Login with username, password and session length
0 Members and 1 Guest are viewing this topic.
Apakah kita boleh mempercayai Fengshui dan ramalan shio, Gua, elemen2, zodiak, dll menurut Buddhisme?
Menurut gw, boleh2 saja, tergantung individu masing2, tapi jangan bergantung pada ramalan semata karena belum tentu tepat. Jalannya hukum karma hanya seorang Buddha yang maha sempurna yg bisa mengetahui persisnya, bagaimana mungkin melalui metode ramalan tertentu bisa tepat mengetahui apa yang akan terjadi pada masa yg akan datang. Lagipula jika seseorang berusaha dibarengi dengan berbuat jasa kebajikan (dana, sila, dan bhavana), jalan hidupnya pasti akan berubah lebih baik....
Saya pernah dengar katanya kalo bulan purnama tgl 1 n 15 biasa emosi lebih labil, sehingga byk yg uposattha tgl tu benar ga ya?
Kalau menurut saya, itu jaman dulu.Jaman sekarang, emosi labil lebih banyak terjadi diantara tanggal 23 sampai 29 setiap bulan.
Baru dengar ada yg spt itu. Kalo dalam Buddhis tradisi uposatha diambil dari kebiasaan para pertapa/brahmana pada masa India Kuno (selengkapnya pernah dibahas di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22736.0/topicseen.html
Ia th kudgr dr seminar ahli fengshui ktnya kl bulan purnama cenderung emosi, gairah, lebih tinggi jd byk yg vegetarian gt. kl atthasila mesti pada hari uposattha?
Kalo melaksanakan atthasila selain hari uposattha karmanya lebih kecil ato gmn?
Apalagi kalau sudah lama nggak selamatan, bisa2 banyak yg kesurupan.
Berarti kalau ada yang tanya ramalan2 gitu misalnya tahun ini ga bole berenang, atau hari baik untuk menikah, atau bulan 7 tgl 15 neraka dibuka tuh harus kah kita mempercayainya?
tujuan pertanyaannya ke sini tohhh ?
Apa yang Sang Buddha ajarkan mengenai sihir dan ramalan?Beliau menganggap praktik seperti ramalan, menggunakan jimat untuk perlindungan, mencari tempat baik untuk bangunan dan menentukan hari baik adalah takhayul tak berguna dan secara tegas melarang murid-Nya untuk mempraktikkan hal semacam itu. Beliau menyebut hal seperti ini sebagai "keterampilan rendah". Beliau berkata; ‘Sementara beberapa orang petapa hidup dengan makanan yang diberikan oleh pengikut yang berkeyakinan, berpenghidupan melalui keterampilan-keterampilan rendah, melalui cara-cara berpenghidupan yang salah seperti membaca garis tangan, meramalkan tanda-tanda, menafsirkan mimpi… apakah membawa nasib baik atau buruk… menentukan tempat baik untuk bangunan, petapa Gotama menghindari keterampilan rendah semacam itu, cara penghidupan salah seperti itu.’ D.I,9-12Lalu mengapa orang-orang terkadang mempraktikkan hal tersebut dan memercayainya?Karena keserakahan, takut, dan ketidaktahuan. Segera setelah orang-orang memahami ajaran Sang Buddha mereka menyadari bahwa hati yang murni dapat melindungi mereka jauh lebih baik daripada potongan kertas, logam, dan mantra-mantra dan mereka tidak lagi bergantung pada hal tersebut. Dalam ajaran Sang Buddha, adalah kejujuran, kebaikan hati, pengertian, kesabaran, pemaafan, kedermawanan, kesetiaan dan kualitas baik lainnya yang sesunguhnya melindungi anda dan memberi anda kemakmuran sesungguhnya.Tetapi beberapa jimat memang ampuh, bukan?Saya kenal seseorang yang berpenghidupan baik dengan menjual jimat-jimat. Ia meng-klaim bahwa jimatnya bisa memberi keberuntungan, kemakmuran, dan ia menjamin bahwa anda akan mampu memprediksikan angka lotere yang keluar. Tetapi jika apa yang dikatakannya benar, kenapa ia sendiri bukan seorang jutawan? Jika jimatnya memang benar-benar bekerja, lalu kenapa ia tidak memenangkan lotere minggu demi minggu? Satu-satunya keberuntungan yang dimilikinya adalah bahwa masih ada orang-orang yang cukup bodoh untuk membeli jimatnya.Lalu, apakah ada hal seperti keberuntungan?Kamus mendefenisikan keberuntungan sebagai "memercayai bahwa apapun yang terjadi, apakah baik atau buruk, pada manusia dalam setiap peristiwa adalah karena kebetulan, takdir, dan keberuntungan." Sang Buddha sepenuhnya menolak kepercayaan ini. Semua yang terjadi memiliki sebab atau sebab-sebab tertentu dan harus ada hubungan antara sebab dan akibatnya. Menjadi sakit, contohnya, memiliki sebab-sebab tertentu. Seseorang harus mengadakan kontak dengan bakteri dan tubuh seseorang harus cukup lemah untuk bakteri agar dapat berkembang disana. Ada hubungan pasti antara sebab (bakteri dan tubuh yang lemah) dan akibat (penyakit) karena kita tahu bahwa bakteri menyerang organisme dan menyebabkan penyakit. Tetapi tidak ada hubungan yang dapat ditemukan antara memakai potongan kertas dengan tulisan diatasnya dengan menjadi orang kaya atau lulus ujian. Buddhisme mengajarkan bahwa apapun yang terjadi, terjadi karena sebab atau sebab-sebab dan tidak bergantung pada keberuntungan, kebetulan, atau takdir. Orang-orang yang tertarik pada keberuntungan selalu mencoba untuk mendapatkan sesuatu – biasanya uang dan kekayaan yang lebih. Sang Buddha mengajarkan kita bahwa jauh lebih penting untuk mengembangkan hati dan pikiran kita sendiri. Beliau berkata; "menjadi amat terpelajar dan terampil, terlatih dengan baik dan menggunakan tutur kata yang baik; inilah berkah utama. Menyokong ayah dan ibu, menyayangi anak dan istri, berpenghidupan sederhana; inilah berkah utama. Bermurah hati, dengan menolong sanak saudara dan tanpa cela dalam perbuatannya itulah berkah utama. Menjauhi kejahatan dan menghindari minuman keras, tekun menjaga moralitas; inilah berkah utama. Memiliki rasa hormat, rasa malu, merasa puas dan berterima kasih dan mendengarkan Dhamma yang baik, inilah berkah utama." Sn.261-6http://dhammacitta.org/dcpedia/Pertanyaan_Baik_Jawaban_Baik_%28Dhammika%29
kelincinya lagi error....tanya sendiri jawab sendiritapi jawabannya bagus sihhidup kelinci ...