Brit Hume, seorang analis politik senior untuk Fox News, mengejutkan pemirsa minggu lalu ketika ia mengucapkan pernyataan skandal bahwa
Tiger Woods akan mendapat keuntungan dengan beralih dari Agama Buddha ke Agama Kr1sten. "Dia (
Tiger Woods) berbicara sebagai seorang Buddhis," kata Hume. "Saya tidak berpikir bahwa ada iman lain yang menawarkan penebusan dan pengampunan seperti yang ditawarkan oleh iman Kr1sten. Saya berpesan kepada Tiger, 'Tiger, berpalinglah kepada iman Kr1sten dan Anda dapat membuat pemulihan total dan menjadi teladan yang baik untuk dunia'."
Tayangan kamera kemudian dipotong untuk ke arah orang Yahudi dan tampaklah William Kristol dengan mimik malu, sembari bergumam bahwa ia berharap setidaknya Tiger Woods kembali ke golf.
Beberapa editorialis menyebut ucapan Hume sebagai tidak sopan dan fanatik. Tapi Militan Kr1sten Amerika datang mengecam kembali, menuduh bahwa kritik Hume itu menyerang Kekr1stenan. Saya percaya para antropolog budaya telah mencatat hal ini.
Dalam menanggapi apa yang dikatakan Hume, saya menulis di dalam
website Buddhisme milik saya, bahwa; "Mr Hume benar, dalam arti, bahwa Agama Buddha memang tidak menawarkan penebusan dan pengampunan dalam cara seperti Agama Kr1sten". Namun, saya menjelaskan lebih lanjut bahwa Agama Buddha memiliki jalannya sendiri untuk menuju pemurnian spiritual. Yang membuat saya gusar, seorang personel lain bernama Bill O'Reilly untuk Fox News, malah menggunakan kata-kata saya yang berada di luar konteks untuk menyiratkan bahwa saya setuju sepenuhnya dengan kata-kata Brit Hume, ketika saya hanya mengakui yang bukan berarti (bagi saya) menyetujui doktrinal secara teknis.
Pendapat saya juga disalah-pahami oleh Peter Sprigg dari Dewan Penelitian Keluarga konservatif, yang memutar pernyataan saya untuk menggambarkan Agama Buddha sebagai jalan tanpa harapan. Umat Buddha, menurut Sprigg, dipercaya bahwa mereka ditakdirkan untuk menjalani hidup dengan letih dalam satu kehidupan setelah melakukan perbuatan jahat, karena mereka kurang penebusan. Um, tidak.
Di Harian New York, kolumnis
Ross Douthat berpendapat bahwa Brit Hume sudah mulai menjadi bahan diskusi publik yang produktif dan seharusnya bisa terus berlanjut. "Perbedaan antar agama memang patut didebatkan," Douthat menulis. "Teologi mempunyai konsekuensinya." Agama membentuk arah tujuan hidup dan bangsa, dan seluruhnya.
Saya mengatakan ini bodoh. Pada waktu yang berbeda dalam hidup saya, saya telah mendalami Agama Kr1sten dan Agama Buddha dengan taat, jadi saya mengenal dekat tentang kedua agama ini. Dan saya mengatakan bahwa keduanya tidak bisa "diperdebatkan".
Agama Buddha dan Agama Kr1sten memiliki banyak persamaan. Keduanya menawarkan keselamatan. Keduanya mengandung nilai perdamaian dan cinta-kasih. Sepenggal khotbah di atas gunung akan cocok (mirip) ke dalam sutra Buddhis, dengan sedikit memutar (kata-katanya).
Bagaimanapun juga, kedua agama besar ini dipahami dan dipraktikkan dalam kerangka konseptual yang sangat berbeda. Mereka tidak bisa dibandingkan sisi per sisi, ibarat mereka adalah dua model mobil, tanpa perlu mengganggu lainnya untuk masuk dalam kerangka konseptual yang lain.
Praktik dari Agama Buddha adalah sarana untuk melihat secara mendalam sifat keberadaan dan delusi yang menyeret dan menyebabkan kita untuk membahayakan diri kita sendiri dan orang lain. Penebusan - sepenuhnya mengetahui dan menerima tanggung jawab atas tindakan berbahaya kita - adalah sebagian dari praktik ini, seperti memaafkan orang lain dan diri kita sendiri. Pengembangan menuju kebijaksanaan membebaskan kita dari penderitaan dan dari kelelahan melalui kehidupan yang begitu tertekan Petrus Sprigg.
Sebaliknya, Agama Kr1sten adalah berpusat pada iman yang menawarkan diri-Nya untuk dikorbankan dan menebus jiwa-jiwa manusia. Keselamatan, dicari melalui iman dan penyembahan, yang datang dari rahmat Tuhan dan pengampunan ilahi.
Mana yang "benar"? Di sini saya setuju dengan Mendiang Joseph Campbell: "Semua agama adalah benar, tetapi tidak ada yang literal."
Agama Buddha menekankan bahwa kebenaran dari Pencerahan tidak terkandung di dalam kata-kata dan konsep-konsep - yang malah membuat "perdebatan" - dan justru dapat ditemukan dalam pengalaman langsung. Doktrin-doktrin Agama Kr1sten lebih mudah dijelaskan tetapi butuh pembuktian untuk mempercayainya - keberadaan Tuhan, roh, dan kehidupan kekal di surga, misalnya.
Bagaimana bisa hal-hal seperti itu "diperdebatkan"? Terutama ketika (seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman saya) orang-orang yang sudah percaya bahwa mereka "benar" memiliki kemampuan yang menakjubkan untuk salah memahami sisi lain dari suatu argumen?
Ya, teologi mempunyai konsekuensinya. Jadi, jika agama harus dinilai, nilailah mereka berdasarkan perilaku umatnya. Seperti yang dinyatakan dalam Matius 7:16, Anda akan mengenal nabi sejati dari nabi yang palsu melalui buahnya. Tapi tidak ada unsur perdebatan dari saya, terimakasih.
Diambil dari:
SINI
Komentar saya: Baru tahu sekarang kalau Tiger Woods adalah seorang umat Buddha. Biasanya hanya segelintir orang Afro-Amerika yang bisa tertarik pada Agama Buddha, tidak tahu mengapa.. Awalnya saya menemukan sebuah artikel yang bertanya pada Google melindungi Islam, jadi berdasarkan artikel itu - artikel itu menyatakan jika kamu mengetik 'Buddhism is' kamu akan menemukan hal-hal buruk tentang Agama Buddha, demikian juga tentang Agama Kr1sten tapi tidak demikian tentang Islam - Saya mengetiknya, dan saya menemukan artikel ini. Masih segar dari oven. Belum kadaluwarsa.