//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako  (Read 22005 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #45 on: 31 August 2011, 04:00:59 PM »
post anda di atas nggak nyambung.
yg dipermasalahkan om sumedho itu mengenai definisi jhana 1 yg menurut komentar.
kata komentar jhana 1 itu ngeblok, artinya gak bisa ngapa2in lain selama berada dalam jhana, seluruh indera "tidak berfungsi", sehingga gak bisa ber-sati-ria selama berada dalam jhana. padahal jelas2 dalam sutta2 lain hal itu bisa.
gitu om.


Yang saya tanggapi adalah kata teknik bukan definisi jhana.
Kutipan yang saya kutip jelas tidak ada berhubungan dengan definisi jhana??

Quote
jadi kalo om sumedho bilang "kualitas mental", itu bukan komentar.
itu jelas2 dikatakan sutta, langsung dari sutta, bukan komentar.

Tetap saja merupakan komentar karena di dalam sutta yang lain samatha juga bisa diinterpretasikan sebagai cara (lihat post ane sebelumnya di atas)
Saya tidak menyalahkan komentar sumedho tentang "kualitas batin". Kualitas tidak timbul begitu saja tetapi melewati suatu proses, proses melibatkan cara/teknik. Teknik = proses, kualitas = hasil dari proses.

Quote
"When tranquillity is developed, what purpose does it serve? The mind is developed. And when the mind is developed, what purpose does it serve? Passion is abandoned.

"When insight is developed, what purpose does it serve? Discernment is developed. And when discernment is developed, what purpose does it serve? Ignorance is abandoned.

Perhatikan kata developed di atas. Berkembang tentu tidak berkembang begitu saja tetapi melewati "cara".
Jadi samatha dalam hal ini melibatkan cara dan hasil, jalan dan buah.
yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #46 on: 31 August 2011, 04:18:37 PM »
kata komentar jhana 1 itu ngeblok, artinya gak bisa ngapa2in lain selama berada dalam jhana, seluruh indera "tidak berfungsi", sehingga gak bisa ber-sati-ria selama berada dalam jhana. padahal jelas2 dalam sutta2 lain hal itu bisa.
gitu om.


Saya tidak pernah ingat membaca pada commy (jalan kesucian) bahwa jhana 1 ngeblok dalam artian indra tidak berfungsi, yang saya mengerti bahwa dalam jhana 1 indera masih berfungsi, dan tetap ada sati dalam jhana (tanpa sati gimana bisa jhana?) Hanya saja dikarenakan keterpusatan pada obyek meditasi maka pengamatan fenomena tidak dimungkinkan, bukan karena tertutupnya indera (dalam kasus jhana 1).

Btw, apakah menurut anda seseorang dapat mengamati fenomena dalam keadaan jhana (1 misalnya)? Apakah ada sutta yang mengatakan demikian (kalo ada tolong infonya)?
yaa... gitu deh

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #47 on: 31 August 2011, 09:57:49 PM »
om hendrako, sori nih, saya mengundurkan diri dari diskusi.
silakan diteruskan dengan yg lain.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #48 on: 31 August 2011, 10:56:55 PM »
om hendrako, sori nih, saya mengundurkan diri dari diskusi.
silakan diteruskan dengan yg lain.




Ok om morpheus, no problem.
Tapi kalo bisa, tolong jawab dulu dong pertanyaan ane yang terakhir, kalo sutta-nya ada tentu sangat membantu, thanks sebelumnya.

Quote
Btw, apakah menurut anda seseorang dapat mengamati fenomena dalam keadaan jhana (1 misalnya)? Apakah ada sutta yang mengatakan demikian (kalo ada tolong infonya)?

yaa... gitu deh

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #49 on: 31 August 2011, 11:48:49 PM »
Btw, apakah menurut anda seseorang dapat mengamati fenomena dalam keadaan jhana (1 misalnya)? Apakah ada sutta yang mengatakan demikian (kalo ada tolong infonya)?
dari om medho di atas, apakah ini bisa termasuk kriteria anda?

