Klo nurut saya perceraian itu akibat adanya ketidakbahagiaan di salah satu dan/atau kedua belah pihak.
Kenapa tidak bahagia? Karena melekat pada kondisi yang diasumsikan sebagai kondisi menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam kehidupan berumah tangga.
Kondisi menyenangkan berusaha dipenuhi, kondisi tidak menyenangkan berusaha ditolak.
Kenapa melekat? ya wajarlah. Umat buddha yang sadar akan kemelekatan pada 6 indria kan jumlahnya nggak banyak.
Yang mengerti aja belum tentu bisa praktek, apalagi yang nggak tau tentang kemelekatan.
Makanya klo mau cerai sebaiknya konsultasi dulu ama banthe, minta latihan yang cocok untuk melepaskan kemelekatan pada kondisi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kehidupan perumah tangga.
Sapa tau akhirnya bisa nggak jadi cerai dimana akhirnya sadar bahwa kehidupan berumah tangga pun memang ada kondisi menyenangkan dan tidak menyenangkan dan harus diterima sebagai konsekuensi dari pilihan yang sudah diambil sebelumnya untuk berumahtangga, dan akhirnya harus bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
Tapi klo menurut saya pribadi, klo sebab perceraian adalah akibat pasangan tidak setia (bukan karena tidak cocok) saya akan memutuskan cerai. Sebab perasaan pasti dah mau marah n penuh kebencian klo ngeliat si pasangan yang nggak setia tersebut. Lagipula perselingkuhan apalagi disertai hubungan seksual termasuk pelanggaran dalam pancasila buddhist, dimana pelanggaran terhadap sila-sila tersebut termasuk sebagai pelanggaran yang cukup berat (klo saya nggak salah inget). Gmn bisa mengembangkan cinta kasih kepada semua mahluk kalau kondisi pikirannya penuh dengan kebencian?
Maafkan pendapat saya yang masih belum sempurna ini...
Thanks.