//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Segala sesuatu netral --> orang jadi kurang mengekspresikan perasaan?  (Read 3472 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline calon_arahat

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 26
  • Gender: Female
  • On the journey of life..
Agama Buddha kan mengajarkan kalo segala sesuatu netral...
apa hal ini bisa menyebabkan seseorang kurang mengekspresikan perasaannya?

gw sendiri sih dalam praktek dhamma berusaha menganggap semuanya netral
mis: ada teman bertindak yg kurang menyenangkan, gw ga sampe ngamuk2 gitu, paling cuman di dalam hati aja agak ga seneng, tau sih kalo hal2 itu kan terjadi karena karma... sekalian berusaha positive thinking gitu..
trus ujian dapet bagus, ya seneng sih, tapi ga sampe teriak2 ato ekspresi gimana gitu yg berlebihan cos gw menganggap wajar, udah belajar banyak
nah, krn hal2 seperti ini gw sampe sering dibilang beberapa teman gw "ga ada ekspresi"
padahal mnrt gw pribadi sih ga sepenuhnya begitu juga... contoh: masih inget pretest praktikum dapet jelek, emang yg praktikum hari itu jelek juga, kita pada protes ke dosen, tapi ga langsung ditanggapi, hasilnya gw jadi ga "upekkha"
mungkin ditambah lagi waktu kuliah banyak dosen yg cara ngajarnya kurang mengenakkan, membuat ngantuk, tapi berhubung kuliah, dipaksakan untuk didengar, lama2 jadi lebih tidak emosi menghadapi hal2 seperti ini, malah jadi lebih sabar
walaupun udah berteman bertahun2, kalo tidak sangat dekat sekali dengan gw mungkin menganggap gw ini kurang ekspresi
tapi kalo menurut gw sebenarnya ga begitu juga.. bahkan ada orang yg sempat bilang gw termasuk orang yg agak sensitive..
ya emang untuk benar2 mengerti kepribadian seseorang itu kan sulit...  :yes:

parahnya, ada teman gw sampe iseng memancing ekspresi, aneh juga ya..
katanya face expression gw ini kurang
waktu gw liat2 mikroskop, mau foto yg gw liat di mikroskop, tmn gw sengaja mainin mikroskopnya
gw ngerasa aneh waktu foto2, kok view-nya jadi jelek
hasilnya gw malah serius mencari penyebab view waktu foto kenapa kok jadi jelek, ga sebagus waktu gw liat tadi, malah fokus nyari penyebabnya
begitu gw tau ada teman gw yg ngerjain gw, tmnku malah ngomong "eh, ternyata sama aja, wajahnya kurang ada ekspresi", ga ngamuk, ga gimana gitu...
gw jelas aja bingung: kalo ngerjain orang ga terang2an gitu, apalagi waktu itu, jelas aja gw malah fokus serius nyari penyebab kenapa waktu foto viewnya jelek, bukan langsung marah2 pada orang di sebelah (kan belum ada bukti)

berarti kalo sudah menjadi Arahat orang akan tidak memberi ekspresi sama sekali terhadap hal2 di sekitar?
karena semuanya netral
The health of my patients will be my first consideration..

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Segala sesuatu netral --> orang jadi kurang mengekspresikan perasaan?
« Reply #1 on: 05 December 2008, 06:21:42 AM »
Dari buku “the Truth of Nature” by Bhikkhu Buddhadasa

"Bagaimana cara berpikir seorang nonpraktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha?"

Mari kita perhatikan sebuah fakta yang akan menjadi petunjuk untuk membedakan cara berpikir seorang non praktisi dan seorang Buddhis yang mempraktikkan ajaran Buddha. Seorang non praktisi berarti seorang yang belum menjadi seorang umat Buddha yang baik dan tidak memahami ajaran Buddha. la hanya menjadi Buddhis karena label agama saja, sesuai dengan catatan kependudukan (seorang Buddhis KTP sejati) dan karena orangtuanya beragama Buddha. Mereka kita sebut dengan Buddhis non praktisi. Persyaratan untuk menjadi seorang Buddhis sejati seorang praktisi, Ariya (orang suci, maju pesat dalam latihan) adalah memiliki pandangan benar yang jauh lebih tinggi daripada seorang non praktisi terhadap semua hal yang ada di sekelilingnya.

Buddha bersabda, "Ada perbedaan yang sangat besar dalam cara pandang antara pandangan para ariya dan pandangan umat biasa." Karena itu, dalam pandangan para ariya, dan juga sesuai dengan peraturan para ariya, bernyanyi sama saja dengan menangis; menari adalah ciri khas orang gila; dan tertawa terbahak bahak adalah kelakuan anak anak ingusan. Orang orang pada umumnya menyanyi, tertawa, dan menikmati semua itu tanpa menyadari kapan dirinya akan lelah. Di dalam pandangan para ariya, menyanyi terlihat sama dengan menangis. Jika kita mengamati seorang yang menyanyi dan berteriak sekeras kerasnya, dia tidak hanya kelihatan seperti orang yang sedang menangis, tetapi selain itu, apa yang dilakukannya berasal dari kondisi kondisi emosional. yang sebenarnya sama dengan menangis.

