IMO, tergantung sikon(situasi dan kondisi) dan landasan batin kita ketika menantang dengan sumpah, apabila untuk menyadarkan tanpa ada rasa benci , itu tidak masalah. Daripada kita langsung memberikan sanksi berupa hukuman nyata. Jika iya terkena hukum duniawi adalah juga karmanya, dan apabila dia tidak mengakui maka kelak kena hukum karma juga, dan apabila dia diingatkan tentang sumpah dan tidak menyadari konsekwensinya dan memilihnya untuk tetap berbohong maka itu pilihan karma dia juga (artinya kalau masih bohong berarti memang org itu sudah tidak ada akhlak yg baik) maka bukan berarti kita ingin dia lebih menderita, jadi dikembalikan kepada niat kita. Misal dengan kita tantang dengan sumpah, bisa jadi mengingatkan agar perilaku itu tidak diulang2 dan dia sadar, tetapi kalau dengan sadar dia mengambil konsekwensi yg kita sampaikan, maka itu bukan salah kita tetapi dia yg memilihnya sendiri.
Tetapi memang cara menantang sumpah tidak boleh diumbar sedemikian rupa, gunakan panna kita utk melihat seberapa jauh bandelnya org itu, misal dalam hal kebohongan jika dihubungkan dengan bisnis dan dunia kerja. Jadi ini hanya salah satu cara saja menyadarkan orang, diatas hukum masih ada hukum lagi. Jadi harus ada keseimbangan antara cinta kasih , kebijaksanaan dan ketegasan.