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
...
"And what, monks, is right concentration? (i) There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. (ii) With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of concentration, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. (iii) With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' (iv) With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This, monks, is called right concentration."

owe mundur sekarang, silakan diteruskan...

ps: ternyata pernah ada thread menarik lainnya yg mungkin berkaitan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19305.0
« Last Edit: 31 August 2011, 11:54:29 PM by morpheus »
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #50 on: 01 September 2011, 11:53:43 AM »
dari om medho di atas, apakah ini bisa termasuk kriteria anda?

http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
...
"And what, monks, is right concentration? (i) There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful (mental) qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. (ii) With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of concentration, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. (iii) With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' (iv) With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This, monks, is called right concentration."


Sangat jelas bahwa kutipan diatas tentang konsentrasi benar, Jhana, bukan vipassana. Tidak ada indikasi yang menunjukkan bahwa di dalam jhana ada pengamatan fenomena menuju pada kebijaksanaan.


ps: ternyata pernah ada thread menarik lainnya yg mungkin berkaitan:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19305.0


Mungkin jawaban pada thread tsb ada di dalam link sutta yang om medho kutipkan, bahwa jhana memang termasuk pembebasan, yaitu pembebasan pikiran, sementara panna adalah pembebasan melalui kebijaksanaan.

Quote
Vijja-bhagiya Sutta ( AN 2.32) Samatha and Vipassana

32. Bhikkhus, these two things have a share in supreme knowledge. Which two? Tranquility ( Samatha)  and Insight ( Vipassana) .

“Bhikkhus, if Samatha ( tranquility) is developed, what result/ benefit does it bring? The mind becomes developed ( cittam bhavitam) . What is the result of a developed mind? Whatever passion is abandoned (yo  rago so pahiyat) .

“Bhikkhus, if Vipassana ( insight)  is developed, what result/ benefit does it bring ? Wisdom becomes developed ( panna bhaviyati) . What is the benefit of developed wisdom? Whatever ignorance is abandoned ( ya avijja sa pahiyati) .

“Defiled by passion ( raga) , the mind is not freed. Defiled by ignorance, wisdom  does not develop.

 Thus,  bhikkhus, with the fading of passion there is cetovimutti  (liberation of the heart or liberation of mind or awareness-release).   With the fading of ignorance there is pannavimutti (liberation of wisdom or liberation in wisdom ). sumber: http://www.buddhagautama.com/apps/blog/show/6162522-vijja-bhagiya-sutta-an-2-32-samatha-and-vipassana

Hmm... terjemahan di atas (B. Bodhi?) rada beda penggunaan kata_nya dengan accesstoinsight (B. Thanissaro), diantaranya bukan 2 qualities, tapi 2 things. Mana yang lebih pas dengan pali-nya?

Versi di atas keknya adalah versi yang diterjemahkan oleh wisma Sambodhi:

Quote
14. Ketenangan dan Pandangan Terang

Ada dua hal, O para bhikkhu, yang merupakan bagian dari pengetahuan tertinggi.3 Apakah dua hal itu? Ketenangan dan pandangan terang.4

Jika ketenangan dikembangkan, manfaat apa yang dihasilkannya? Pikiran menjadi berkembang. Dan apakah manfaat dari pikiran yang berkembang? Semua nafsu ditinggalkan.5

Jika pandangan terang dikembangkan, manfaat apa yang diperoleh? Kebijaksanaan menjadi berkembang, Dan apa manfaat dari kebijaksanaan yang berkembang? Semua kebodohan ditinggalkan.6

Pikiran yang dikotori oleh nafsu tidak terbebas; dan kebijaksanaan yang dikotori oleh kebodohan tidak dapat berkembang. Karena itu, para bhikkhu, melalui pudarnya nafsu terdapat pembebasan pikiran; dan melalui pudarnya kebodohan terdapat pembebasan oleh kebijaksanaan.7
(II, iii, 10) sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/duka/
yaa... gitu deh

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #51 on: 03 September 2011, 10:20:25 AM »
waduh, kelewatan nih…