Menari adalah kelakuan orang gila! Jika kita perhatikan sedikit lebih mendalam, kita akan menyadari bahwa ketika kita bangun dari tempat duduk untuk menari, kita paling tidak sudah menjadi sepuluh persen gila. Jika tidak, kita pasti tidak akan mau menari. Karena secara umum menari dipandang sebagai sebuah bentuk kesenangan, kita tidak menganggapnya sebagai kelakuan orang gila. Ada beberapa orang yang suka tertawa; tertawa memang menyenangkan. Mereka tertawa terbahak bahak, bahkan di saat saat yang tidak tepat. Tetapi bagi para ariya, dan di dalam peraturan mereka, tertawa adalah kelakuan anak kecil. Oleh sebab itu, jika kita mampu tidak tertawa, ini tentu baik. Tidak tertawa sama sekali bahkan lebih baik lagi.

Contoh contoh di atas menunjukkan bagaimana latihan displin (sila) para ariya berbeda dengan orang-orang pada umumnya. Secara umum, menyanyi, berdansa, dan tertawa sepertinya tidak membawa akibat dan bukan sesuatu yang istimewa. Namun bagi para ariya kegiatan kegiatan tersebut dianggap tidak berguna dan tidak terkendali. Demikianlah pandangan seseorang yang pikirannya sudah berkembang pesat.

Buddha tidak mengatakan, jangan lakukan hal-hal itu ketika kita menginginkannya, tetapi mengajarkan kita untuk memahami bahwa ada perbuatan yang terpuji dan perbuatan rendah, dan ada hal hal yang tidak layak untuk dilakukan. Karena belum menjadi seorang ariya, kita mungkin ingin melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah. Ketika kita melakukannya, kita akan sadar bahwa hal itu terkadang memang tampak menyenangkan, tetapi pada akhirnya kita akan kelelahan. Selanjutnya, kita dapat meningkatkan diri kita ke tingkat yang lebih tinggi dan berlatih disiplin para ariya.

Sebagian orang tidak suka mendengar tentang "disiplin". Mereka khawatir bahwa mengendalikan diri menyebabkan "penderitaan." Tetapi, mengendalikan diri untuk tidak mengikuti perasaan adalah sebuah praktik dan latihan penting dalam agama Buddha.

Mengendalikan tubuh dan pikiran untuk tidak menuruti setiap perasaan bukanlah penderitaan. Sebaliknya, ini adalah sebuah metoda untuk melenyapkan dukkha. Kita harus menemukan cara. untuk mencegah diri kita agar tidak sampai dikuasai oleh ego atau kekotoran batin. Kita harus menjaga pikiran agar kekotoran batin tidak mengarahkan dan menguasai diri kita. Lihat orang orang yang sedang menari dan perhatikan betapa kuatnya kekotoran batin menguasai dan membuat mereka tunduk. Inikah yang disebut dengan kebebasan?

Oleh sebab itu, kita harus meningkatkan kemampuan batin kita bagaimanapun juga. Jangan menjadi seorang Buddhis awam selamanya! Buat diri Anda bisa menjadi anggota komunitas Buddhis praktisi, dengan memiliki pengetahuan, kecerdasan, kesadaran, dan pemahaman sehingga penderitaan akan berkurang. jangan lakukan hal hal yang tidak layak dan tidak bermanfaat bagi diri sendiri. Inilah hasil yang akan Anda dapatkan. Anda akan bertransformasi dari seorang Buddhis non praktisi awam menjadi seorang Buddhis praktisi, yang menaati disiplin para ariya. Buddha berharap akan lebih banyak lagi yang menjadi ariya, semakin banyak lagi orang yang akan meninggalkan keduniawian selamanya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: Segala sesuatu netral --> orang jadi kurang mengekspresikan perasaan?
« Reply #2 on: 05 December 2008, 07:02:27 AM »
bukankah seharusnya itu lebih bagus, dengan begitu anda menjadi lebih  konsentrasi dengan lingkungan, tidak sibuk saja dengan ekspresi yang anda timbulkan

contohnya seperti yang anda rasakan, ada dosen yang membosankan, tapi anda mencoba untuk terus memperhatikan, bukankah dampak kedepannya membuat anda menjadi lebih mengerti?
coba bayangkan kalau anda membiarkan ekspresi anda timbul dengan seenaknya
yg ada anda akan cepat merasa bosan, cepat marah

saia juga mengalami hal sperti anda, namun sedikit berbeda, orang disekitar saia tidak memandang itu menjadi hal aneh atau kurang ekspresi, karena saia tetap mengutarakan pendapat saia, walaupun dengan cara berbeda

mungkin yang dipandang agak aneh bukan sikap, namun cara pikir, karena memang cara pikir orang yang mempraktekkan ajaran Buddha berbeda dengan non Buddhist

dari pada dianggap kurang berekspresi, saia lihat sebenarnya orang disekitar saia menyadari bahwa saia menyadari hal tersebut atau sedang memikirkan hal tersebut, sehingga tidak terlalu ambil pusing dan terlalu banyak berekspresi karena justru akan membuat kita tidak waspada


 

anything