//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Andil dalam membunuh  (Read 46120 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #120 on: 12 January 2013, 08:38:12 PM »
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?

Cerita ini yang saya kutip di awal-awal, tapi tidak detil.  ;D

Kalau menurut saya, kasus di atas bukan karena lalai, karena:
1. Beliau tidak bisa melihat.
2. Karena tidak bisa melihat (terlepas dari dia sudah arahat atau belum), otomatis niat untuk menginjak serangga tidak ada.
3. Karena tidak ada niat, otomatis tidak ada akibat (vipaka).

Bagaimana menurut Anda? Mohon pendapatnya. :)

Kalau lalai (seperti contoh yang sudah ada) hingga mengakibatkan orang lain celaka itu bagaimana? Menghasilkan karma atau tidak menurut pandangan Anda?

Salam bahagia selalu.  _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #121 on: 12 January 2013, 08:43:30 PM »
Apakah Cakkhupala Thera menanam kamma buruk karena kelalaiannya?

wong Ucapan Buddha bisa dibelutin  :whistle:
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #122 on: 12 January 2013, 08:48:33 PM »
Sebenarnya ada pembahasan menarik terkait cetana dan karma, tapi agak keluar topik.

Silakan diingatkan bila ini keluar terlalu jauh.

Anda pernah dengar kisah Jataka tentang bodhisattva yang membunuh penumpang kapal demi menghindarkannya dari perbuatan keji membantai seluruh penumpang kapal?

Atau tentang kisah Milarepa, serta Padmasambhava?

Kalau dari cerita seperti demikian, sepertinya tidak selalu niat (cetana) menghasilkan karma, karena jika pengertiannya cetana adalah niat yang mendasari sebuah perbuatan, tentu niat membunuh-lah yang akan dominan (bukan harapan untuk menolong dari si bodhisattva tersebut).

Memang kisah itu populer di sekte Mahayana dan Tantrayana, maaf jika membawa kisah ini ke topik umum.

Boleh ditanggapi boleh tidak, saya hanya mencoba mencari korelasi antara definisi cetana yang Sdr. William berikan dengan konsep aliran tertentu yang mengindikasikan bahwa 'harapan' lebih penting dari 'niat' (dalam pengertian batin yg mendahului suatu perbuatan).

Oke, selamat berakhir pekan dan semoga semua selalu berbahagia.  _/\_

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #123 on: 12 January 2013, 08:50:33 PM »
[...]
contoh, pegang besi panas, tentu tangan akan melepuh, lepas dari apa orang yang melakukan hal tersebut sengaja atau tidak, menyadari atau tidak bahwa itu adalah besi panas, memiliki pengetahuan/tidak bahwa itu besi panas, dll namun yang menjadi pertanyaannya apakah tangan melepuhnya adalah hasil (vipaka) dari perbuatannya memegang besi panas? atau itu adalah hasil buah kamma lain di masa sebelumnya (jika ternyata dia memegang besi panas tersebut tanpa sengaja/tanpa niat) ?
[...]
om rico, bagaimana caranya seseorang memegang besi panas secara tidak sengaja?
kecuali terpegang atau tersentuh, dan dalam pandangan saya, itu bukan kamma, tapi vipaka.
bukan sebab, tapi akibat.
sebab adalah sesuatu yang dapat kita dikendalikan / putuskan. (kalau seseorang memutuskan untuk memegang besi panas, berarti ada cetana disana, dia tau atau tidak tahu itu panas, disana tetap ada cetana untuk memegang, dan itu adalah sebab, bukan akibat)
akibat adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan dan tidak dapat dihindari. (kalau seseorang tidak mau memegang besi panas, lalu oleh temannya dilempari dan ternyata sudah menghindar tapi tetap kena, itu adalah akibat yang tidak bisa ia hindari)
kemudian yang dibold itu menurutku gak ada kaitannya dengan cetana, tapi lebih ke tahu dan tidak tau (samma ditthi / miccha ditthi), kita ambil contoh misalnya membunuh makhluk hidup, terlepas dari seseorang tahu atau tidak tahu itu adalah perbuatan salah, membunuh makhluk hidup tetap adalah tindakan salah yang akan membuahkan hasil yang merugikan, untuk orang yang tahu maupun yang tidak tahu, serta tidak mau tahu, pura2 tidak tahu, dsb.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline learner

