar saya masih melakukan pembunuhan mahluk hidup, tetapi ada yang berubah dalam pembunuhan-pembunuhan itu dibandingkan dengan pembunuhan-pembunuhan sebelumnya, pada pembunuhan setelah mengenal Dhamma ada rasa penyesalan dan takut ketika melakukan pembunuhan, karena tahu bahwa hal itu salah, sebelumnya saya melakukan hal itu tanpa rasa takut. Lama kelamaan rasa takut dan penyesalan semakin dominan sehingga saya mulai meninggalkan pembunuhan mahluk hidup, bahkan terhadap nyamuk sekalipun berusaha tidak membunuh.
Dari pengalaman ini saya kemudian menyadari sebabnya mengapa dikatakan bahwa membunuh bila tahu itu salah, lebih kecil kamma buruknya dibandingkan bila membunuh tanpa mengetahui bahwa itu salah. Disini mulai nampak kaitan dengan Abhidhamma juga yaitu: bila kita membunuh disertai pengetahuan bahwa itu salah maka pembunuhan itu tidak lagi disertai dengan kegembiraan dikala melakukannya, dengan kata lain pembunuhan tidak lagi dilakukan sepenuh hati. Inilah sebabnya kammanya buruknya lebih kecil.
Pengalaman diatas hanya merupakan penggalan kecil manfaat belajar Dhamma. Manfaat lainnya selain kecerdasan dan kebijaksanaan yaitu: bila kita belajar Dhamma akan membawa kita ke Nibbana. Mungkin sebagian orang akan kaget bila mendengar pernyataan ini, masa iya? belajar Dhamma membawa kita ke Nibbana? begini sebabnya:
Memang benar bila kita belajar dhamma kita tak dapat mencapai Nibbana, yang dimaksudkan disini adalah: pada waktu kita belajar Dhamma (sedang menyimak uraian guru/berpikir) memang tak dapat mencapai Nibbana kan? karena pada waktu itu kita dalam keadaan belajar Dhamma kita tidak dalam keadaan meditatif, wajar bila kita tak dapat mencapai Nibbana bila kita belajar Dhamma, tetapi jangan dilupakan bahwa ada hal yang sangat penting, yaitu bila kita belajar Dhamma maka Dhammachanda dan samvega (perasaan urgency untuk mempraktekkan Dhamma) secara pelan-pelan akan tumbuh. Diumpamakan bagai seseorang yang belajar sastra Perancis misalnya, karena sering diajarkan dan diterangkan segala hal mengenai Perancis maka perasaan ingin mengunjungi Perancis akan tumbuh.
Suatu ketika bhikkhu Culapanthaka dibilang tak berguna oleh kakak beliau Y.A. Mahapanthaka karena tak mampu menghafalkan sebait syair selama tiga bulan, lalu ketika bhikkhu Culapanthaka menangis sendirian Sang Buddha menghampiri beliau lalu menghibur dan mengatakan "tak ada yang sia-sia dalam ajaranku", disini Sang Buddha secara tegas menyatakan seseorang yang mempelajari Dhamma tak akan sia-sia. Oleh karena itu kita harus selalu menambah pengetahuan Dhamma.
Manfaat mempelajari Dhamma lainnya yang besar bagi kita semua yaitu: berkat jasa-jasa mereka yang mempelajari Dhamma maka kita dapat menemukan Dhamma hingga saat ini. Tak bisa dibayangkan bila tak ada orang yang mau mempelajari Abhidhamma, Sutta atau Vinaya. Mungkin ajaran Sang Buddha telah lenyap hanya ratusan tahun setelah Sang Buddha Parinibbana. Karena tak ada yang belajar Dhamma, maka tak ada orang yang mampu menerangkan Dhammasangani misalnya. Untunglah dengan adanya para abdi Dhammma (yang mempelajari dan mengajarkan Dhamma) maka kita dapat mengenal Buddha Dhamma hingga sekarang.
Ada kelebihan lain dari seorang yang belajar Dhamma dibandingkan meditator yang tidak belajar Dhamma, seringkali mereka yang belajar Dhamma mampu menguraikan Dhamma lebih baik daripada meditator yang tak belajar Dhamma, karena mereka yang belajar Dhamma mempelajari berbagai hal lebih detil. Tetapi dalam hal praktek seorang meditator tentu mengetahui lebih banyak sehubungan dengan praktek jenis meditasi yang dilakukannya.
Memang harus diakui bahwa pencapaian batin seorang meditator lebih tinggi daripada seorang yang hanya mempelajari Dhamma. Tetapi pengetahuan seseorang yang mempelajari Dhamma lebih luas daripada mereka yang tidak mempelajari Dhamma, oleh karena itu ia nampak lebih cerdas di mata orang-orang. Oleh karena itu yang terbaik bagi kita adalah menyeimbangkan antara belajar Dhamma dan meditasi, karena kedua hal ini sangat mendukung satu sama lain. Seorang siswa yang belajar Dhamma dan juga berlatih meditasi akan mampu menerangkan kaitan berbagai faktor Dhamma yang nampaknya terfragmentasi dan mampu menerangkannya sebagai suatu bentuk kesatuan yang utuh.
Semoga kita maju terus dalam Dhamma.
Sukhi hotu,