//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bertrand Russell - Mengapa Saya Bukan Seorang kr****n  (Read 3011 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Bertrand Russell - Mengapa Saya Bukan Seorang kr****n
« on: 29 December 2008, 07:30:17 AM »
Utk sekedar bahan perbandingan, sebagai kajian utk teman2 se-dhamma yang mungkin memiliki pertanyaan2 serupa dan mencari rujukan dari tokoh populer. Tanpa dimaksudkan memancing keributan, baik dgn pihak berseberang, atau dgn sesama teman se-dhamma. Tulisan di bawah telah mengalami sedikit editan utk memperhalus gaya bicara Bertrand Russell yang tajam.


Why I Am Not A Christiant

Pertama-tama perlu dipahami apa yang dimaksud dengan kata 'kr****n'. Kata tersebut akhir-akhir ini digunakan dengan pengertian yang luas oleh banyak pihak. Sebagian mengartkannya tidak lebih dari seseorang yang mencoba menjalani kehidupan yang baik. Dengan pengertian tersebut, saya pikir ada banyak orang kr****n dalam semua kepercayaan dan agama; tetapi saya pikir ini bukan pengertian yang benar dari kata ini, seandainya hanya karena kata ini menyebabkan semua orang yang bukan umat kr****n--semua umat Buddhist, Konfusian, Islam dan sebagainya--tidak berusaha menjalani kehidupan yang baik. Saya tidak mengartikan kr****n sebagai seseorang yang mencoba hidup dengan benar sesuai kepercayaannya. Saya pikir kita mesti mempunyai sejumlah keyakinan tertentu yang baku sebelum kita berhak menyebut diri kita seorang kr****n. Kata ini tidak memiliki makna pasti sekarang ini, berbeda pada zaman St Augustinus dan St Thomas Aquinas yaitu, jika seseorang dikatakan bahwa ia adalah seorang kr****n maka yang dimaksud sudah jelas, menerima semua kumpulan kredo yang disusun dengan tingkat kepastian yang tinggi, serta setiap susunan kata dari kredo yang kita percayai dengan seluruh kekuatan keyakinan kita.

Apakah Orang kr****n itu?

Sekarang ini kata tersebut tidak begitu jelas. Kita memiliki pengertian yang agak kabur akan Kristianitas. Tetapi saya pikir ada dua hal berbeda yang sangat penting bagi seseorang yang menyebut dirinya kr****n. Yang pertama terkait dengan dogma--yaitu kita harus percaya pada Tuhan dan hidup sesudah mati. Kemudian, sebagai kelanjutan dari yang pertama, sebagaimana tersirat dari kata kr****n, kita harus percaya pada Kristus. Sedikitnya mempunyai keyakinan bahwa Kristus, jika bukan Tuhan, paling tidak adalah manusia terbaik dan paling bijaksana. Jika kita tidak percaya dengan Kristus, saya pikir kita tidak berhak menyebut diri kita sebagai kr****n.
Ketika saya berkata kepada Anda mengapa saya bukan seorang kr****n, saya mesti mengatakan kepada Anda dua hal yang berbeda: pertama, mengapa saya tidak percaya pada Tuhan dan hidup sesudah mati; dan kedua, mengapa saya tidak menganggap bahwa Kristus adalah manusia terbaik dan paling bijaksana, meskipun saya mengakuinya mempunyai kebaikan moral yang sangat tinggi.

Sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, di jaman dulu kr****n mempunyai pengertian yang jauh lebih utuh. Misalnya, ia mencakup kepercayaan pada neraka. Kepercayaan pada api neraka abadi adalah bagian penting dari kredo kr****n sampai kira-kira dewasa ini. Di negara kita, sebagaimana yang kita ketahui, ia tidak lagi menjadi bagian penting karena keputusan Dewan Gereja, dan atas keputusan itu Uskup Besar Canterbury dan Uskup Besar York menolaknya; tetapi di negara kita agama kita ditetapkan oleh Keputusan Parlemen, karenanya Dewan Gereja bisa menolaknya, dan neraka tidak lagi penting bagi seorang kr****n. Maka dari itu saya tidak berpendapat bahwa seorang kr****n harus percaya pada neraka.

