//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kehendak Bebas.  (Read 50638 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #180 on: 29 November 2008, 09:07:23 AM »
saat seseorang bertindak menurut "hati nurani" yang baik (secara subjektif), lalu menurut pandangan oran yg suci, bahwa dia memilih yang salah (kebenaran objektif).

itu tidaklah lain daripada Moha atau bisa pula Avijja.

 
Kebijaksanaan muncul bila tidak ada kebodohan batin.
Kebijaksanaan muncul bila tidak ada kebodohan batin.

Baik, kini aku bertanya, jadi apa kah "ketidaktahuan - ignorance" adalah suatu "kebodohan batin.?

ketidaktahuan (ignorance) menjadi beberapa kategori. Salah satu pengkategorian yang penting untuk kita ketahui karena selalu muncul dalam diskusi-diskusi adalah pengkategorian ketidaktahuan menjadi ketidaktahuan yang bisa diatasi (vincible ignorance) dan yang kedua adalah ketidaktahuan yang tidak bisa diatasi (invincible ignorance).


Bila seseorang mempunyai ketidaktahuan yang tidak bisa diatasi maka dia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas ketidaktahuannya (karena dia tidak bisa mengatasi ketidaktahuannya tersebut)

Bila seseorang mempunyai ketidaktahuan yang bisa diatasi, maka dia bertanggungjawab atas ketidaktahuannya (karena dia semestinya bisa mengatasi ketidaktahuannya tersebut).


Nah, ketidaktahuan menjadi tidak bisa diatasi bila setelah melakukan ketekunan yang cukup (reasonable diligence) seseorang masih tidak dapat mengatasi ketidaktahuannya (masih tetap tidak tahu) atau disebut k_Murti "kebodohan batin" itu.?


Seberapa cukupnya ketekunan tersebut ditentukan oleh dua hal:

1. Besarnya, pentingnya, mendesaknya masalah yang dihadapi.Semakin besar, penting dan mendesak suatu masalah maka ketekunan yang harus dilakukan untuk mengatasi ketidaktahuannya harus semakin besar pula. Begitu pula sebaliknya.

2. Kemampuan si individu untuk mendapat informasi dan mengerti informasi tersebut. Semakin mudah si individu mendapatkan informasi mengenai masalah yang dihadapinya dan semakin mudah si individu memahami informasi yang didapatkannya maka ketekunan yang harus dilakukan untuk menghilangkan ketidaktahuannya harus lebih besar juga. Begitu pula sebaliknya.

Salam,


Sukma yg baik...

Ketidaktahuan adalah tidak tahu hakikat keadaan (tidak melihat realitas). Ketidaktahuan membuat orang terendam oleh 3 akar kejahatan, yaitu keserakahan. kebencian dan kebodohan (stupidity). Kebodohan batin (stupidity) adalah wujud sifat tidak peduli, keras kepala dan tidak bisa mengerti realitas meski sudah diberi penjelasan. Misalnya saya mengatakan "membunuh itu tidak baik". Bila ada orang yg mengiyakan ucapan saya tersebut (setuju), namun tetap melakukan pembunuhan (dengan dalih "pembunuhan yg baik") itu adalah kebodohan batin.

KALAU ORANG YG TIDAK TAHU KEBENARAN, CUKUP DIBERI TAHU. KALAU SUDAH TAHU KEBENARAN, BERARTI DIA SUDAH MENGIKIS KETIDAKTAHUAN.

KALAU ORANG YG SUDAH TAHU KEBENARAN, TAPI MALAH TETAP MELAKUKAN PERBUATAN YG TIDAK BAIK (TIDAK SESUAI KEBENARAN), MAKA ITU ADALAH ORANG BODOH.

Apa Anda sudah mengerti perbedaan akan ketidaktahuan dengan kebodohan?

Prinsip hukumnya, tidak tahu ya tidak tahu. Kebodohan ya namanya tidak peduli, sudah tahu tapi gak mau tahu.

Kedua kektoran batin ini mengakibatkan hal yg sama, yaitu vipaka buruk (buah perbuatan yg buruk).

Sama seperti contoh kasus meminum softdrink beracun itu. Tidak berbeda bila A dan B tahu atau tidak tahu kalau softdrink itu minuman beracun, akibatnya pasti sama : A keracunan, dan B memberikan minuman beracun.

Kalo Anda hanya memakai hati nurani, mana ada kebijaksanaan yg bisa didapat. Mungkin sesekali hati nurani benar, namun kebijaksanaan itu selalu benar.

Salam

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #181 on: 29 November 2008, 09:10:20 AM »
Sekalipun hati nurani mengajak orang untuk berbuat baik dan menghindari yang jahat namun patut dipikirkan ;

Pertanyaan :

bagaimana seseorang tiba pada keputusan apa yang baik dan apa yang jahat itu.?


Wah, ini pertanyaan yg sering dilontarkan di forum ini. Saya sudah sering menjawabnya.

Pertanyaan : Bagaimana mengetahui keputusan yg diambil adalah baik atau buruk?

Saya serahkan ke hatRed saja, untuk menjawab pertanyaan ini..  ;D

OK bro hatRed, silahkan jelaskan pada Sukma, dan rendam kepalanya di Cahaya Kebijaksanaan...