Nah, kalau soal satipatthana merupakan landasan jhana kan sudah saya kasih rujukannya bro hen, utk yg menurut bro bisa kebalikannya, ada rujukannya ta'?

soal yg samatha&vipassana, yah susah kalau framework nya sudah menganggap itu adalah sebuah tehnik meditasi. let say kita kupas

samatha bhavana -> pengembanagan samatha
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana

sampai situ sih kekna masih ok, tapi ketika di lanjutkan lagi definisi dari commy2 belakangan

samatha bhavana -> pengembangan samatha -> utk mencapai jhana
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana -> utk pencerahan

nah terlihat perbedaannya dengan sutta. dikatakan syarat dari jhana adalah samatha+vipassana loh. dan samatha itu hal yg berbeda dengan jhana.

soal commy penjelasan sutta yah, anggap saja ada sebuah teks, lalu diucapkan ke orang lain, lalu orang lain lagi mengucapkan lagi, dst… ketika sudah 10 kali, coba dibandingkan dengan aslinya… biasanya ada perubahan2, meskipun mencoba utk menjelaskan tapi yah pergeseran bisa saja terjadi. maka itu menurut saya lebih baik kembali ke sumbernya dari si tukang bikin commy aja. lebih aman kan? lagi pula 10 commy, jg ada 10 jenis variasi karena pergeserannya. Yg populer yg menang dan lebih dikenal

soal definisi jhana ngeblok yah silahkan saja baca tentang tehnik pa auk sayadaw yg rely heavily sama visudhimagga

soal jhana yg bisa mengamati, kekna banyak. bahkan utk mengamati dengan "clear" itu perlu jhana

ini salah satunya

Quote from: MN 111: Anupada Sutta
“Dan kondisi-kondisi dalam jhāna pertama – awal pikiran, kelangsungan pikiran, kegembiraan, kenikmatan, dan keterpusatan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran; semangat, ketetapan, kegigihan, perhatian, keseimbangan, dan pengamatan – kondisi-kondisi ini dikenali olehnya satu demi satu pada saat munculnya;  dikenali olehnya kondisi-kondisi itu muncul, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu berlangsung, dikenali olehnya kondisi-kondisi itu lenyap. Ia memahami sebagai berikut: ‘Demikianlah sesungguhnya, kondisi-kondisi ini, dari tidak ada, menjadi ada; dari ada, menjadi lenyap.’ Sehubungan dengan kondisi-kondisi itu, ia berdiam tanpa tertarik, tanpa menolak, tanpa bergantung, terlepas, bebas, terputus, dengan pikiran bebas dari penghalang.  Ia memahami: ‘Ada jalan membebaskan diri melampaui ini,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, ia menegaskan bahwa itu ada.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #52 on: 04 September 2011, 08:28:39 AM »
DN1 brahmajalasutta

3.23. [Pandangan salah 61] ‘Yang lain berkata kepadanya: “Tuan, ada diri seperti yang engkau katakan. Tetapi itu bukanlah di mana diri mencapai Nibbàna tertinggi di sini dan saat ini.
Mengapa demikian? Karena dengan adanya kebahagiaan, maka ada kegirangan batin, dan kondisi itu dianggap kasar. Tetapi ketika diri ini, dengan meluruhnya kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan,73 penuh perhatian dan sadar dengan jelas,74 dalam tubuhnya sendiri mengalami kegembiraan itu, yang karenanya Para Mulia mengatakan: ‘Berbahagialah ia yang berdiam dalam keseimbangan dan perhatian’, dan dengan demikian memasuki dan berdiam dalam jhàna ke tiga, itulah saatnya diri mencapai Nibbàna tertinggi di sini dan saat ini.”’