Eksistensi Tuhan

Persoalan eksistensi Tuhan adalah masalah yang sangat luas dan serius. Tentu saja Anda tahu bahwa Gereja ka****k telah menetapkan sebagai dogma bahwa eksistensi tuhan bisa dibuktikan dengan akal semata. Itu adalah dogma yang agak aneh, tetapi ini adalah salah satu dogma mereka. Mereka mesti memperkenalkan dogma ini karena pernah terjadi para Pemikir bebas biasa berkata bahwa terdapat banyak argumen yang berasal dari penalaran semata untuk mengingkari eksistensi Tuhan, tetapi tentu saja mereka mengetahui bahwa Tuhan ada adalah masalah keyakinan. Gereja ka****k merasa perlu menghentikan argumen dan penalaran yang dikemukakan panjang lebar dengan memutuskan bahwa eksistensi Tuhan bisa dibuktikan dengan akal semata, dan mereka mengemukakan apa yang mereka anggap sebagai argumen untuk membuktikannya.

Argumen Sebab Pertama

Dikatakan bahwa segala sesuatu yang kita lihat di dunia ini mempunyai sebab, dan jika kita terus bergerak mundur pada mata rantai sebab kita pasti sampai pada Sebab Pertama, dan untuk Sebab Pertama ini kita memberi nama Tuhan. Argumen ini, saya pikir, di jaman sekarang tidak kuat, terutama karena sebab tidak mempunyai pengertian seperti dulu lagi. Para filsuf dan ilmuwan terus mencari sebab, dan ia tidak mempunyai arti penting seperti dulu; tetapi, terlepas dari hal tersebut, kita bisa mengetahui bahwa argumen yang harus ada unsur Sebab Pertama adalah argumen yang tidak mempunyai validitas. Untuk waktu yang lama ketika saya masih muda, saya menerima argumen Sebab Pertama, sampai suatu saat, pada usia delapan belas, saya membaca Autobiography John Stuart Mill, dan di sana saya menemukan kalimat berikut: 'Ayahku mengajarkan bahwa pertanyaan, "Siapa yang menciptakan saya?" tidak bisa dijawab, karena pertanyaan ini segera melahirkan pertanyaan berikutnya, "Siapa yang menciptakan Tuhan?"' Kalimat sederhana tersebut memperlihatkan pada saya, seperti yang masih saya yakini ketika itu, kesalahan dalam argumen Sebab Pertama. Jika segala sesuatu pasti mempunyai sebab, maka Tuhan juga harus mempunyai sebab. Jika sesuatu bisa ada tanpa sebab, ia bisa berupa dunia seperti halnya Tuhan, sehingga argumen tersebut tidak valid. Tidak ada alasan mengapa dunia tidak mungkin ada tanpa sebab; atau sebaliknya, tidak ada alasan mengapa dunia tidak mungkin selalu ada. Tidak ada alasan menganggap bahwa dunia mempunyai permulaan. Ide bahwa segala sesuatu harus mempunyai permulaan sebenarnya disebabkan oleh kemiskinan pemikiran kita (note: bukan pengetahuan).