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 225
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • ^^ ada yang baca buku, ada yang sibuk lepas ikatan
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #124 on: 12 January 2013, 08:52:17 PM »
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....

tidak perlu mencoba melakukan hal besar yang sangat rumit, lakukan saja hal sederhana dengan teliti dan benar

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #125 on: 12 January 2013, 09:06:56 PM »
dari awal mengikuti thread ini,saya juga punya pikiran sama dengan anda,yaitu ingin mengetahui ----apakah yang anda lakukan itu membuahkan karma buruk?
setelah panjang lebar berapa halaman,dari penjelasan para senior,saya mengambil kesimpulan,bahwa menurut ajaran Buddha anda terbebas dari karma buruk,seperti tulisan rekan Hemayanti bahwa anda bebas.
dari situ saya tersentak,apakah ini sudah BENAR MENURUT VERSI AJARAN BUDDHA?-----sesuatu tindakan yang tidak didasari oleh niat  tidak mendapat karma atau tidak membuahkan karma.
itu inti masalahnya.
jadi saya tunggu hasil akhir dari diskusi ini,apa finalnya?
saya sangat membutuhkan hasil akhirnya,karena berkaitan dengan kemantapan keyakinan saya dan untuk mengarahkan anak2 saya dalam menjalani kehidupan ini,.
mungkin saya lupa, bisa tolong diingatkan om hadi, kapan saya menuliskan begitu?

Quote
tentang resiko dari sebuah tindakan----
resiko bisa diganti dengan kata konsekuensi,kalau yang anda contohkan memegang besi panas,dan contoh saya tentang pemain bola yang kena kartu kuning/merah, semua itu adalah konsekuensi dalam pandangan umum atau hukum nyata atau akibat yang direk/langsung.,
namun yang perlu lebih dijelaskan adalah konsekuesni yang tidak nyata ,maksudnya dari sisi karma,karena berbuahnya sebuah karma  belum tentu langsung,bisa dikemudian hari bahkan bisa berbuah di kehidupan yang akan datang,lebih  dalam lagi---karma yang berbuah bisa dalam bentuk apapun,misalnya membunuh tidak berarti suatu saat akan terbunuh.
nah itulah acinteyya.
manusia biasa tidak mungkin bisa mengetahui bahwa kondisiku ini adalah akibat dari yang ini, dan sebab yang kutanam ini nanti akan berakibat begini. kalo ada yang terus memaksa mau tau dan harus tau, yah siap2 gila sebelum menemukan jawabannya.

menurutku kutipan ini sudah sangat jelas untuk membuat kita waspada :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

maka, jagalah cetana, jangan kau nodai. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #126 on: 12 January 2013, 09:11:29 PM »
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....
untuk ke 4 kalinya :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

apakah pada saat berdiam itu muncul pikiran2?
kalo saja disana muncul pikiran buruk, berpegang pada kata2 Sang Buddha artinya telah tertanam satu kamma buruk melalui pikiran.
pikiran buruk itu misalnya : hm... tau rasa, siapa suruh jahat, rasain lu dikeroyok, semoga cepat KO!

sebetulnya ini pernah dijelaskan juga oleh om kainyn di posting sebelumnya:
Sebetulnya menurut saya kamma itu adalah konsep yang hanya perlu diterima sebagai konsep. Yang paling keliru dan sangat banyak terjadi adalah justru upaya-upaya untuk menspekulasikan kamma, seperti bro Willi bilang mencoba menghubungkan "ini" adalah hasil "ini".

Kamma adalah niat. Keputusan untuk tidak peduli adalah niat. Lari dari tanggung jawab adalah niat. Namun sesuatu yang tidak diketahui, yang tidak disengaja, bukanlah niat.