DN 2 samanaphala sutta

79. ‘Kemudian, seorang bhikkhu, dengan meluruhnya kegembiraan, tetap tidak terganggu, penuh perhatian dan berkesadaran jernih, dan mengalami dalam dirinya, kegembiraan yang oleh Para Mulia dikatakan: “Berbahagialah ia yang berdiam dalam keseimbangan dan perhatian murni,” dan ia memasuki dan berdiam dalam jhàna ke tiga. Dan dengan kegembiraan ini, yang hampa dari kegirangan, ia meliputi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tidak tersentuh.’
« Last Edit: 04 September 2011, 08:33:21 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #53 on: 04 September 2011, 10:12:28 AM »
menurut s dhammika :
 177.      Bagaimana melaksanakan Meditasi Kesadaran? Seperti sebelumnya, kita duduk dalam posisi yang nyaman, menutup mata, tangan di pangkuan, lalu melaksanakan meditasi kesadaran pada pernapasan sebentar, sekitar sepuluh menit. Lalu kita memilih salah satu dari Empat Dasar Kesadaran, Kesadaran pada Keadaan-mental adalah yang terbaik untuk memulai latihan kita. Setelah segala pikiran-pikiran memudar, kita semata-mata mengamati pikiran-pikiran yang timbul, menetap sebentar dan menghilang, tanpa beraksi padanya, Sang Buddha melukiskan latihan ini, sebagai berikut: "Lihatlah,pikiran-pikiran timbul; lihatlah, pikiran-pikiran menetap; lihatlah, pikiran-pikiran pergi" (vidita vitakka uppajjanti, vidita upatthahanti, vidita abbattham gacchanti).52 Kita hendaknya menjadi sebagai apa yang disebut oleh Sang Buddha "pengamat-lepas dari isi batin" (ajjhupekkhita).53 Bila tidak ada pikiran (untuk diperhatikan) yang muncul, maka kita kembali saja memperhatikan masuk-keluarnya napas. Sebaliknya juga, bila pikiran sangat kuat menggoda timbul, sehingga sangat sulit menghindar, maka sebaiknya kita juga kembali sebentar memperhatikan pernapasan. Latihan sebaiknya dilakukan sedikitnya satu jam setiap hari. Ada dua hal yang akan berkembang maju, seiring dengan kemajuan meditasi kita, yakni Kesadaran/kemawasan/kewaspadaan (sati), dan Keseimbangan (upekkha), dan bersamanya memberi kebahagiaan yang tenang dan santai. Keadaan ini disebut sebagai Jhana Ketiga dan dilukiskan oleh Sang Buddha sebagai berikut:



lengkapnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=6660.msg111606
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #54 on: 04 September 2011, 10:59:31 AM »
waduh, kelewatan nih…

Nah, kalau soal satipatthana merupakan landasan jhana kan sudah saya kasih rujukannya bro hen, utk yg menurut bro bisa kebalikannya, ada rujukannya ta'?

soal yg samatha&vipassana, yah susah kalau framework nya sudah menganggap itu adalah sebuah tehnik meditasi. let say kita kupas

samatha bhavana -> pengembanagan samatha
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana

sampai situ sih kekna masih ok, tapi ketika di lanjutkan lagi definisi dari commy2 belakangan

samatha bhavana -> pengembangan samatha -> utk mencapai jhana
vipassana bhavana -> pengembangan vipassana -> utk pencerahan

nah terlihat perbedaannya dengan sutta. dikatakan syarat dari jhana adalah samatha+vipassana loh. dan samatha itu hal yg berbeda dengan jhana.

soal commy penjelasan sutta yah, anggap saja ada sebuah teks, lalu diucapkan ke orang lain, lalu orang lain lagi mengucapkan lagi, dst… ketika sudah 10 kali, coba dibandingkan dengan aslinya… biasanya ada perubahan2, meskipun mencoba utk menjelaskan tapi yah pergeseran bisa saja terjadi. maka itu menurut saya lebih baik kembali ke sumbernya dari si tukang bikin commy aja. lebih aman kan? lagi pula 10 commy, jg ada 10 jenis variasi karena pergeserannya. Yg populer yg menang dan lebih dikenal

soal definisi jhana ngeblok yah silahkan saja baca tentang tehnik pa auk sayadaw yg rely heavily sama visudhimagga

soal jhana yg bisa mengamati, kekna banyak. bahkan utk mengamati dengan "clear" itu perlu jhana

ini salah satunya


Jhana sebagai landasan satipathana rujukannya sama dengan kutipan bro medho di Anupadassutta,
berikut saya lampirkan sutta selengkapnya,

Quote
ANUPADA SUTTA

Majjhima Nikaya, Anupada Vagga, Bab 111


1. Demikian yang saya dengar.

Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di Savatthi di Hutan Jeta.