Argumen hukum alam

Argumen yang paling disukai sepanjang abad 18, terutama di bawah pengaruh Sir Isaac Newton dan ilmunya tentang asal usul alam. Orang-orang mengamati bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari menurut hukum gravitasi, dan menganggap bahwa Tuhan telah memberi perintah pada planet-planet ini untuk bergerak dengan cara tertentu, dan itulah sebabnya mengapa planet-planet tersebut berputar. Penjelasan yang melegakan dan sederhana yang menyelamatkan mereka dari kesulitan mencari penjelasan lebih lanjut akan hukum gravitasi. Sekarang ini kita menjelaskan hukum gravitasi dengan cara cukup rumit yang telah diperkenalkan Einstein, dan kita tidak lagi mempunyai jenis hukum alam seperti yang kita miliki dalam sistem Newton. Kita sekarang tahu bahwa banyak hal yang kita anggap hukum alam sebenarnya adalah konvensi manusia.
Di sisi lain, ketika kita bisa mengetahui apa sebenarnya atom itu, kita mendapati bahwa atom tidak tunduk pada hukum seperti dugaan kita, dan bahwa hukum-hukum yang kita ketahui adalah jumlah rata-rata statistik dari sesuatu yang muncul dari kebetulan (peluang). Sebagian besar hukum alam adalah seperti itu. Ia adalah rata-rata statistik seperti yang muncul dari hukum peluang. Terlepas dari hal tersebut, yang memperlihatkan kondisi sains yang mungkin berubah di kemudian hari, seluruh ide bahwa hukum alam mengimplikasikan adanya pembuat-hukum disebabkan oleh kesimpang-siuran antara hukum alam dan hukum manusia. Hukum manusia adalah aturan yang mendorong kita bertindak dengan cara tertentu, di mana kita bisa memilih untuk bertindak atau tidak; tetapi hukum alam adalah deskripsi dari bagaimana sebenarnya sesuatu itu bertindak, dan, karena semata-mata merupakan deskripsi dari apa yang sebenarnya berlangsung, kita tidak bisa berargumentasi bahwa pasti ada wujud yang menyuruh benda-benda itu melakukan hal itu, karena kita akan dihadapkan pada pertanyaan, 'Mengapa Tuhan hanya menetapkan hukum alam tersebut dan bukan yang lain? Jika kita berkata bahwa Tuhan melakukannya semata-mata dari kebaikannya sendiri, tanpa alasan apapun, maka kita mendapati bahwa ada sesuatu yang tidak tunduk pada hukum, sehingga kereta hukum alam kita terhambat. Jika, sebagaimana pendapat sebagian besar ortodoks, bahwa dalam semua hukum yang ditetapkan Tuhan Ia mempunyai alasan untuk memberikan hukum-hukum tersebut, bukan hukum-hukum lainnya--alasan, tentu saja, untuk menciptakan alam semesta yang terbaik, meski Anda tidak pernah berpikir alam terlihat demikian--jika ada alasan untuk hukum-hukum yang Tuhan berikan, maka Tuhan Sendiri tunduk pada hukum, dan karenanya Anda tidak mendapatkan keuntungan dengan memperkenalkan Tuhan sebagai perantara. Anda sebenarnya mempunyai hukum di luar dan mendahului ketetapan Tuhan, dan Tuhan tidak melaksanakan tujuan Anda, karena ia bukan pembuat-hukum tertinggi. Singkatnya, seluruh argumen tentang hukum alam tidak lagi mempunyai kekuatan sebagaimana sebelumnya. Dalam penelusuran tinjauan saya, argumen-argumen yang digunakan untuk eksistensi Tuhan berubah sifatnya dengan bergantinya waktu. Ia pertama-tama adalah argumen intelektual yang sulit yang mencakup kekeliruan tertentu yang nampak jelas. Ketika kita sampai pada era modern, argumen-argumen tersebut kurang dihargai secara intelektual dan semakin lama banyak dipengaruhi oleh semacam kekaburan moral.

Argumen dari rancangan

Argumen: segala sesuatu di dunia diciptakan sedemikian rupa sehingga kita bisa hidup di dalamnya, dan seandainya dunia pernah berbeda sedikit saja, kita tidak bisa hidup di dalamnya. Inilah argumen dari rancangan. Argumen ini terkadang mengambil bentuk yang agak aneh; misalnya, dikatakan kelinci mempunyai ekor putih supaya mudah ditembak. Ini adalah argumen yang mudah menimbulkan ejekan (parodi). Seperti parodi dari Voltaire, bahwa jelas hidung dirancang sedemikian rupa agar cocok dengan kacamata. Dan sejak jaman Darwin kita mempunyai pemahaman yang jauh lebih baik mengapa makhluk hidup menyesuaikan lingkungannya. Bukannya lingkungan diciptakan untuk menyesuaikan makhluk hidup, tetapi makhluk hidup tumbuh untuk menyesuaikan lingkungan, dan ini adalah dasar penyesuaian (adaptasi). Tidak ada bukti rancangan mengenai hal ini.

Ketika Anda menyelidiki seksama argumen dari rancangan, argumen ini adalah hal paling mengherankan yang bisa dipercayai orang bahwa dunia ini, dengan semua makhluk yang terdapat di dalamnya, dengan semua kekurangannya, adalah yang terbaik yang bisa diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dan Maha Tahu dalam waktu jutaan tahun. Apakah Anda mengira bahwa, jika Anda diberi kekuasaan dan pengetahuan sempurna dan waktu jutaan tahun untuk menyempurnakan dunia Anda, Anda tidak bisa menciptakan lebih dari Ku Klux Klan atau Fascisti? Sungguh saya tidak terkesan dengan mereka yang berkata: 'Lihatlah saya: saya adalah sebuah adi karya sehingga pasti ada rancangan di alam semesta.' Karenanya, saya menganggap argumen rancangan benar-benar sangat lemah.

