1. Soal pencapaian Arhat tertinggi atau bukan, memang dalam Theravada dan Mahayana terdapat perbedaan pendapat. Sangat wajar apabila Theravada menolak konsep SPS (Saddharmapundarika Sutra) ini. Tetapi dalam Mahayana, seperti dijelaskan dalam SPS sendiri, sebenarnya Buddha juga mengajarkan ajaran Shravakayana karena beliau tahu dan terampil apa cara yang terbaik dalam membimbing murid-murid-Nya hingga akhirnya siap bertekad menjadi Samyaksambuddha.
Kalau menurut guru-guru Mahayana, SPS adalah Sutra Pokok pembuka makna sesungguhnya semua ajaran sutra-sutra sebelumnya, termasuk kitab-kitab Agama/Nikaya. Jadi pencapaian Arhat pun dijelaskan secara makna sesungguhnya. Apa itu Hinayana Arhat dan apa itu Mahayana Arhat alias Samyaksambuddha.
2 dan 3. Kalau anda baca SPS, sebenarnya tidak ada yang perlu dipusingkan karena SPS bukan menolak Buddha Parinirvana. Buddha memang terlahir sebagai manusia dan kemudian Parinirvana. Semua manusia juga lahir kemudian mati. Yang dibahas SPS sebenarnya adalah
kekekalan Dharmakaya yang sifatnya Nitya (Abadi). Maka gak heran kalau SPS mengatakan kata-kata seperti "
Usia Tak Terbatas, Belum Parinirvana, Menempuh Jalan Bodhisattva Sejak Zaman lampau Yang Tak Terhingga".Buddha berlatih, lahir dan mati atau Parinirvana semuanya adalah kebenaran konvensional. Kita lahir dan mati adalah kebenaran konvensional. Sebenarnya siapa sih yang lahir? Siapa yang mati? Siapa yang berlatih? Siapa yang Parinirvana? Semua adalah Anatman (tanpa aku) dan Anitya (terus berubah sekejap-sekejap). Anatman dan Anitya adalah hukum yang kekal (Nitya), itulah aspek dari Dharmakaya = Nitya.
Jika anda membaca naskah komentar guru-guru agung dari berbagai aliran, berbagai zaman, berbagai negara, seperti Yang Arya Vasubandhu, Mahaguru Tiantai, Patriark Chan Huineng, Dogen dan Hakuin serta guru yang sangat populer di zaman ini, Nichiren semuanya menyatakan dengan jelas bahwa apa yang sedang dibahas dalam SPS adalah konsep kekekalan Dharmakaya, yang merupakan inti ajaran pokok pencapaian Buddha bagi semua makhluk, baik laki-laki maupun perempuan dsb.
Kalau saran saya, kalau mau memahami SPS belajar dari ajaran Nichiren dulu. Beliau menjelaskannya sangat membumi dan langsung merujuk ke makna inti. Baru kalau mau lanjut ke sesepuh Zen Dogen Zenji untuk memahami SPS lewat Koan-koan, di sana anda bisa melihat SPS adalah inti dasar aliran Zen dan telah mempengaruhi Zen di Jepang sampai pada zaman modern ini. Dari sana anda kemudian lihat semua gerakan organisasi agama yang didasarkan pada SPS seperti Tzu Chi dan Soka Gakkai, bagaimana ajaran SPS diimplementasikan dengan cara-cara dan prestasi yang luar biasa.
Jika Zen Jepang berkontribusi penting bagi perkembangan dan inovasi dunia desain modern, baik grafis sampai arsitektur dan menciptakan peradaban baru, maka bisa dikatakan SPS juga telah merubah dunia ini dengan ajarannya yang luar biasa... krn yang mendasari Zen di Jepang adalah SPS.