--------------------------------------------------------------------------------
Hidup adalah Pilihan
Dhammañ care sucaritaṁ, Na taṁ duccaritaṁ care,
Dhammacārī sukhaṁ seti, Asmiṁ loke paramhi ca
Hiduplah sesuai dengan Dhamma, tidak mengikuti cara hidup yang salah. Seseorang yang mengikuti ajaran Dhamma secara benar akan hidup bahagia dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.
(Dhammapada 169)
Patut kita renungkan, bahwa hidup ini sungguh singkat dan tidak pasti, sedangkan kematian adalah pasti. Perubahan terjadi sungguh cepat dan terus-menerus. Bila kita tidak bergegas berbuat kebajikan, maka kita hanya akan menyesal di kemudian hari. Seperti Dhammapada syair 116 berikur: ”Bergegaslah berbuat kebajikan dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan. Barangsiapa lamban berbuat baik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan. Oleh karena itu, tidak sepantasnya kita hanya bersenang-senang tanpa membuat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sekarang ini. Tujuan melaksanakan Dhamma adalah untuk mengakhiri penderitaan, bukan untuk kesenangan intelektual ataupun untuk diperdebatkan. Dalam Āḷavaka Sutta, Sutta Nipāta syair 189, ada empat cara yang dapat menunjang kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagiaan terutama dalam pergaulan hidup dengan lingkungan. Keempat cara itu adalah:
1. Sacca: kebenaran atau kejujuran. Dalam keadaan apapun hendaknya kita senantiasa bertindak jujur. Membiasakan kebenaran atau kejujuran, kita akan mudah mendapat tempat dalam pergaulan, dipercaya banyak orang dan dapat diandalkan. Kebenaran atau kejujuran juga membimbing seseorang memiliki kesetiaan.
2. Dama: pengendalian diri, usaha untuk melatih diri agar dapat mengendalikan perbuatan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan jasmani. Ketika berada dalam kondisi yang baik atau kurang baik, pengendalian diri sangat penting untuk memunculkan kebijaksanaan. Ketika hal-hal baik muncul, tidak menjadi terbuai, terhanyut, serakah ataupun melekat, dan sebaliknya hal-hal buruk muncul maka tidak menjadi marah, benci, ataupun memusuhinya.
3. Khanti: kesabaran. Kita hendaknya berusaha mengembangkan kesabaran dalam segala kondisi. Bekerja, belajar, dan menunggu adalah suatu kondisi untuk melatih kesabaran. Bukan hanya pada saat mengalami penderitaan kita harus bersabar, tetapi saat bahagia pun kita harus mengembangkan kesabaran. Dalam kehidupan sehari-hari, kesabaran harus dikembangkan. Ketika menghadapi situasi yang baik, hendaknya tanpa dilandasi dengan rasa keserakahan, dan ketika menghadapi situasi yang tidak baik hendaknya rasa kebencian tidak dimunculkan. Jika kita telah benar-benar menunaikan hal-hal tersebut, maka kita dapat disebut orang yang sabar.
4. Cāga: kemurahan hati, adalah suatu usaha untuk meringankan penderitaan makhluk lainnya. Kita harus saling berbagi dengan sesama sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Melalui pikiran; kita dapat memberikan ide, gagasan, atau paling tidak berusaha berpikir positif setiap saat. Melalui ucapan; bertutur kata yang ramah, sopan, tidak menyinggung orang lain, menghindari isu, gosip, ataupun ucapan yang tidak benar. Melalui jasmani; kita dapat membantu dengan tenaga, menjaga kebersihan dan kerapian, minimal di tempat kita berada. Bentuk lain dari kemurahan hati adalah dengan cara memaafkan kesalahan orang lain. Terhadap hewan, kita berusaha menghindari penyiksaan dan pembunuhan, bahkan kita dapat memberikan kebebasan dengan melepaskannya pada tempat yang sesuai. Melalui hal-hal tersebut kita dapat berlatih kemurahan hati.
Kehidupan yang sesungguhnya adalah sebuah pilihan. Kebahagiaan dan penderitaan ditentukan oleh perbuatan masing-masing individu. Siapapun berhak untuk menentukan jalan hidupnya dan akan merasakan hasil yang sesuai dengan perbuatannya. Kebahagiaan yang diperoleh bukan hadiah ataupun bonus, melainkan sebagai bentuk konsekuensi dari kebajikan-kebajikan yang pernah dilakukan. Demikian juga penderitaan yang terjadi, bukan suatu kutukan atau hukuman, melainkan hasil dari perbuatan-perbuatan tidak sehat, negatif atau buruk yang memberikan akibat sesuai dengan syarat-syarat dan kondisi yang mendukung.
_/\_
--------------------------------------------------------------------------------
Hidup adalah Pilihan
Dhammañ care sucaritaṁ, Na taṁ duccaritaṁ care,
Dhammacārī sukhaṁ seti, Asmiṁ loke paramhi ca
Hiduplah sesuai dengan Dhamma, tidak mengikuti cara hidup yang salah. Seseorang yang mengikuti ajaran Dhamma secara benar akan hidup bahagia dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.