Argumen moral

Sekarang kita sampai pada tahap berikutnya yang saya sebut warisan intelektual yang telah dibuat oleh Teist dalam argumentasi mereka, dan kita sampai pada apa yang disebut argumen moral bagi eksistensi Tuhan. Di masa lampau terdapat tiga argumen intelektual bagi eksistensi Tuhan, yang semuanya ditolak oleh Immanuel Kant dalam Critique of Pure Reason; tetapi tidak lama sesudah ia menolak argumen tersebut Kant kemudian menemukan argumen baru, argumen moral, dan sangat teryakinkan. Ia seperti kebanyakan orang: dalam bidang intelektual ia skeptist, tetapi dalam bidang moral ia percaya secara implisit pada aturan dasar bahwa ia harus patuh kepada ibunya. Ini menggambarkan apa yang banyak ditekankan oleh psikoanalisis--sesuatu yang jauh lebih kuat pada diri kita sehingga keterlibatan kita yang paling dini lebih mengikat daripada masa-masa berikutnya.

Kant, menemukan argumen moral baru bagi eksistensi Tuhan, dan dalam berbagai bentuknya sangat terkenal selama abad 19. Salah satunya adalah tidak akan ada benar dan salah jika tidak ada Tuhan. Mengenai ini, jika Anda sangat yakin ada perbedaan antara benar dan salah, maka Anda dihadapkan pada pertanyaan: apakah perbedaan tersebut disebabkan oleh ketetapan Tuhan atau tidak? Jika perbedaan ini disebabkan oleh ketetapan Tuhan, maka untuk Tuhan Sendiri tidak ada perbedaan antara benar-salah, dan menjadi tidak signifikan mengatakan bahwa Tuhan itu baik. Jika Anda berkata, sebagaimana para teolog, bahwa Tuhan itu baik, Anda kemudian harus berkata bahwa benar dan salah mempunyai arti tertentu yang terlepas dari ketetapan Tuhan, karena ketetapan Tuhan adalah baik dan tidak buruk terlepas dari kenyataan bahwa Tuhan menciptakannya. Jika Anda mengatakan hal tersebut, maka Anda harus berkata bahwa bukan hanya melalui Tuhan saja benar dan salah menjadi ada, tetapi benar dan salah dalam esensinya secara logis mendahului Tuhan. Tentu saja Anda bisa berkata, jika Anda suka, bahwa ada tuhan yang lebih kuasa yang memberikan perintah pada Tuhan yang menciptakan dunia ini, atau Anda bisa sependapat dengan sebagian kaum gnostik, bahwa sebenarnya dunia yang kita ketahui ini diciptakan oleh Setan ketika Tuhan sedang lengah.

Argumen untuk melenyapkan ketidakadilan

Selanjutnya terdapat bentuk argumen moral lain yang sangat aneh, yaitu: dikatakan bahwa eksistensi Tuhan diperlukan untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Di dunia ini terdapat banyak ketidak adilan, dan banyak orang miskin yang baik, dan banyak orang kaya yang jahat, dan kita hampir tidak tahu manakah dari keduanya yang lebih mengganggu; tetapi jika Anda ingin mempunyai keadilan di seluruh alam Anda harus menganggap kehidupan akhirat mengembalikan keseimbangan kehidupan di dunia ini, sehingga mereka berkata bahwa harus ada Tuhan, dan harus ada surga dan neraka supaya pada akhirnya akan ada keadilan. Sangat aneh.
Jika Anda melihat masalahnya dari sudut pandang ilmiah, Anda akan berkata: 'Bagaimanapun juga, saya hanya mengetahui dunia ini. Saya tidak tahu alam semesta lain, tetapi sejauh yang bisa dikatakan orang mengenai kemungkinan, kita akan berkata bahwa mungkin dunia adalah contoh yang adil, dan jika ada ketidakadilan di dunia ini maka di tempat lain juga ada ketidakadilan.' Andaikata Anda menemukan peti kayu warna jingga yang Anda buka, dan Anda mendapati semua lapisan atas warna jingganya buruk, Anda tidak akan berkata: 'Bagian bawah pasti bagus, karena untuk mengembalikan keseimbangan.' Anda akan berkata: 'Mungkin semua bagiannya buruk'; dan inilah yang akan dikatakan oleh orang yang berpikiran ilmiah mengenai alam semesta. Ia akan berkata: 'Kita mendapati di dunia ini banyak ketidakadilan, dan selama demikian keadaannya, ada alasan menganggap bahwa keadilan tidak berkuasa di dunia ini; dan selama keadaannya tetap demikian, fakta ini memberikan argumen moral menentang adanya tuhan dan bukan mendukungnya.'
Kenyataannya, apa yang menggerakkan orang-orang untuk percaya pada Tuhan bukanlah argumen intelektual sama sekali. Sebagian besar orang percaya pada Tuhan karena diajarkan sejak usia dini untuk mempercayainya, dan ini adalah alasan utama.