Di sana Beliau berbicara kepada para bhikkhu demikian :

“Para bhikkhu."

“Bhante," jawab mereka.

Yang Terberkahi mengatakan hal ini:

2. "Para bhikkhu, Sariputta memang bijaksana;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang besar;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang luas;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang gembira;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang cepat;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang tajam;

Sariputta memiliki kebijaksanaan yang menembus.

Selama setengah bulan, para,bhikkhu, Sariputta telah memiliki pandangan terang ke dalam keadaan-keadaan satu demi satu ketika keadaan itu muncul.

Inilah pandangan terang Sariputta ke dalam keadaan-keadaan satu demi satu ketika muncul itu.

3. “Disini, para bhikkhu, sangat terpisah dari kesenangan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang dibarengi oleh pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari kesendirian.

4. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana pertama, pemikiran pemicu, pemikiran bertahan, kegiuran, kesenangan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul; dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian: 'Memang demikian, keadaan-keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap.'

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak-berhubungan, dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memaharni:

'Ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

5. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan berhentinya pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana kedua, yang memiliki keyakinan dan kemanunggalan-pikiran tanpa pemikiran pemicu dan pemikiran bertahan, dengan kegiuran dan kesenangan yang terlahir dari konsentrasi.

6. "Dan keadaan-keadaan didalam jhana kedua -keyakinan diri, kegiuran, kesenangan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang seimbangan, dan perhatian keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul ;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

7. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan juga melemahnya kegiuran, Sariputta berdiam di dalam ketenang-seimbangan.

Dan dengan waspada dan sepenuhnya sadar, masih merasakan kesenangan dengan tubuh, dia masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga, yang oleh para agung dinyatakan:

'Dia yang memiliki ketenang-seimbangan dan waspada berarti memiliki kediaman yang menyenangkan.'

8. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana ketiga -ketenangseimbangan, kesenangan, kewaspadaan, dan kesadaran yang penuh, dan kemanunggalan pikiran; kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian -keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

9. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan ditinggalkannya kesenangan dan penderitaan, dan dengan telah lenyapnya kegembiran serta kesedihan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam jhana keempat, yang memiliki bukan-penderitaan-pun-bukan-kesenangan dan kemurnian kewaspadaan yang disebabkan oleh ketenang-seimbangan.

10. "Dan keadaan-keadaan di dalam jhana keempat -ketenang-seimbangan, perasaan bukan-menyakit-pun-bukan menyenangkan, ketidak-khawatiran mental yang disebabkan karena ketenangan, kemurnian kewaspadaan, dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenangseimbangan, dan perhatian – keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

11 . "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan terlampauinya persepsi tentang bentuk secara total, dengan lenyapnya persepsi tentang pengaruh indera, dengan tanpa-perhatian pada persepsi keragaman, menyadari bahwa 'ruang adalah tak-terbatas,’ Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan ruang tak terbatas.

12. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan ruang terbatas -persepsi tentang landasan ruang tak-terbatas dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenangan seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

13. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan ruang tak-terbatas, menyadari bahwa 'kesadaran adalah tak-terbatas,' Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan kesadaran tak-terbatas.

14. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan kesadaran tak-terbatas -persepsi tentang landasan kesadaran tak-terbatas dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran;

semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang-seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

15. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan kesadaran tak-terbatas, menyadari bahwa 'tidak ada apa-apa,' Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan ketiadaan.

16. "Dan keadaan-keadaan di dalam landasan ketiadaan - persepsi tentang landasan ketiadaan dan kemanunggalan pikiran;

kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan pikiran; semangat, tekad, energi, kewaspadaan, ketenang seimbangan, dan perhatian - keadaan-keadaan ini telah didefinisikan olehnya satu demi satu ketika muncul;

dengan diketahui olehnya keadaan-keadaan itu muncul, dengan diketahui semua itu ada, dengan diketahui semua itu lenyap.