 _/\_

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #182 on: 29 November 2008, 04:52:19 PM »
Sekalipun hati nurani mengajak orang untuk berbuat baik dan menghindari yang jahat namun patut dipikirkan ;

Pertanyaan :

bagaimana seseorang tiba pada keputusan apa yang baik dan apa yang jahat itu.?


Wah, ini pertanyaan yg sering dilontarkan di forum ini. Saya sudah sering menjawabnya.

Pertanyaan : Bagaimana mengetahui keputusan yg diambil adalah baik atau buruk?

Saya serahkan ke hatRed saja, untuk menjawab pertanyaan ini..  ;D

OK bro hatRed, silahkan jelaskan pada Sukma, dan rendam kepalanya di Cahaya Kebijaksanaan...

 _/\_

hatRed nich ada PR dari Upasaka....he...he...yang ini tidak capek deh

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #183 on: 29 November 2008, 06:16:27 PM »
"Apakah engkau lupa bahwa orang lebih baik memilih PERDAMAIAN,dan malahan KEMATIAN,

dari pada Kebebasan Memilih dalam Pengetahuan akan KEBAIKKAN  dan KEJAHATAN.?

Tidak ada yang lebih menggoda seseorang dari pada KEBEBASAN Suara Hati nya,

namun pada saat yang sama tidak ada Siksaan yang lebih besar dari itu.!"   :))

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #184 on: 21 December 2008, 07:22:00 PM »
Bagaimana bila saya lanjutkan dengan thread "Kehendak Bebas" dengan mengacu pada Jalan Ariya Berfaktor Delapan yang merupakan Inti Ajaran Buddha. Penemuan Jalan inilah yang membuat Pencerahan Buddha memiliki Makna Universal.

Tapi Kedelapan Faktor Jalan tersebut kita mulai dari Pandangan Benar (Sama Ditthi)yang di bagi menjadi Tiga kelompok (Ajaran Bhikkhu Bodhi), di mana pada akhirnya mari kita sama-sama melihat sampai diposisi mana "Kehendak Bebas" berperan.?

Kelompok Pertama ;

Kelompok Disiplin Moral (Silakkhandha), yang terdiri atas ; Perkataan Benar, Perbuatan Benar, dan Pencaharian Benar.

Kelompok Kedua ;

Kelompok Semadi (Samadhikkandha), yang terdiri dari ; Upaya Benar, Perhatian Benar, Semadi Benar.

Kelompok Ketiga ;

Kelompok Kebijaksanaan (Pannakkhanda), yang terdiri dari ; Pandangan Benar dan Kehendak Benar.

Ketiga Kelompok ini mewakili Tiga Tahapan Latihan ;

1 .Latihan Disiplin Moral Mulia.

2 .Latihan Kesadaran Mulia.

3 .Latihan Kebijaksanaan Mulia.

Noted ; Kedelapan Faktor Jalan Ariya Berfaktor Delapan bukanlah langkah-langkah yang untuk dituruti secara beraturan, satu persatu.
 
« Last Edit: 21 December 2008, 07:24:29 PM by sukma »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #185 on: 21 December 2008, 08:26:12 PM »
[at] sukma

Silahkan...  :)

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: Kehendak Bebas.
« Reply #186 on: 22 December 2008, 01:35:22 PM »
Ada dua upaya keliru untuk mencapai pembebasan dari dukkha yang sering terjadi dari zaman sebelum S. Gautama sampai zaman kita ini.

Yang Pertama ;

Memanjakan Kesenangan inderawi melalui latihan memadamkan ketidakpuasan dengan Cara Memuaskan Nafsu Keinginan. Jelas cara pendekatan ini bias membeikan kesenangan dan kenikmatan, namun kenikmatan yang diperoleh bersifat kasar, fana, dan tidak memberikan kepuasaan secara mendalam, S. Gautama mengetahui bahwa nafsu inderawi bias melekat sangat erat pada pikiran manusia. Beliau juga mengetahui bahwa kesenangan ini juah lebih rendah dibandingkan dengan kebahagian yang muncul melalui Pelepasan Keduniawian.

Yang kedua ;

Di zaman S. Gautama, Agama Hindu, para Yogy, para pencari Pencerahan banyak melakukan praktek menyiksa diri/ menyakiti diri untuk mencapai pembebasan dari Dukkha, cara ini oleh Sang Buddha tidak dibenarkan karena latihan ini berjalan dalam syatem yang salah yang menyebabkan terkurasnya energi, pada hal Dhamma mengajarkan kita harus merawat diri. Ada pun cara yang ditempuh dengan penyiksaan diri ini didasarkan pada pemahaman bahwa tubuh adalah Penyebab dari ikatan duniawi, padahal sumber permasalahannya yang sesungguh adalah terletak pada PIKIRAN, yaitu “pikiran yang dipenuhi oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin.

Kita sepakati dulu bahwa latihan kedua point diatas bertujuan baik untuk pembebasan Dukkha, tapi…..? Yang aku mau Tanya kepada para sobat, apakah kedua cara ini di dalam Dhamma di sebut “Kehendak Keliru atau bahasa awam nya Suara Hati Yang Keliru atau Nurani Yang Keliru” ? Dan, pada kondisi ini saya belum maksudkan dngan "kehendak bebas".

Salam dari saya.