Jadi dalam kasus kabel:
1. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita cuek aja dan ada orang kesetrum, kita tidak menanam kamma menyetrum orang, tapi kita menanam kamma ketidak-pedulian.

2. jika kita lihat kabel di tempat umum yang kita tahu bisa nyetrum, kita biarkan dan berharap ada orang kesetrum, maka kita menanam kamma bersenang atas penderitaan orang.

3. jika kita adalah tukang kabel yang tahu ada kabel ga bener, kita cuek aja tapi tanpa niat agar orang lain kesetrum, maka kita menanam kamma ketidak-pedulian dan lari dari tanggung jawab

4. jika kita lihat kabel rusak, kita berusaha perbaiki dengan harapan orang tidak kesetrum, namun ternyata gagal dan tetap menyetrum orang, maka tetap yang ditanam adalah kamma baik untuk menolong sesama

dst...

Jadi kamma baik atau buruk dilihat dari niat, bukan dari hasil perbuatan. Sama juga orang mo transfer duit ke teroris untuk bikin bom, namun karena lalai/teledor/tidak sengaja, ternyata salah nomor rekening, transfer ke Palang Merah Internasional, maka tetap yang ditanam adalah kamma buruk.
« Last Edit: 12 January 2013, 09:36:39 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #127 on: 12 January 2013, 09:14:25 PM »
Cerita ini yang saya kutip di awal-awal, tapi tidak detil.  ;D

Kalau menurut saya, kasus di atas bukan karena lalai, karena:
1. Beliau tidak bisa melihat.
2. Karena tidak bisa melihat (terlepas dari dia sudah arahat atau belum), otomatis niat untuk menginjak serangga tidak ada.
3. Karena tidak ada niat, otomatis tidak ada akibat (vipaka).

Bagaimana menurut Anda? Mohon pendapatnya. :)

Kalau lalai (seperti contoh yang sudah ada) hingga mengakibatkan orang lain celaka itu bagaimana? Menghasilkan karma atau tidak menurut pandangan Anda?

Salam bahagia selalu.  _/\_
rule 2 dan 3 sama saja:
2. niat (buruk) untuk mencelakai orang tidak ada
3. karena tidak ada niat otomatis tidak ada akibat (buruk)

yang ada hanya niat baik untuk memperbaiki kabel
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #128 on: 12 January 2013, 09:15:33 PM »
[...]
Balik ke standard dasar pembunuhan:
-mengetahui makhluk
-niat membunuh
-melakukan usaha pembunuhan
-makhluk terbunuh
[...]
saya tambahkan sedikit om. :)
- ada makhluk hidup
- mengetahui bahwa mahkluk itu masih hidup
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #129 on: 12 January 2013, 09:35:14 PM »
hei jangan keburu ditutup,problem saya belum terpecahkan.

mungkin cara saya menulis kurang tepat atau salah,sehingga menjadi polemik berkepanjangan.
saya coba meluruskan dari awal-----
problem saya----
Masalah intinya adalah,saya mendengar dan membaca dari sumber ajaran Buddha,bahwa perbuatan yang tanpa didasari oleh niat dari pelaku,misalnya---lalai,ceroboh,tidak sengaja,nyasar dan istilah lainnya,semua tidak mendapat karma(baik maupun buruk)---inilah poinnya.
Jadi melalui forum ini/thread ini saya mencari kebenaran tentang konsep tersebut diatas, saya tidak ingin berdebat,karena saya tidak memiliki modal untuk berdebat.
Jadai kalau ya katakan ya,kalau tidak(maksudnya konsep diatas salah) katakan tidak.dan yang benar seperti apa?

