“And why, monks, do you say body? One is affected,
monks. That is why the word ‘body’ is used. Affected by
what? Affected by touch of cold and heat, hunger and
thirst; of gnats, mosquitoes, wind and sun and snakes.
One is affected, monks. That is why you say ‘body.’
And why, monks, do you say ‘feeling’? One feels,
monks. That is why the word ‘feeling’ is used. Feels
what? Feels pleasure and pain; feels neutral feelings.
One feels, monks. That is why the word ‘feeling’ is used.
And why, monks do you say ‘perception’? One
perceives, monks. That is why the word ‘perception’ is
used. Perceives what? Perceives blue-green, perceives
yellow, or red or white. One perceives, monks. That is
why ‘perception’ is used.
And why, monks, do you say ‘conditioner’ (sankhara)?
Because they condition the conditioned. That is why,
monks, the word ‘conditioner’ is used. And what do they
condition? Body as body is the conditioned that they
condition. Feeling as feeling is the conditioned that they
condition. Perception as perception is the conditioned
that they condition. Conditioner as conditioner is the
conditioned that they condition. Consciousness as
consciousness is the conditioned that they condition. They
condition the conditioned. That is why the word
‘conditioner’ is used.
And why monks do you say, ‘consciousness’? One is
conscious, monks. Therefore the word ‘consciousness’ is
used. Conscious of what? Of (flavours) sour or bitter;
acrid or sweet; alkaline or non-alkaline; saline or nonsaline.
One is conscious, monks. That is why the word
consciousness is used.”
“Dan mengapa, para bhikkhu kalian menyebutnya ini tubuh? Satu yang terpengaruh, para bhikkhu. Itulah sebabnya mengapa kata ‘tubuh’ ini digunakan. Terpengaruh oleh apa? Terpengaruh oleh sentuhan akan dingin, panas, lapar, haus, nyamuk, angin, sengat matahari dan ular. Inilah yang terpengaruh, para bhikkhu. Itulah sebabnya disebut sebagai ‘tubuh.’
Dan mengapa, para bhikkhu, kalian menyebutnya ‘perasaan’? yang merasakan, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata ‘perasaan’ digunakan. Merasakan apa? Merasakan kenikmatan dan kesakitan; perasaan yang netral. Perasaan, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata perasaan digunakan.
Dan mengapa, para bhikkhu kalian menyebutnya ‘kesan’? hal yang dicerap, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata ‘kesan’ digunakan. Mencerap apa? Mencerap (warna) biru, hijau, kuning, merah, atau putih. Mencerap, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata ‘kesan’ digunakan.
Dan mengapa, para bhikkhu, kalian menyebutkan ‘pengondisi’(sañkhāra)? Karena hal tersebut adalah pengondisi dari kondisi. Itu sababnya, para bhikkhu, kata ‘pengondisi’ digunakan. Dan kondisi apa yang mengondisikan? Tubuh sebagai pengondisi dari kondisi tubuh. Perasaan sebagai pengondisi dari kondisi perasaan. Kesan sebagai pengondisi dari kondisi kesan. Pengondisi sebagai pengondisi dari kondisi. Kesadaran sebagai pengondisi dari kondisi kesadaran. Semua hal itu adalah sebagai pengondisi dari suatu kondisi. Itulah sebabnya kata ‘pengondisi’ digunakan.
Dan mengapa para bhikkhu kalian menyebutkan, ‘kesadaran’? sadar akan sesuatu, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata ‘kesadaran’ digunakan. Sadar akan apa? Akan (rasa dilidah) asam atau pahit, manis, asin, dan hambar. Inilah kesadaran, para bhikkhu. Itulah sebabnya kata ‘kesadaran’ digunakan. ”
comment please