DN1 brahmajalasutta
3.23. [Pandangan salah 61] ‘Yang lain berkata kepadanya: “Tuan, ada diri seperti yang engkau katakan. Tetapi itu bukanlah di mana diri mencapai Nibbàna tertinggi di sini dan saat ini.
Mengapa demikian? Karena dengan adanya kebahagiaan, maka ada kegirangan batin, dan kondisi itu dianggap kasar. Tetapi ketika diri ini, dengan meluruhnya kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan,73 penuh perhatian dan sadar dengan jelas,74 dalam tubuhnya sendiri mengalami kegembiraan itu, yang karenanya Para Mulia mengatakan: ‘Berbahagialah ia yang berdiam dalam keseimbangan dan perhatian’, dan dengan demikian memasuki dan berdiam dalam jhàna ke tiga, itulah saatnya diri mencapai Nibbàna tertinggi di sini dan saat ini.”’
DN 2 samanaphala sutta
79. ‘Kemudian, seorang bhikkhu, dengan meluruhnya kegembiraan, tetap tidak terganggu, penuh perhatian dan berkesadaran jernih, dan mengalami dalam dirinya, kegembiraan yang oleh Para Mulia dikatakan: “Berbahagialah ia yang berdiam dalam keseimbangan dan perhatian murni,” dan ia memasuki dan berdiam dalam jhàna ke tiga. Dan dengan kegembiraan ini, yang hampa dari kegirangan, ia meliputi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tidak tersentuh.’