Radi Muliawan:
Pernyataan bahwa karena pada jaman Buddha Kassapa Bodhisatta Gotama sudah menjadi Bhikkhu sehingga ia adalah seorang Sakadagami adalah keliru. Memang pada malam menjelang pencerahan, Bodhisatta Gotama mengembangkan Tevijja (ingatan kehidupan lampau, mata dewa, dan pengetahuan kekotoran bathin). Namun kualitas 'merealisasikan' kebenaran itu bukan hanya sekadar 'mengingat & menghafal'. Seperti halnya sekarang kita juga bisa mengingat dan menghafal kesunyataan mulia, tilakkhana, dsb, tapi tidak mampu jadi Samma-Sambuddha. Bahkan mungkin Sotapanna pun tidak.
Seperti seseorang mengembangkan kesaktian mengingat masa lampau pun, jika kebetulan dia pernah bertemu ajaran Buddha, belum tentu dia dapat menjadi Arahat, apalagi Samma Sambuddha. Jadi 'menemukan kembali ajaran' di sini maksudnya bukanlah hanya 'mengulang yang pernah dilihat/didengar', namun memang menembus semua pengertiannya.
7th:
Roda Dhamma sudah berputar sejak dahulu pada masa tak terpikirkan. Namun Dhamma itu timbul dan tenggelam bersama waktu. Seperti Dhamma yang dibabarkan oleh Buddha Gotama juga akan hilang dan terlupakan sama sekali. Pada waktu itulah akan ada Buddha yang baru (dalam Cakkavati sihanada Sutta, dikatakan adalah Metteya/Maetreya) untuk memutar roda Dhamma pada masanya.
Kelana:
Jarak antara Buddha Kassapa dengan Buddha Gotama itu sangat jauh, walaupun sepertinya hanya berjarak '1 Buddha'. Pada masa Buddha Kassapa, dikatakan umur manusia rata-rata adalah 20.000 tahun.
Sumedho:
Pertapa Sumedha berikrar di hadapan Buddha Dipankara, bukan Buddha Kassapa. Dalam perjalanan penyempurnaan Paramittha, Ia tidak merealisasikan 4 magga/phala apapun, namun tetap sebagai 'manusia biasa'.
Karuna_murti:
Setuju.
Huiono:
Setuju.
Markosprawira:
Sebetulnya Sakadagami hanyalah sebuah 'istilah' untuk menunjukkan kondisi mental seseorang terhadap kekotoran bathin, bukan semata-mata banyaknya kelahiran yang akan dialaminya. Seorang Sotapanna pun ada kalanya terlahir hanya 1 kali lagi dan mencapai Arahatta. Demikian pula Bodhisatta yang menyempurnakan Dasa Parami juga memang hanya akan terlahir 1 kali lagi saja. Sakadagami yang sering diucapkan, maksudnya adalah seseorang yang telah menghancurkan 3 belenggu (kepercayaan pada ritual, kepercayaan pada 'atta', dan keraguan pada dhamma) serta melemahkan 2 belenggu lain, yaitu Nafsu indriah dan kebencian.
Lebih dari itu, satu kelahiran sebelum Bodhisatta Gotama lahir sebagai pangeran Siddhatta, adalah kelahiran di Tusita (tempat dikatakan semua Bodhisatta berdiam sebelum kelahiran terakhir). Dan satu kelahiran sebelum di Tusita adalah ketika Bodhisatta Gotama terlahir sebagai Vessantara, yang menyempurnakan Dana Paramittha. Jadi sangat jelas bahwa setelah Jotipala, Bodhisatta sempat terlahir banyak kali sebelum akhirnya menjadi Buddha Gotama.
Sebetulnya, keadaan demikian hanyalah bahasan doktrin saja, karena kita tidak bisa membuktikannya, dan memang tidak perlu membuktikannya. Yang penting adalah menjalankan Dhamma itu sendiri.