Ada dua upaya keliru untuk mencapai pembebasan dari dukkha yang sering terjadi dari zaman sebelum S. Gautama sampai zaman kita ini.
Yang Pertama ;
Memanjakan Kesenangan inderawi melalui latihan memadamkan ketidakpuasan dengan Cara Memuaskan Nafsu Keinginan. Jelas cara pendekatan ini bias membeikan kesenangan dan kenikmatan, namun kenikmatan yang diperoleh bersifat kasar, fana, dan tidak memberikan kepuasaan secara mendalam, S. Gautama mengetahui bahwa nafsu inderawi bias melekat sangat erat pada pikiran manusia. Beliau juga mengetahui bahwa kesenangan ini juah lebih rendah dibandingkan dengan kebahagian yang muncul melalui Pelepasan Keduniawian.
Yang kedua ;
Di zaman S. Gautama, Agama Hindu, para Yogy, para pencari Pencerahan banyak melakukan praktek menyiksa diri/ menyakiti diri untuk mencapai pembebasan dari Dukkha, cara ini oleh Sang Buddha tidak dibenarkan karena latihan ini berjalan dalam syatem yang salah yang menyebabkan terkurasnya energi, pada hal Dhamma mengajarkan kita harus merawat diri. Ada pun cara yang ditempuh dengan penyiksaan diri ini didasarkan pada pemahaman bahwa tubuh adalah Penyebab dari ikatan duniawi, padahal sumber permasalahannya yang sesungguh adalah terletak pada PIKIRAN, yaitu “pikiran yang dipenuhi oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin.
Kita sepakati dulu bahwa latihan kedua point diatas bertujuan baik untuk pembebasan Dukkha, tapi…..? Yang aku mau Tanya kepada para sobat, apakah kedua cara ini di dalam Dhamma di sebut “Kehendak Keliru atau bahasa awam nya Suara Hati Yang Keliru atau Nurani Yang Keliru” ? Dan, pada kondisi ini saya belum maksudkan dngan "kehendak bebas".
Salam dari saya.