Kalau saya ditanya,memangnya kalau konsep diatas BENAR, kenapa ?
Jawab saya adalah-----saya tidak ingin menyalahkan yang sudah dianggap benar.
Tapi hal itu menjadi hambatan bagi saya untuk menjadi mantap di ajaran Buddha.
Saya lebih memilih paham saya semula,yaitu semua tindakan baik ada niat atau tanpa niat pasti memiliki resiko(bisa baik bisa buruk).
Kadar resiko menjadi lebih besar bila tindakan itu disertai niat.
Karena konsep demikian lebih bermanfaat bagi umat,misalnya saat saya mendidik anak,tujuannya adalah memberi pelajaran agar lebih hati2 atau waspada dalam melakukan sesuatu.

Saya lebih cocok seperti hukum di dunia nyata,misalnya pemain sepak bola yang men-takling lawan, bila taklingnya salah,maka wasit akan menilai----di sengaja langsung kartu merah,tidak disengaja kartu kuning,----pemberian kartu kuning untuk mendidik pemain tersebut agar lebih ber-hati2.

Demikian penjelasan saya,semoga saya bisa mendapatkan info yang benar tentang hal ini.
salam
om hadi ini cukup aneh, minta penegasan tapi tetap bersikukuh dengan pandangannya. ;D
mungkin sudah lupa atau bagaimana, saya kutip lagi deh apa yang pernah dituliskan om kainyn, sejauh ini saya cukup sependapat dengan ini:
Spoiler: ShowHide
Sedikit bocoran: hukum kamma adalah keteraturan sebab akibat yang ditimbulkan oleh niat dalam pikiran. Hukum ini sifatnya netral, tidak pandang bulu, dan tidak mengurusi perkembangan batin orang orang lain.

Saya ambil padanan misalnya hukum gravitasi yang menjelaskan tentang keteraturan massa dan gaya tarik. Jika seseorang memahami hukum gravitasi dan berhasil merancang bagaimana membunuh orang dengan menjatuhkan benda bermassa tertentu dari ketinggian tertentu, apakah cocok kalau dikatakan "hukum gravitasi ini tidak adil dan menyebabkan orang menjadi pembunuh"?
Betul, demikian pula hukum kamma mengatur perbuatan dan buah dari perbuatan, bukan sebagai penyebab orang menjadi lebih baik atau tidak. Bagaimana orang bersikap adalah tergantung pandangannya masing-masing. Orang tidak percaya hukum kamma pun bisa memutuskan untuk jadi orang yang baik kok.
« Last Edit: 12 January 2013, 09:37:55 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #130 on: 12 January 2013, 10:09:25 PM »
bagaimana kalau pada suatu ketika kita melihat suatu kejadian tindak kekerasan seseorang terhadap orang lain,
ketika melihat kejadian itu,
kita hanya diam dan melihat saja,
tidak terlintas niat menolong,
juga tidak terlintas niat untuk tidakmenolong,

pertanyaannya,
apakah sikap diam tersebut dapat menimbulkan karma?

hahaha.....
niat itu pasti selalu ada....
masa kita liat adegan pembunuhan, kitanya cuma melongo aja... ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline learner

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 225
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • ^^ ada yang baca buku, ada yang sibuk lepas ikatan
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #131 on: 12 January 2013, 10:14:58 PM »
untuk ke 4 kalinya :
"O bhikkhu, kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma. Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran." (Anguttara Nikaya, II: 415).

apakah pada saat berdiam itu muncul pikiran2?
kalo saja disana muncul pikiran buruk, berpegang pada kata2 Sang Buddha artinya telah tertanam satu kamma buruk melalui pikiran.
pikiran buruk itu misalnya : hm... tau rasa, siapa suruh jahat, rasain lu dikeroyok, semoga cepat KO!

sebetulnya ini pernah dijelaskan juga oleh om kainyn di posting sebelumnya:

secara sosial,
bila anda melihat orang lain mengalami kesulitan lantas anda diam,
dan sikap tidak peduli anda itu diketahui oleh orang lain,
biasanya anda akan mendapatkan balasan berupa sangsi sosial,
pada saat anda menghadapi kesulitan,
orang2 yang mengetahui sikap anda yang biasanya tidak peduli dengan kesulitan orang lain,
akan mengambil sikap tidak peduli dengan kesulitan anda.