Selanjutnya saya pikir bahwa alasan berikutnya yang paling kuat adalah keinginan akan keselamatan, semacam bahwa ada big brother yang akan menyelamatkan Anda. Perasaan ini memainkan peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keinginan banyak orang untuk percaya pada Tuhan.

...
appamadena sampadetha

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: Bertrand Russell - Mengapa Saya Bukan Seorang kr****n
« Reply #1 on: 29 December 2008, 07:30:52 AM »
Karakter Kristus

Sekarang, mengenai topik yang seringkali saya pikir kurang dibahas memadai oleh para Rasionalis, yaitu masalah apakah Kristus adalah manusia terbaik dan paling bijaksana. Biasanya sudah menjadi hal yang diterima bahwa kita semua mesti setuju bahwa memang demikian kenyataannya. Saya sendiri tidak setuju. Ada banyak hal baik di mana saya setuju dengan Kristus melebihi orang-orang kr****n sendiri. Anda pasti ingat bahwa ia berkata: 'Tolakkan kejahatan, tetapi siapa saja yang menampar pipi kananmu, maka berikan pipi kirimu.' Ini bukan ajaran atau prinsip baru. Prinsip semacam ini digunakan oleh Lao-Tse dan Buddha sekitar 500-600 tahun sebelum Kristus, dan sayangnya ini bukan prinsip yang sebenarnya diterima oleh umat kr****n, meski kita mengetahui perkataan Kristus tersebut mempunyai makna kiasan.

Kemudia ada hal lain seperti Kristus berkata: 'Jangan menghakimi, bisa jadi kamu akan dihakimi.' Prinsip ini saya pikir tidak terkenal di pengadilan negara-negara kr****n. Kemudian Kristus berkata: 'Berikan kepadanya jubah milikmu, dan siapapun yang ingin meminta bantuanmu janganlah kamu menolaknya.' Itu adalah prinsip yang sangat  baik.

Selanjutnya ada satu ajaran Kristus lain yang saya pikir sangat penting, tetapi menurut saya tidak terkenal di kalangan beberapa teman kr****n saya. Kristus berkata: 'Jika kamu ingin menjadi sempurna, pergi dan jual apa yang kamu miliki, dan berikan kepada si miskin.' Ini adalah ajaran yang luar biasa, tetapi, sebagaimana yang saya katakan, ia tidak banyak dijalankan. Semua itu, saya pikir, adalah ajaran yang baik, meski sulit untuk menjalankannya. Saya sendiri tidak mengaku telah menjalankannya; tetapi, bagaimanapun juga, saya tidak enggan melakukannya, dan ini tidak sama bagi seorang kr****n yang seharusnya menjalankannya.

Kekurangan dalam ajaran Kristus

Sesudah menyebutkan keistimewaan ajaran-ajarannya, saya sampai pada titik tertentu di mana saya tidak percaya bahwa orang bisa mengakui kebijaksanaan tertinggi atau kebaikan tertinggi Kristus seperti yang digambarkan dalam Injil; dan di sini saya ingin mengatakan bahwa orang tidak menaruh perhatian pada persoalan sejarah. Secara historis, cukup diragukan apakah Kristus benar-benar pernah ada, dan jika memang ada kita tidak mengetahui apa-apa tentang dirinya, sehingga saya kurang tertarik dengan masalah sejarah, yang merupakan persoalan pelik. Saya melihat Kristus sebagaimana ia nampak pada Injil, menjadikan cerita Injil sebagai rujukannya, dan di sana kita benar-benar mendapati beberapa hal yang nampak tidak sangat bijaksana. Untuk satu hal, ia jelas mengajarkan kebangkitannya akan terjadi dalam awan kemuliaan sebelum kematian semua orang yang hidup pada waktu itu. Ada banyak teks tentang ini. Misalnya, ia berkata: 'Kalian semua tidak akan meninggalkan kota Israel sebelum Anak Manusia datang.' Kemudian ia berkata: 'Ada beberapa orang di sini yang tidak akan merasakan kematian sampai Anak Manusia memasuki kerajaannya'; dan ada banyak tempat di mana terlihat jelas bahwa ia percaya kebangkitannya akan terjadi selama kehidupan manusia waktu itu. Itulah kepercayaan para pengikutnya yang mula-mula. Hal yang pada umumnya karena ia menganggap bahwa kebangkitannya akan segera terjadi, dan semua masalah keduniaan tidak penting. Dalam hal tersebut  jelas Kristus tidak cukup bijaksana , dan tentu saja ia bukan yang paling bijaksana.

