Mohon maaf terlebih dahulu, ini hanya sekedar tebakan saya pribadi.
Melihat dari keterangan anda seperti teknik yang anda pelajari adalah vipasanna dengan jhana I sebagai landasan. Apakah hal ini benar?
Saya hanya bisa menggambarkan bahwa di dalam meditasi awalnya saya hanya memperhatikan nafas hingga merasa tenang, tenang dalam artian kondisi batin, jadi seringkali masih ada gerakan pikiran namun sudah tidak masalah lagi. Awalnya gerakan pikiran ini benar2 mengganggu, sampai pada suatu waktu pada saat membaca kotbah Ajahn Chah tentang monyet yang memang tidak bisa diam, dan di dalam kotbahnya yang lain yang menyatakan bahwa pikiran bergerak adalah memang sifat pikiran.
Pengertian di atas benar-benar sangat membantu, pada saat ada sedikit ketenangan namun tetap ada gerakan pikiran, kondisi batin menjadi tetap tenang karena tidak merasa terganggu oleh gerakan tersebut, kurang lebih dengan gigitan nyamuk yang tidak mengganggu batin karena keterpusatan pada obyek, ada rasa sakit tapi tidak mengganggu dan apabila ketenangan ini tetap langgeng, celoteh batin tersebut lambat laun menjadi berkurang.
Setelah merasa ketenangan cukup inilah biasanya dialihkan pada fenomena, baik batin maupun jasmani. Atau di lain waktu hanya mencoba memusatkan pikiran..... jadi tidak tentu dan masih tahap pemula banget dah.
Lebih tepatnya saya masih berlatih anapanasati (bisa samatha atau vipassana).
Yang jelas setiap sesi terasa tidak pernah sama, menginginkan kondisi yang sama dengan sebelumnya hanya membawa penderitaan.
Kadang terasa maju kadang mundur kadang stagnan.......anicca. Pokoknya.... (mengutip kata guru Chah)..."teruslah berlatih."
Note: Kata Parikamma "Buddho" sangat membantu saya di awal meditasi. Saya selalu mengawalinya dengan kata parikama ini, lamanya bervariasi tergantung kondisi batin pada saat itu, setelah terasa agak tenang baru kata ini dilepaskan dan hanya mengamati nafas.