Seorang wanita sembuh dari penyakit askites
Sebelum Kammatthanacariya (Guru Meditasi) U Nandiya mendirikan Yeiktha (pusat latihan Meditasi) di desa Taw Gu, ia tinggal di padepokan Mahasatipatthana, di kota Kok Karait mengajar meditasi Vipassana.
Sekitar tahun 1963 ada seorang wanita yang bernama Daw Kyawk Khin di kota itu, yang menderita penyakit askites (yaitu perut bengkak karena akumulasi cairan yang bisa disebabkan oleh penyakit), sehingga ia terlihat seperti hamil. Ia telah pergi melakukan medical check up dan dokternya mengatakan, “Kita harus mengoperasinya. Biayanya kira2 seribu kyat. Tetapi apakah akan sembuh atau tidak, kami tidak bertanggung jawab.”
Karena ketakutan, ia tidak mau melakukan operasi. Tetapi berkat dorongan dan tekanan dari sanak keluarganya untuk berlatih meditasi Vipassana, ia tiba di Yeiktha, walaupun bertentangan dengan keinginannya.
“Ada hantu2 galak dan setan2 ganas di dalam Yeiktha itu! Dan mereka bisa menakutkanmu sehingga nyalimu ciut!” begitulah isu yang beredar dan Daw Kyawk Khin, juga sudah mengetahui isu itu dengan baik. Tidak mengherankan kalau ia tidak mau datang! Tetapi karena ia tidak mempunyai pilihan, juga karena tekanan dan dorongan semangat dari sanak keluarganya, ia akhirnya tiba di Yeiktha.
Setelah ia tiba, Sayadaw U Nandiya memberikan petunjuk2 untuk bermeditasi dengan posisi berbaring, posisi yang sangat cocok dengan kondisinya. Sewaktu mencatat fenomena yang muncul dengan penuh perhatian, badannya terasa bertambah berat, sampai akhirnya tidak bisa digerakkan. Setelah itu, karena beranggapan bahwa ia telah dikuasai oleh hantu galak, ia kehilangan konsentrasinya.
“Saya telah dikuasai hantu galak! Saya akan mati! Kamu semua telah datang untuk membunuh saya, hah! Saya tidak akan tinggal lebih lama lagi! Antar saya kembali ….” Ia menangis dengan histeris, dalam ketakutannya ia berusaha untuk berdiri. Dengan perasaan marah kepada orang2 yang telah mengirim ia ke Yeiktha, ia mulai mencaci maki mereka dalam berbagai cara.
“Jangan pergi dakamagyi, (istilah sopan yang dipakai oleh Bhikkhu-Bhikkhu untuk memanggil seorang wanita yang memberi kebutuhan kepada Bhikkhu-Bhikkhu atau donatur). Janganlah marah2. mintalah maaf untuk apa yang telah kamu katakan, yang tanpa sadar tentunya. Tahukah bahwa kamu sangat beruntung dapat datang dan bertemu saya. Dan saya menganggap situasi ini atas dasar kerukunan saudara dan saudari. Jika kamu tidak mau berbaring, ya jangan. Dengarlah apa yang akan saya katakan. Jika kamu benar2 tidak mau untuk berbaring, di sini saya akan menjelaskannya. Jadi, kamu boleh berjalan di sana untuk sementara waktu, kan? Jika merasa berat, catat dalam hati, “Berat, berat” dan jika kamu merasa enteng, catat juga dalam hati, “Enteng, enteng.”
Teruskanlah mencatat dalam hati, satu atau dua jam, selama mungkin sesuai kesanggupanmu, dan jika kamu tidak bisa jalan lagi, berdiri saja dan catatlah dalam hati untuk beberapa waktu. Jika kamu merasa berat, catatlah dalam hati, “Berat, berat”, dan jika engkau merasa enteng, catatlah “Enteng, enteng”. Terus perhatikan selama mungkin sesuai kesanggupanmu. Setelah itu jika kamu tidak sanggup untuk berdiri lagi, duduklah di tepi tempat tidurmu dan perhatikan untuk sementara. Sewaktu merasa berat, perhatikan, “Berat, berat”, dan sewaktu enteng, perhatikan, “Enteng, enteng”, perhatikan selama mungkin sesuai dengan kesanggupanmu. Dan kalau kamu tidak sanggup untuk duduk lagi, berbaringlah dengan perlahan-lahan di tempat tidur, dan jika merasa berat, perhatikan, “Berat, berat.” Jika merasa enteng, catatlah, “Enteng, enteng.” Teruskan konsentrasi, hanya begitu saja. Jika kamu tertidur, biarkan saja!
Jika kamu berbaring, janganlah takut kepada apapun! Saya akan mengirim metta (keadaan mental penuh cinta kasih yang ditujukan untuk kebahagiaan semua makhluk, yang sama sekali terbebas dari kepentingan pribadi) dan berjaga-jaga ….” Sayadaw membujuk dan menyuruhnya untuk terus berkonsentrasi.
Karena diberikan petunjuk untuk melakukan keempat posisi itu dengan cara bijaksana, si dakamagyi/donatur, yang takut untuk berbaring, akhirnya menerima posisi berbaring karena ia tidak sanggup lagi untuk berkonsentrasi dalam tiga posisi lainnya. Bersamaan dengan hasratnya untuk tidur, seluruh tubuhnya menjadi berat dan tidak dapat digerakkan dan ia agak tenang penuh perhatian. Tetapi ia tidak tertidur. Demikianlah sewaktu mencatat dalam hati dengan penuh perhatian selama tiga jam, seluruh badannya menjadi enteng. Perutnya yang kembung juga menjadi kempes dan kembali ke kondisi normalnya. Setelah bangkit dari tempat tidurnya, ia melaporkan hal itu dengan gembira kepada Sayadaw.
“Saya takjub, Bhante. Benar-benar takjub! Seluruh tubuh saya menjadi begitu enteng, Bhante! Perut saya juga telah kempes, Bhante!”