saya sangat setuju untuk mengubah diri kita sendiri dan hal tersebut Pasti hal yang paling banyak umat Buddhis lakukan dibanding umat lain (karena umat lain sedang mengandalkan seseorang)...akan tetapi konteks dalam membahasa masalah sosialisasi kepengurusan vihara ini kurang cocok...karena bagaimana mereka mau mengubah kalo tidak ada yang menegur...saya yakin juga mereka berpikiran sama pasti ingin menyapa, ngajak ngobrol (hanya tebakan) hanya saja mungkin mereka takut , oleh karena itu yang dirasa perlu adalah kita gali setiap akar permasalahan dari pengurus Vihara khususnya dengan cara apa? Pelatihan yang khusus membahas masalah sosialisasi dengan orang lain
Dimana2 orang yang sukses adalah orang yang memiliki sosialisasi yang tinggi dengan orang lain...(dalam pengertian yang positif bukan negatif)
Coba tanya kepada diri Anda sekalian Anda merasa dekat dengan orang Buddhis atau dengan Tetangga...Kalo Memang dekat dengan orang Buddhis seberapa banyak orang Buddhis yang dekat dengan Anda?? Mengapa Anda memiliki kedekatan seperti itu? Jika Anda tidak memiliki teman Buddhis mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal Anda Buddhis sejak berpuluh2 tahun...
Kalau mau melihat dan mengkritik, semua juga bisa di kritik kalau mau lihat dari kacamata yang berbeda, seperti contoh, kenapa baca parita harus bahasa pali/sangsekerta bukan bahasa indonesia? kenapa di vihara harus sila duduknya gak pake bangku, apa tidak punya modal untuk beli bangku? kenapa kebaktian gak ikut2an agama lain yang full band khan lebih asik dan tidak ngantuk, kenapa kalau duduk di pisah cowo sama cewe, kenapa tidak di satukan aja, khan bisa saling lirik dll
Sudah ada Vihara yang membaca paritta hanya dengan terjemahannya saja, setelah itu ada lagu nyanyi2, bahkan Bhikkhu juga mengijinkan, karena di wilayah itu sudah banyak terjadi konversi besar2an dari "B" menjadi "K"
Juga sudah ada vihara yang memakai kursi, karena pertimbangan umat usia lanjut yang tak memungkinkan lagi untuk duduk bersila berlama2
Full band ? wahh asik tuhh..mau dong..