Login with username, password and session length
0 Members and 1 Guest are viewing this topic.
Saya sering mendengar banyak komentar dari umat Buddha yang idealis maupun bhikkhu senior tentang berdagang atau berbisnis tanpa melakukan kecurangan, penipuan atau ketidak-jujuran. Menurut saya konsep seperti hanya omong kosong. Hanya orang yang tidak mengerti dunia bisnis yang bisa mengatakan bahwa ada cara untuk menjalankan bisnis dengan kejujuran 100% dan tanpa musavada.
Begini saja, silakan anda menyebutkan bisnis apa yg menuntut bahwa harus musavada untuk menjalankan bisnis itu. nanti baru kita evaluasi apakah mungkin untuk menghilangkan faktor musavada itu.
Membingungkan juga maksud penghidupan benar. Kalau mau paling ideal itu memang pindapatta, namun saya sering sekali mendengarkan bhikuu yang berbicara tentang penghidupan benar yang disetarakan dengan perdagangan benar . Kalau mengenai masalah bisnis, memang sangat berat untuk bisa "lurus"
Bagaimana dengan saran dari Sang Buddha dalam mencari pasangan? Salah satunya kalo tidak salah yaitu kesamaan moralitas, apakah bisa dikatakan bahwa saran tersebut adalah "metode mencari pasangan sesuai JMB8" ?
Bisnis ekspor kopi ke luar negeri.
Yah, itu salah satu "paham" yang beredar di lingkungan Buddhis. Itu adalah saran dari Sang Buddha, sama seperti orangtua yang memberi saran kepada anaknya untuk mencari wanita baik-baik. JMB8 adalah metode untuk menuju Pembebasan. Dikatakan dalam syair bahwa seperti Sungai Gangga yang mengalir ke Timur, orang yang berada di JMB8 akan mengalir ke Nibbana. Mencari wanita dan menikah tidak akan mungkin menuju Nibbana. Jadi mencari wanita dengan metode JMB8 adalah salah satu konsep terkonyol yang dibuat umat Buddha belakangan ini!
Kenapa menikah tidak mungkin menuju Nibbana kk?
jelas kan? menikah mengarah menuju ikatan bukan kebebasan. jadi bercerailah
saya malah tidak paham di bagian mana musavada harus ada, apakah untuk menipu pajak? setau saya pajak ekspor kan murah atau bahkan 0
bisnis supermarket yang punya harga fix rasa-nya tidak memerlukan banyak keterkaitan untuk melakukan musavada
Bodhisattva saja belum cerai saat menjadi Buddha. Karena mungkin dulu belum ada hukum yang mengatur perceraian... Ya, kalaupun ada mana mungkin juga dia menceraikan istrinya. Yang penting toh dia sudah tidak melekat sama istrinya atau apapun. Maafkan saya kalau ternyata salah.