Problem moral

Menurut saya ada satu kelemahan serius dalam karakter moral Kristus, yaitu ia percaya pada neraka. Saya sendiri merasa bahwa setiap orang yang benar-benar manusiawi tidak bisa percaya pada hukuman abadi. Kristus, sebagaimana yang digambarkan Injil, benar-benar percaya pada hukuman abadi, dan kita berulang kali mendapati adanya dendam kemarahan atas orang-orang yang tidak mau mendengar ajarannya--sikap yang bukannya tidak wajar bagi penyebar agama, tetapi jelas keluar dari keuggulan moral tertinggi.

Anda akan mendapati bahwa di dalam Injil Kristus berkata: 'Kalian para orang jahat, keturunan ular berbisa, bagaimana kalian akan lari dari hukuman neraka.' Itu dikatakan pada mereka yang tidak menyukai ajarannya. Ini bukanlah peringatan yang terbaik, dan ada banyak ucapan lain yang berkenaan dengan neraka. Teks yang cukup terkenal berkenaan dengan dosa menentang Roh Kudus: 'Barangsiapa berbicara menentang Roh Kudus ia tidak diampuni baik di dunia ini atau di dunia yang akan datang.' Teks tersebut telah menyebabkan banyak penderitaan tak terperi di dunia. Saya benar-benar tidak bisa menerima orang dengan budi pekerti yang luhur akan mengajarkan rasa takut dan khawatir akan jenis dosa tersebut di dunia ini.

Selanjutnya Kristus berkata: 'Anak Manusia akan mengirim para malaikatnya, dan mereka akan mengumpulkan dari kerajaannya segala sesuatu yang menentang, dan mereka yang melakukan kejahatan, dan akan memasukkan mereka ke tungku api neraka; di sana akan ada ratapan dan gemertakan gigi'. Hal ini disebutkan dalam beberapa ayat, dan pembaca sudah tahu ada kesenangan tertentu dalam merenungkan ratapan dan gemeretakan. Selanjutnya anda pasti ingat tentang domba dan kambing, bagaimana dalam kebangkitannya ia akan memisahkan domba dari kambing, dan ia akan berkata pada kambing: 'Menjauhlah dariku, kamu dikutuk, ke dalam api abadi.' Ia melanjutkan: 'Dan mereka ini akan masuk ke dalam api abadi.' Kemudian ia akan berkata lagi: 'Jika tangan-tangan mereka mengganggumu, potonglah; adalah lebih baik bagi mereka hidup cacat, daripada mempunyai dua tangan yang masuk ke neraka, ke dalam api yang tidak pernah padam; di mana tidak ada makanan kecuali cacing dan apinya tidak dipadamkan.' Ia sering mengulanginya. Saya mesti berkata bahwa saya pikir semua doktrin, bahwa api neraka adalah hukuman bagi dosa, adalah doktrin kekejaman. Ini adalah doktrin yang menempatkan kekejaman ke dalam dunia dan memberi dunia warisan penganiayaan yang kejam; dan Kristus Injil, jika Anda bisa mempercayainya sebagaimana yang digambarkan oleh para penulis riwayat hidupnya, jelas akan dianggap bertanggung jawab akan hal tersebut.

Ada hal lain yang kurang penting. Contoh tentang babi Gadarine, di mana jelas sangat tidak baik memasukkan setan-setan ke dalam babi-babi tersebut, dan memaksa mereka berlarian turun dari lembah ke laut. Jika ia adalah mahakuasa, maka ia bisa membuat setan-setan tersebut lari; tetapi ia memilih mengirim mereka kepada babi-babi. Dan ada cerita aneh tentang pohon ara, yang selalu membingungkan saya.

