"Tahukah kalian, mengapa kedua Bodhisattva ini aku vyakarana-kan, Oh, Ajita dan hadirin sekalain? Ketahuilah, bahwa sejak ribuan kalpa masa yang lampau Bodhisattva Bhaisajyaraja telah bertekad menempuh jalan kehidupan suci (brahmacarya) dan kini apa yang ia cita-citakan telah sempurna, oleh karena itu maka sekarang ia berhak menerima vyakarana. Di masa yang akan datang, selang beberapa kalpa lagi, ia akan menjadi seorang Buddha dengan gelar : Vimalanetra, Tathagataya, Arahata, SamyaksamBuddha, Vidya-carana-sampanna, Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusa-damya-sarathi, Sastadevamanusyanam, Buddha-lokanatha'ti. Nama dari negeri Buddhanya adalah `Nityasukhita'. Nama kalpa-nya adalah `Abhisampurna'. Begitu Buddha baru, Sang Buddha Vimalanetra tersebut untuk pertama kali menginjak negeri Buddhanya, maka tanahnya akan berubah menjadi intan yang berwarna putih murni. Luas wilayahnya sangat luas hingga ke loka Vajra-tala sthana. Setiap saat bunga mustika putih selalu turun dari angkasa menebari buminya. Bunga-bunga tersebut berbentuk bundar dan diameternya sekitar 5 yojana, bertebaran memenuhi negerinya indah sekali.
Masyarakat yang hidup di Negeri Buddha tersebut sungguh berbahagia, karena di alam itu fisik mereka tidak akan pernah sakit ataupun kesakitan, demikian pula tak ada hal-hal yang mengganggu batin dan pikiran mereka. Mereka masih perlu makan, namun makanan mereka yang berupa Sari Amrta (Sudha, minuman para dewa) selalu tersedia, sekalipun demikian pikiran mereka tidak terbebani oleh makanan, melainkan mereka lebih mengutamakan mempelajari dharma yang tingkatnya cukup tinggi.
Umur dari Sang Buddha Vimalanetra panjang sekali yaitu hingga lima milyar Asamkhya Kalpa dengan periode Saddharma-nya mencapai empat juta Asamkhya kalpa. Dan periode Saddharma-Praktiksepa-nya 100.000 koti Asamkhya Kalpa. Siapa saja yang di lahirkan di alam tersebut akan terlahir dengan telah memiiki keahlian Dharani-Mukha dan keahlian lain seperti teknik-teknik samadhi bertingkat tinggi, serta daya ingat mereka akan dharma-dharma penting tidak akan pernah pudar.
Demikian Sang Buddha menerangkan, kemudian setelah di vyakarana-kan oleh Sang Buddha, Bodhisattva Bhaisajyaraja bangkit dari posisi duduknya lalu melesat ke langit, di atas sana ia memperlihatkan kebolehan berubah wujud dan ia memperlihatkan kebolehan berubah wujud dan ia memperlihatkan 18 macam jelmaan, setelah itu perlahan-lahan turun kembali ke tempat duduknya sambil menaburi bunga di atas tubuh Sang Buddha, namun bunga-bunga tersebut berubah menjadi jajaran pohon bunga yang terjejer rapih di langit.
Lalu Sang Buddha melanjutkan sabdanya dengan mengarahkannya ke Sang Maitreya. "Oh, Ajita yang mulia! Bodhisattva berikutnya yang aku vyakarana-kan adalah Sang Bhaisajyasamudgata. Saat ini beliau juga telah menyempurnakan cita-cita sucinya. Di masa yang akan datang beliau juga akan menjadi Buddha dengan gelar : Vimalagarbha Tathagata, Arahate, SamyaksamBuddha, Vidyacarana-sampanna, Sugata, Lokavid, Anuttara, Purusa-damya-sarathi, Sasta-devamanusyanam, Buddha-lokanatha'ti. Oh Ajita, ketika ia menjadi Buddha dan muncul di negeri Buddhanya maka tanah surgawi yang berupa mustika putih itu akan berubah menjadi berwarna keemasan sehingga pohon-pohon, bunga-bunga, dan benda-benda lainnya seperti bersinar keemasan, di samping itu memang di sana-sini di penuhi oleh bunga-bunga emas yang bertebaran di mana-mana menjadikannya suasananya sangat indah dan menawan. Masyarakat yang hidup di dunianya semuanya terlahir dengan kebijaksanaan yang tinggi serta memiliki keahlian `Anutpatka-Dharma-ksanti'. Usia dari Sang Buddha Vimalagarbha mencapai 60 kalpa kecil dengan periode saddharma sepanjang 120 kalpa dan periode saddharmapratiksepa sepanjang 560 kalpa.
Mengetahui bahwa diri-nya akan di vyakarana-kan oleh Sang Buddha maka Bodhisattva Bhaisajyasamudgata segera memasuki samadhi tingkat tinggi. Berkat kekuatan supernaturalnya itu ia mengubah dirinya menjadi sebuah bunga raksasa di tengah taman pohon jambu, lalu menjelma lagi menjadi segumpal awan putih yang di penuhi tujuh macam mustika di dalamnya. Mustika-mustika tersebut berkilauan berwarna-warni dan memancarkan sinar keemasan. Ini merupakan persembahan sang Bodhisattva kepada Sang Buddha Sakyamuni, tidak berapa lama kemudian terdengar suatu syair pujian yang menggema di pesamuan dharma tersebut, yang berbunyi sebagai berikut :
Ia yang bergelar Samyaksambudha,
Sang Singa-sakya yang putih murni tak bernoda,
Dialah Sang Bhagawan yang mulia!
Para guru di sepuluh penjuru semesta tak mampu menandinginya,
Lihatlah, Sinar KebijaksanaanNya memenuhi alam semesta,
Dengan perasaan Maha Kasih, Ia menyelamatkan makhluk yang sengsara,
Hingga rela terlahir ke dunia Loka-saha.
Aku mewakili semua yang hadir, bersujud dengan muka di kaki-Mu,
Oh, yang Maha Karunika, kini kami bersujud pada "Trismrtya-Pasthana"!
Seusai memperdengarkan gatha tersebut Bodhisattva Bhaisajyasamudgata mengakhiri pertunjukan supernaturalnya lalu kembali duduk ke tempat semula.