Menurut yang pernah saya baca, kisah Upagupta Thera dan Dewa Mara masih ada kelanjutannya. Pada saat Upagupta Thera meminta Mara untuk mengubah diri menjadi wujud Buddha Gotama lengkap dengan 32 tanda-tanda keagungan Buddha, pada saat itu Mara mengajukan 1 syarat yaitu: "mohon tidak bernamaskara kepada Mara yang sedang dalam wujud Buddha Gotama." (Mara ini adalah Mara yang mengganggu Bodhisatta Gotama pada saat berjuang mencapai ke-Buddha-an, bahkan setelah menjadi Buddha pun Mara masih mengganggu. Oleh karena itu Mara mengetahui wujud fisik Buddha Gotama).
Upagupta Thera pun menyetujui syarat yang diajukan oleh Mara. Maka kemudian Mara menggunakan kesaktiannya untuk mengubah wujud dirinya menyerupai Buddha Gotama (kalau tidak salah, juga beserta siswa-siswi utama). Setelah mengamati wujud fisik Buddha Gotama, maka Upagupta Thera pun bernamaskara di hadapan Mara yang sedang dalam wujud Buddha Gotama.
Seketika itu juga Mara mengubah dirinya ke wujud asal. Ia kecewa kepada Upagupta Thera karena mengingkari janjinya untuk tidak bernamaskara. Mara sungguh tidak berani untuk menerima sujud seorang arahat. Oleh karena itu Mara menegur Upagupta Thera mengapa sang thera mengingkari janjinya.
Upagupta Thera menjawab bahwa dirinya sama sekali tidak bernamaskara kepada Mara, melainkan bernamaskara kepada Buddha. Maksudnya adalah bukan fisik Buddha lah yang dihormati, melainkan ke-Buddha-an yang dihormati.
Cerita inilah yang kemudian menginspirasi kita semua bahwa pada saat bernamaskara di hadapan Buddha rupang, sesungguhnya kita bernamaskara kepada ke-Buddha-an (bukan patung / gambar). Sama seperti Upagupta Thera yang bernamaskara kepada ke-Buddha-an (bukan Mara yang berwujud Buddha Gotama).