(Dhammapada 169)
Patut kita renungkan, bahwa hidup ini sungguh singkat dan tidak pasti, sedangkan kematian adalah pasti. Perubahan terjadi sungguh cepat dan terus-menerus. Bila kita tidak bergegas berbuat kebajikan, maka kita hanya akan menyesal di kemudian hari. Seperti Dhammapada syair 116 berikur: ”Bergegaslah berbuat kebajikan dan kendalikan pikiranmu dari kejahatan. Barangsiapa lamban berbuat baik, maka pikirannya akan senang dalam kejahatan. Oleh karena itu, tidak sepantasnya kita hanya bersenang-senang tanpa membuat sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan sekarang ini. Tujuan melaksanakan Dhamma adalah untuk mengakhiri penderitaan, bukan untuk kesenangan intelektual ataupun untuk diperdebatkan. Dalam Āḷavaka Sutta, Sutta Nipāta syair 189, ada empat cara yang dapat menunjang kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagiaan terutama dalam pergaulan hidup dengan lingkungan. Keempat cara itu adalah:
1. Sacca: kebenaran atau kejujuran. Dalam keadaan apapun hendaknya kita senantiasa bertindak jujur. Membiasakan kebenaran atau kejujuran, kita akan mudah mendapat tempat dalam pergaulan, dipercaya banyak orang dan dapat diandalkan. Kebenaran atau kejujuran juga membimbing seseorang memiliki kesetiaan.
2. Dama: pengendalian diri, usaha untuk melatih diri agar dapat mengendalikan perbuatan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan jasmani. Ketika berada dalam kondisi yang baik atau kurang baik, pengendalian diri sangat penting untuk memunculkan kebijaksanaan. Ketika hal-hal baik muncul, tidak menjadi terbuai, terhanyut, serakah ataupun melekat, dan sebaliknya hal-hal buruk muncul maka tidak menjadi marah, benci, ataupun memusuhinya.
3. Khanti: kesabaran. Kita hendaknya berusaha mengembangkan kesabaran dalam segala kondisi. Bekerja, belajar, dan menunggu adalah suatu kondisi untuk melatih kesabaran. Bukan hanya pada saat mengalami penderitaan kita harus bersabar, tetapi saat bahagia pun kita harus mengembangkan kesabaran. Dalam kehidupan sehari-hari, kesabaran harus dikembangkan. Ketika menghadapi situasi yang baik, hendaknya tanpa dilandasi dengan rasa keserakahan, dan ketika menghadapi situasi yang tidak baik hendaknya rasa kebencian tidak dimunculkan. Jika kita telah benar-benar menunaikan hal-hal tersebut, maka kita dapat disebut orang yang sabar.
4. Cāga: kemurahan hati, adalah suatu usaha untuk meringankan penderitaan makhluk lainnya. Kita harus saling berbagi dengan sesama sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Melalui pikiran; kita dapat memberikan ide, gagasan, atau paling tidak berusaha berpikir positif setiap saat. Melalui ucapan; bertutur kata yang ramah, sopan, tidak menyinggung orang lain, menghindari isu, gosip, ataupun ucapan yang tidak benar. Melalui jasmani; kita dapat membantu dengan tenaga, menjaga kebersihan dan kerapian, minimal di tempat kita berada. Bentuk lain dari kemurahan hati adalah dengan cara memaafkan kesalahan orang lain. Terhadap hewan, kita berusaha menghindari penyiksaan dan pembunuhan, bahkan kita dapat memberikan kebebasan dengan melepaskannya pada tempat yang sesuai. Melalui hal-hal tersebut kita dapat berlatih kemurahan hati.
Kehidupan yang sesungguhnya adalah sebuah pilihan. Kebahagiaan dan penderitaan ditentukan oleh perbuatan masing-masing individu. Siapapun berhak untuk menentukan jalan hidupnya dan akan merasakan hasil yang sesuai dengan perbuatannya. Kebahagiaan yang diperoleh bukan hadiah ataupun bonus, melainkan sebagai bentuk konsekuensi dari kebajikan-kebajikan yang pernah dilakukan. Demikian juga penderitaan yang terjadi, bukan suatu kutukan atau hukuman, melainkan hasil dari perbuatan-perbuatan tidak sehat, negatif atau buruk yang memberikan akibat sesuai dengan syarat-syarat dan kondisi yang mendukung.
_/\_
saya pikir utk menyeimbangkan kata "Hidup Adalah Pilihan" adalah kata "Hasil Dari Tindakan Aa Diluar Kekuasaan Kita"!
Di dlm menentukan tindakan kita sendiri adalah Subyek!
namun di dlm mendptkan hasil dr tindakan tsb, kita cuma sbg Obyek, cuma sbg Obyek penderita!!!
semoga ungkapan diatas akan menerangi cara berpikir kita semua!
ika.