Dia memahami demikian:

‘Ada jalan keluar yang melampaui,’ dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

17. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan ketiadaan, Sariputta masuk dan berdiam di dalam landasan bukan-persepsi-pun-bukan- tanpa-persepsi.

18. "Dia keluar dengan waspada dari pencapaian itu.

Setelah melakukan hal ini, dia merenungkan keadaan-keadaan yang sudah berlalu, yang telah berhenti dan berubah, demikian 'Memang demikian, keadaan-keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap.'

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak-berhubungan dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memahami:

'Ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang ada.

19. "Sekali lagi, para bhikkhu, dengan sepenuhnya melampaui landasan bukan persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, Sariputta masuk dan berdiam di dalam berhentinya persepsi dan perasaan.

Dan noda-nodanya hancur karena dia melihat kebijaksanaan.

20. “Dia keluar dengan waspada dari pencapaian itu.

Setelah melakukan hal ini, dia mengingat keadaan-keadaan yang sudah berlalu, yang telah berhenti dan berubah, demikian:

'Memang demikian, keadaan keadaan ini, yang tadinya belum ada, lalu menjadi ada; setelah ada, mereka lenyap .’

Dengan memperhatikan keadaan-keadaan itu, dia berdiam tak-tertarik, tak-jijik, tak-bergantung, tak-melekat, bebas, tak berhubungan, dengan pikiran yang bebas dari penghalang.

Dia memahami:

'Tidak ada jalan keluar yang melampaui,' dan dengan pengembangan [pencapaian] itu, dia telah memastikan bahwa memang tidak ada.

21. "Para bhikkhu, merupakan pembicaraan yang benar, seandainya hal ini harus dikatakan tentang siapa pun:

'Dia telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam moralitas agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam konsentrasi agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam kebijaksanaan agung,

telah mencapai penguasaan dan kesempurnaan di dalam pembebasan agung,'

maka tentang Sariputta-lah pembicaraan yang benar itu seharusnya dikatakan.

22. "Para bhikkhu, merupakan pembicaraan yang benar, seandainya hal ini harus dikatakan tentang siapa pun:

"Dia adalah Putra dari Yang Terberkahi, yang terlahir dari dada Beliau, yang terlahir dari mulut Beliau, yang terlahir dari Dhamma, diciptakan oleh Dhamma, ahli waris di dalam Dhamma, bukan ahli waris di dalam benda-benda materi,' maka tentang Sariputtalah pembicaraan yang benar itu seharusnya dikatakan.

23. "Para bhikkhu, Roda Dhamma yang tiada bandingnya, yang telah diputar oleh Tathagata, masih terus diputar dengan benar oleh Sariputta."

Demikianlah yang dikatakan oleh Yang Terberkahi.

Para bhikkhu merasa puas dan bergembira di dalam kata-kata Yang Terberkahi.

Sutta yang mirip dan menjadi acuan saya pada diskusi adalah sbb:

Quote
181. Penghancuran Noda-noda

Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama, jhana kedua, jhana ketiga, jhana keempat; bergantung pada landasan dari ketidakterbatasan ruang, landasan dari ketidakterbatasan kesadaran, landasan dari ketiadaan, landasan dari bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi; bergantung pada berhentinya persepsi dan perasaan.13