apakah hal demikian dapat dikatakan karma?

perdefinisi karma = hukum sebab akibat,

sikap diam tanpa niat apapun,
dapat diartikan sebagai sikap tidak peduli oleh masyarakat dalam kehidupan sosial

hahaha.............
« Last Edit: 12 January 2013, 10:20:11 PM by learner »
tidak perlu mencoba melakukan hal besar yang sangat rumit, lakukan saja hal sederhana dengan teliti dan benar

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #132 on: 12 January 2013, 11:17:08 PM »
secara sosial,
bila anda melihat orang lain mengalami kesulitan lantas anda diam,
dan sikap tidak peduli anda itu diketahui oleh orang lain,
biasanya anda akan mendapatkan balasan berupa sangsi sosial,
pada saat anda menghadapi kesulitan,
orang2 yang mengetahui sikap anda yang biasanya tidak peduli dengan kesulitan orang lain,
akan mengambil sikap tidak peduli dengan kesulitan anda.


apakah hal demikian dapat dikatakan karma?

perdefinisi karma = hukum sebab akibat,

sikap diam tanpa niat apapun,
dapat diartikan sebagai sikap tidak peduli oleh masyarakat dalam kehidupan sosial

hahaha.............
seperti yang telah disebutkan om williamhalim, itu adalah sebab terdekat, tapi tidak ada seorang manusia biasa yang dapat memastikan bahwa sangsi yang anda terima itu adalah buah dari apa yang anda lakukan saat itu.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #133 on: 13 January 2013, 04:42:45 AM »
rule 2 dan 3 sama saja:
2. niat (buruk) untuk mencelakai orang tidak ada
3. karena tidak ada niat otomatis tidak ada akibat (buruk)

yang ada hanya niat baik untuk memperbaiki kabel

Baik, jika begitu bisa disimpulkan bahwa unsur lalai tidak membuahkan karma?

Kalau mengemudi sambil berkirim pesan dengan ponsel, lalu mengakibatkan nyawa orang melayang, juga bukan termasuk menghasilkan karma buruk?

Maksimal (setahu saya dari pendapat Kainyn dan kawan-kawan), hanya menanam dan menerima karma ketidakpedulian?

Apakah benar seperti ini? Mohon konfirmasinya.

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Andil dalam membunuh
« Reply #134 on: 13 January 2013, 05:09:26 AM »
Seperti kita ketahui, kasus lalai ini banyak terjadi dan bahkan ada pasal hukum terkait lalai hingga menyebabkan nyawa orang melayang.

Mengemudi truk ugal-ugalan, menyetir sambil melakukan aktivitas lain, mengendara dalam kondisi mengantuk dan tidak sadar, serta banyak lagi.

Kasus Tugu Tani, tabrakan anak menteri, model menabrak pedagang, Livina Ampera, serta banyak kasus lain rata-rata terjadi (secara hukum disimpulkan) karena faktor kelalaian. Ini di luar sanksi sosial yang diterima (cibiran/cemoohan masyarakat atas kelalaian).

Jadi (saya minta konfirmasi saja), jika yang bersangkutan (pelaku kejahatan) benar-benar tidak punya niat untuk melukai korban, terlepas dari dia lalai atau tidak (sifatnya relatif), berarti dia tidak membuat karma buruk?

Ini kita bicara dari konteks dharma secara teoritis saja. Tentang proses tercipta dan bekerjanya karma serta berbuahnya memang bukan ranah pembahasan kita.

Selain kecelakaan, juga banyak faktor lalai lainnya di berbagai aspek kehidupan kita (mendidik anak, memasak, menjaga kesehatan, aktivitas olah raga, pekerjaan di kantor, dsb). Di atas kita bahas tentang kecelakaan untuk mendapatkan gambaran bagaimana kira-kira pandangan agama Buddha tentang kelalaian ini. Saya kira amat penting diketahui berhubung hal ini erat serta kerap terjadi dalam kehidupan kita.

Salam bahagia selalu. Selamat menjalani hari.  _/\_

 

anything