Ia lapar; dan melihat phon ara dari kejauhan mempunyai daun, ia datang dengan harapan menemukan sesuatu di sana; dan ketika ia mendekatinya ia tidak menemukan apapun kecuali daun, karena saat itu belum waktunya pohon berbuah. Dan Yesus menjawab dan berkata kepadanya: 'Tidak ada orang yang akan makan buahmu sejak saat ini untuk selamanya' ... dan Petrus ... berkata kepada Yesus: 'Tuan, lihatlah pohon yang Tuan kutuk, ia layu.'

Ini adalah cerita yang sangat aneh, karena tahun itu bukan musimnya pohon ara berbuah, dan Anda jelas tidak bisa menyalahkan pohon. Saya sendiri tidak bisa merasakan bahwa dalam hal kebijaksanaan atau dalam hal kebajikan Kristus mempunyai kedudukan yang sama tingginya dengan tokoh panutan lain yang tercatat dalam sejarah. Dalam masalah kebijaksanaan dan kebajikan, saya pikir saya mesti menempatkan Buddha atau Socrates di atas Kristus.

Faktor emosi

Sebagaimana yang saya katakan sebelumnya, bahwa alasan nyata mengapa orang-orang menerima agama tidak berkaitan dengan argumentasi. Mereka menerima agama atas dasar emosi. Kita sering diberitahu bahwa adalah keliru menyerang agama, karena agama menjadikan orang bijaksana. Ada parodi argumen dalam buku Samuel Butler, Erewhon Revisited. Dalam Erewhon ada orang Higg yang datang ke sebuah negeri terpencil, dan sesudah menghabiskan beberapa hari di sana ia pergi dari negeri tersebut dengan mengendarai balon. Duapuluh tahun kemudian ia kembali ke negeri itu dan mendapati agama baru, di mana ia disembah dengan nama 'Putra Matahari'; dan dikatakan bahwa ia naik ke surga. Ia mendapati bahwa Hari Kenaikannya akan dirayakan, dan ia mendengar Prof Hanky dan Panky saling berbicara bahwa mereka tidak pernah melihat manusia Higg, dan berharap mereka tidak pernah melihatnya; tetapi mereka adalah pendeta-pendeta tinggi agama Putra Matahari. Manusia Higg sangat marah, dan ia mendekati kedua pendeta, dan berkata: 'Aku akan menyebarkan penipuan ini dan mengatakan pada semua penduduk Erewhon bahwa yang terbang dengan balon itu hanyalah aku, manusia Higg.' Keduanya berkata: 'Anda tidak boleh melakukan hal itu, karena semua moral negeri ini terikat pada mitos ini, dan jika mereka tahu bahwa Anda tidak naik ke surga mereka semua akan menjadi jahat'; dan kemudian ia dibujuk dan pergi dengan diam-diam.

Inilah yang menjadi idenya--bahwa kita semua akan menjadi jahat jika kita tidak menganut agama kr****n. Bagi saya nampaknya orang-orang yang menganut agama ini sebagian besar sangat jahat. Anda mengetahui fakta yang mengherankan ini, bahwa semakin keras agama dari jaman tertentu dan semakin banyak kepercayaan dogmatisnya, maka semakin besar kejahatannya dan semakin buruk keadaannya. Dalam era yang disebut jaman agama, ketika orang-orang benar-benar percaya pada agama kr****n dalam semua aspek hidup, terdapat Inkuisisi, dengan unsur penganiayaannya; ada jutaan wanita malang yang dibakar dengan tuduhan sebagai tukang sihir; dan terjadilah berbagai jenis kejahatan yang dilakukan pada semua kelompok masyarakat atas nama agama.

Jika anda mengamati perjalanan dunia, Anda mendapati bahwa setiap kemajuan dalam jiwa manusia, setiap perbaikan dalam hukum kriminal, setiap langkah menuju berkurangnya perang, setiap upaya yang lebih baik akan perlakuan pada suku kulit berwarna, dan setiap upaya penghapusan perbudakan, setiap kemajuan moral yang terjadi di dunia ini, terus ditentang oleh Gereja-Gereja dunia yang terorganisasi. Saya berani mengatakan bahwa agama kr****n, sebagaimana terorganisir dalam Gerejanya, telah dan masih menjadi musuh utama dari kemajuan moral di dunia.