Ketika dikatakan, "Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama," dengan alasan apa dikatakan demikian? Di sini, para bhikkhu, terpisah dari kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir karena keterpisahan ini. Apa pun keadaan yang termasuk di dalamnya terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak atau kesadaran: dia memandang keadaan-keadaan itu sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai borok, sebagai anak panah, sebagai kesedihan, sebagai penyebab penderitaan, sebagai sesuatu yang asing, sebagai sesuatu yang terpisah-pisah, sebagai sesuatu yang kosong, sebagai bukan-aku. 14 Setelah melihatnya demikian, kemudian pikirannya akan teralih dari keadaan-keadaan itu dan terpusat pada elemen-elemen tanpa-kematian: "Ini damai, ini amat indah: yaitu berhentinya segala bentukan, lepasnya semua perolehan, hancurnya nafsu, tanpa-nafsu, berhenti, Nibbana." 15 Jika dia mantap dalam hal ini, dia mencapai penghancuran noda-noda; tetapi jika dia tidak mencapai penghancuran noda-noda karena kemelekatannya pada Dhamma, dan kesenangannya pada Dhamma, maka dengan hancurnya lima penghalang yang rendah dia akan secara spontan terlahir kembali (di alam surga) dan di sana mencapai Nibbana, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Sama halnya, para bhikkhu, seorang pemanah atau muridnya yang berlatih dengan orang-orangan jerami atau seonggok tanah liat yang kemudian menjadi sasaran jarak jauh, seorang pembidik jitu yang bisa menjatuhkan sasaran yang besar, demikian pula halnya dengan seorang bhikkhu yang mencapai hancurnya noda-noda bergantung pada jhana pertama.16

(Perumusan yang sama diterapkan pada tiga jhana yang lain dan tiga pencapaian tanpa-bentuk yang lebih rendah, hanya saja di pencapaian tanpa-bentuk tidak ada pandangan akan keadaan-keadaan yang terdiri atas bentuk.)

Demikian, para bhikkhu, penembusan pada pengetahuan akhir terjadi sampai pada tahap adanya pencapaian dengan persepsi. Tetapi mengenai dua landasan ini - pencapaian landasan bukan-persepsi-pun-bukan-tanpa-persepsi, dan berhentinya persepsi dan perasaan - kukatakan bahwa keduanya ini harus dijunjung tinggi oleh para bhikkhu yang bermeditasi, yang terampil dalam pencapaian dan terampil keluar dari pencapaian itu, setelah mereka mencapainya dan keluar darinya.17

Pada bagian yang dibold biru diatas,coba bandingkan dengan Mahasatipathana sutta di DN,  sama atau beda?
Kalo menurut saya bagian yang dibold biru diatas identik dengan Mahasatipathana Sutta yang merupakan penjelasan rinci mengenai penjelasan singkat yang di bold biru di atas. Dan hal ini juga identik dengan yang dilakukan oleh B. Sariputta dalam Anupada sutta.

yaa... gitu deh

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #55 on: 04 September 2011, 11:16:15 AM »
Mari kita kupas satu persatu dengan Mahasatipathana sutta,

Quote
Ketika dikatakan, "Kunyatakan, O para bhikkhu, bahwa penghancuran noda-noda muncul bergantung pada jhana pertama," dengan alasan apa dikatakan demikian? Di sini, para bhikkhu, terpisah dari kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tak-bajik, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir karena keterpisahan ini. Apa pun keadaan yang termasuk di dalamnya terdiri dari bentuk, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan kehendak atau kesadaran: dia memandang keadaan-keadaan itu sebagai tidak kekal, sebagai penderitaan, sebagai penyakit, sebagai borok, sebagai anak panah, sebagai kesedihan, sebagai penyebab penderitaan, sebagai sesuatu yang asing, sebagai sesuatu yang terpisah-pisah, sebagai sesuatu yang kosong, sebagai bukan-aku. 14 Setelah melihatnya demikian, kemudian pikirannya akan teralih dari keadaan-keadaan itu dan terpusat pada elemen-elemen tanpa-kematian: "Ini damai, ini amat indah: yaitu berhentinya segala bentukan, lepasnya semua perolehan, hancurnya nafsu, tanpa-nafsu, berhenti, Nibbana." 15 Jika dia mantap dalam hal ini, dia mencapai penghancuran noda-noda; tetapi jika dia tidak mencapai penghancuran noda-noda karena kemelekatannya pada Dhamma, dan kesenangannya pada Dhamma, maka dengan hancurnya lima penghalang yang rendah dia akan secara spontan terlahir kembali (di alam surga) dan di sana mencapai Nibbana, tanpa pernah kembali dari alam itu.

