Saya menangkap beberapa pengertian namun masih bingung apakah itu tepat artinya, bisa bantu paparkan bro Forte, guna menyamakan persepsi...
dari cerita sis di atas, ada beberapa statement menarik :
- nasib orang yang dianiaya
- pengalaman kerja rodi itu menyakitkan
tapi apakah benar sist dianiaya ? apakah benar sist dipaksa kerja rodi ?
yang terjadi adalah : sist membiarkan sist dianiaya dan dipaksa kerja rodi.
jika pada awalnya sist bisa berpikiran "susah2 sekolah, ijazah koq ditahan", kenap tidak berpikiran juga "susah2 sekolah, gaji gak dibayar" ?
intinya dari quote itu, harus ada balance dalam tindakan :
- menjatuhkan orang lain dengan pentingnya kita bisa dikatakan perbuatan yang terlalu keji, egois, dan jahat
- di sisi lain, membiarkan orang lain menjatuhkan kita, bisa dikatakan perbuatan yang terlalu bak, naif dan bodoh.
Dalam Buddhisme pun diajarkan sesuatu yang berlebihan atau sesuatu yang terlalu itu tidak baik.
Dan mengenai memaafkan, kalau misal yang "salah" adalah sist, karena membiarkan diri dianiaya, dan dipaksa kerja rodi. kenapa sist tidak mau memaafkan diri sendiri dan dirinya ? Perlukah memupuk "dendam" ini dalam jangka waktu lama ? Dan inginnya berapa lama ? Dan yang paling penting apa ? Dendam itu sebenarnya menggerogoti sist sendiri, ibarat sist memegang bara api di tangan yang terbakar adalah sist sendiri dulu sebelum bara api itu dilempar
Solusi : Angkat telepon, katakan dengan jelas, saya komplen koq gaji gak dibayar. Jadi bagaimana berencana bayar gak situ ? Kalau mau bahas soal bayaran gaji.. ya bagus.. dibicarakan baik2.. Jika tidak, ya udah saya mengikhlaskan. Kalau mau minta maaf, gak perlu saya sudah memaafkan. Percayalah ini lebih membuat sist plooong daripada diem2an tanpa angkat telepon
Dan capek lho sebenarnya memendam masalah terlalu lama.. Saya secara pribadi, kalau tengkar ama orang, gak pernah mau lebih dari 1 hari. Capek hati dan capek pikiran. Wasting time untuk hal2 yang kurang berguna jika diterusin lama2