Cara Gereja menghambat kemajuan moral

Anda mungkin mengira bahwa saya terlalu jauh dengan mengatakan hal di atas. Saya pikir saya tidak berlebihan. Kita ambil satu kenyataan. Anda akan setuju dengan saya jika saya menyebutkannya. Misalkan di dunia tempat kita tinggal ini seorang gadis tidak berpengalaman dikawinkan dengan laki-laki berpenyakit sipilis. Dalam kasus ini Gereja ka****k akan berkata: 'Ini adalah sakramen yang tidak dapat dibatalkan. Kalian harus tinggal bersama selamanya', dan tidak ada upaya apapun yang perlu dilakukan untuk mencegah gadis itu dari melahirkan anak-anak yang terkena sipilis. (note: coba mengganti kata 'sipilis' dengan 'HIV/AIDS')
Saya berkata bahwa ini adalah kejahatan yang kejam, dan tidak ada seorang pun yang saya rasa simpati murninya belum dibelokkan oleh dogma, atau yang rasa moralnya atas segala jenis penderitaan belum sepenuhnya mati, bisa mengatakan bahwa hal itu benar dan layak sehingga perkawinan harus dilanjutkan.

Ada banyak hal di mana dewasa ini Gereja, dengan sikap kerasnya pada apa yang ia sebut moralitas, mengakibatkan semua lapisan masyarakat mengalami penderitaan yang tidak layak dan tidak perlu. Nampak jelas tujuannya tidak untuk menyesuaikannya bagi kebahagiaan di dunia.

Rasa takut sebagai pondasi agama

Saya kira agama, terutama dan sebagian besar, didasarkan pada rasa takut. Sebagian berupa rasa takut pada the unknown, dan sebagian, keinginan untuk merasa bahwa kita mempunyai semacam big brother yang akan membantu kita dalam semua kesulitan dan perselisihan. Rasa takut adalah dasar dari segalanya--rasa takut akan yang misterius, rasa takut akan kekalahan, rasa takut akan kematian. Rasa takut adalah induk dari segala kekejaman, karenanya tidak mengherankan jika kekejaman dan agama berjalan beriringan. Ini karena rasa takut menjadi dasar dari keduanya. Di dunia ini kita sekarang bisa mulai sedikit demi sedikit memahami dan menguasai sesuatu dengan bantuan sains. Sains bisa membantu kita menghilangkan penjara ketakutan di mana manusia hidup di dalamnya dari generasi ke generasi. Sains bisa mengajari kita, dan saya pikir hati kita sendiri bisa mengajari kita, untuk tidak lagi mencari dukungan semu, tidak lagi mencari sekutu di langit, tetapi melihat pada upaya kita sendiri di bawah langit untuk menjadikan dunia ini sebagai tempat yang cocok ditinggali.

Apa yang mesti kita lakukan

Kita ingin berdiri di atas kaki kita sendiri dan melihat dunia ini dengan adil dan merata--kenyataan dunia yang baik, kenyataannya yang buruk, dan kebodohannya, melihat dunia seperti adanya, dan tidak takut darinya. Taklukkan dunia dengan kecerdasan, dan bukan semata-mata dengan ditundukkan seperti budak oleh ketakutan yang datang darinya. Seluruh konsepsi tentang Tuhan adalah konsepsi yang berasal dari despotisme Timur Kuno. Ini adalah konsepsi yang sangat tidak layak bagi manusia merdeka. Kita mesti berdiri tegak dan melihat dunia dengan berani. Kita harus berbuat semampu kita pada dunia, dan jika upaya kita tidak sebaik yang kita harapkan, maka hal itu masih lebih baik daripada apa yang telah mereka lakukan selama berabad-abad. Dunia yang baik membutuhkan pengetahuan, kebaikan, dan keberanian; ia tidak membutuhkan penyesalan dari masa lampau, atau pembelengguan manusia merdeka oleh kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang bodoh di jaman dulu. Dunia membutuhkan pandangan yang berani dan pemikiran yang bebas. Ia membutuhkan harapan bagi masa depan, bukan melihat kembali semua kejadian masa lampau yang sudah mati, yang kita yakin akan jauh terlampaui oleh masa depan yang kita ciptakan dengan kecerdasan kita.

Diambil dari: Esai 'Mengapa Saya Bukan Seorang kr****n'

Semoga bermanfaat.

Saya memilih utk me-lock agar hanya bisa dibaca saja :)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha