memang demikian,tergantung situasi dan kondisi
1.apabila audience datang bukan karena inisiatif sendiri....bisa saja perhatian ke pembicara kurang..
contoh teman gw yg pertama kali datang ceramah sepanjang hidupnya...awalnya berkata "pasti gw tertidur"
mana tahu waktu dengar bhante Uttamo ceramah langsung segar, karena ada joke nya..
2.apabila datang dengan inisiatif yg kurang + pengetahuan dhamma kurang juga...
contoh waktu bhante Aggadipo ceramah, joke juga ada tetapi agak kurang.....yah serius tapi santai.
mesti pakai perumpaan-perumpaan yg agak lucu dan langsung di mengerti.
3.apabila datang dgn inisiatif sendiri yg tinggi + pengetahuan dhamma yg bagus...
contoh seperti penceramah AjahnChah....
Benar tuhh bro marcedes,
Siapakah pendengar anda ?
umur : anak2, remaja, dewasa, tua
pendidikan : sd, smp, sma, s1, s2, s3
gender : laki2, perempuan
kekayaan : miskin, cukup makan, kaya, amat kaya, terlalu kaya
status : single, pacaran, putus pacar, kawin, dadu, janda, beristeri banyak, cerai, dst
pengetahuan dhamma : zero, baru belajar, sedang, mahir
populitas : minim, sedang, amat popular
kebijaksanaan : minim, sedang, tinggi
bidang yg ditekunin : fashion, mesin, keuangan, design graphic, dst...
jabatan : menteri, president, bos, raja, anak, bapak, isteri, nenek, kakek, dst.
tingkat kebikuan : org awan, samanera/ri, bhiku/bhikuni, tera, maha tera
Bayangkan dengan kombinasi yg begitu banyak, bila anda sebagai pembicara....
bagaimana dapat MEMUASKAN semua orang ? Ya gw rasa sistem gado2 campur2lah
yg cukup efektif untuk semua lapisan.
Jadi menurut pengalaman bro marcedes, penggunakan jokes dalam ceramah itu sering ya....