Pertama-tama, prosesnya masuk ke dalam Jhana (1) (bold biru),
kemudian melakukan satipathana (bold kuning)

Quote
‘Apakah empat itu? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu618 berdiam merenungkan jasmani sebagai jasmani619, tekun, dengan kesadaran jernih dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia;620 ia berdiam merenungkan perasaan sebagai perasaan621 …; ia berdiam merenungkan pikiran sebagai pikiran;622 ia berdiam merenungkan objek-pikiran sebagai objek-pikiran,623 tekun, dengan kesadaran jernih dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia.’

Pada kutipan Mahasatipathana di atas, obyek perenungannya sama dengan yang dibold kuning dan dijelaskan dengan rinci, kemudian satipathana dilakukan setelah menyingkirkan keinginan dan belenggu dunia, ini berarti setelah masuk dalam kondisi jhana yang terpisah dari nafsu dan belenggu dunia.

Kemudian yang di bold putih dan coklat masih dalam ranah satipathana, yaitu perenungan dengan hubungannya pada 4 KM.

Quote
17. ‘Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu berdiam merenungkan objek-objek pikiran sehubungan dengan Empat Kebenaran Mulia. Bagaimanakah ia melakukannya? Di sini, seorang bhikkhu mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah asal-mula penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah lenyapnya penderitaan”; ia mengetahui sebagaimana adanya: “Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.”’

Bandingkan yang dibold ijo di atas dengan Mahasatipathana, keduanya identik dalam pencapaian minimal Anagami.

Quote
jika masih ada beberapa kekotoran tersisa, mencapai kondisi Yang-Tidak-Kembali.’

yaa... gitu deh

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #56 on: 04 September 2011, 08:51:28 PM »
uhmmm soal anupada sutta kan jelas2 lagi di jhana1 - ke jhana 2 - dst

atau bro bacanya jhana 1 - out utk vipassana - jhana 2 - out utk vipassana dst ?

kalau kita cross ref ke sutta2 lain (misalnya http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Suttakan jelas dikatakan bahwa samma samadhi (jhana) itu didahului oleh samma sati (satipatthana), bukan kebalikannya. nah plus dengan anupada sutta kan jelas juga bahwa dalam jhana tidak blocking dan the whole picturenya jelas.

kalau yg soal coklat yah, karena tidak blocking jhana nya sesuai dengan anupada sutta, yah kekna sih gitu deh ;d

makanya, soal framework cara pikirnya bisa jadi beda penafsirannya :D tapi coba aja bro di cross cek ke sutta2 lain, mungkin ada yg bisa di share atau bisa memperjelas soal "jhana - out - vipassana" itu buat saya. so far yg saya tangkep sih nda gitu
There is no place like 127.0.0.1

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #57 on: 04 September 2011, 09:13:44 PM »
aneh ya diskusi ini, pihak2 yg berbeda pendapat sama2 memakai kata "sangat jelas", "jelas dikatakan", dsb...
ternyata sutta pun bisa dianggap sangat jelas oleh yg satu, sangat kabur untuk yg lain hehehe...

ups... *balik ke panggung penonton*
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #58 on: 04 September 2011, 09:31:32 PM »
soal kacamata oom

*mo nonton juga, hayo gantian*….  *kek tag team aje*
There is no place like 127.0.0.1

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Samatha+Vipassana (A Honed and Heavy Ax) By Ajahn Chandako
« Reply #59 on: 05 September 2011, 06:37:23 AM »
aneh ya diskusi ini, pihak2 yg berbeda pendapat sama2 memakai kata "sangat jelas", "jelas dikatakan", dsb...
ternyata sutta pun bisa dianggap sangat jelas oleh yg satu, sangat kabur untuk yg lain hehehe...

ups... *balik ke panggung penonton*

beda pendapat itu sah2 saja, karena menurut pengalaman masing2 tidak sama.
yang penting tidak beda 'jalan dan cara' ajaran yang sudah dibabarkan Sammasambuddha
 _/\_
« Last Edit: 05 September 2011, 06:42:07 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

 

anything