//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda  (Read 66917 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #75 on: 18 January 2011, 02:44:42 PM »
Bro Kainyn yang baik,

Pertama-tama saya bukan Guru Zen Tanzan yang minum sake tersebut, jadi saya tak tahu persis apa yang ada dalam pikiran Beliau. Tanzan ini juga Guru yang sama yang menggendong wanita menyebrangi sungai kalau saya tak salah ingat (maklum saya baca kisah Zen ini sudah lama sekali).

Saya hanya bisa menebak-nebak saja bahwa di Jepang, sake adalah hal yang terkait dengan tradisi setempat. Aslinya di China, bhiksu Chan khan minum teh.

Sake kalau dikonsumsi dalam jumlah kecil tak membuat mabuk. Mabuk sudah pasti nggak bisa konsentrasi pikiran. Ini mungkin yang ingin ditunjukkan Guru Zen Tanzan itu.

IMHO, hubungan seksual kemungkinan membuat konsentrasi pikiran buyar jauh lebih besar daripada minum sake. Gak tahu juga sih kalau ada yang bisa 'gak bocor'. Istilah 'miring' ini pernah saya dengar dalam diskusi mengenai Tantrayana. Tapi saya yakin dalam Tantrayana sekarang tidak ada lagi yang kayak gituan.

Sekali lagi, saya bukan Guru Zen Tanzan. Saya terpaksa menebak-nebak saja. Maafkan kalau saya ada kesalahan.

Tapi yang saya ingin tekankan adalah MINDFULNESS erat hubungannya dengan Sila dan Vinaya dalam tradisi Zen. Semua Sila dan Vinaya dibuat untuk mendukung Mindfulness dan bukan justru untuk memperlemah Mindfulness.
 
 _/\_

Menarik sekali pernyataan anda yang saya bold. Anda katakan mindfulness erat hubungannya dengan sila dan vinaya, tapi pernyataan ini kontradiktif dengan pendapat anda sendiri yang tidak memperdulikan Vinaya. (Bhiksu Zen hanya perlu menjalankan 5 sila. Sedangkan 5 sila tidak disebut vinaya).
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline dipasena

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.612
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
  • Sudah Meninggal
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #76 on: 18 January 2011, 02:54:05 PM »
Kalau di komik sih ada. Tapi saya setuju dengan guru itu (bukan dari sisi kekerasannya). Kisahnya si murid sedang berceramah tentang kekosongan, semua sunyata. Lalu kepalanya digetok dan murid itu marah ribut2. Gurunya tanya, "kalau semuanya kosong, terus marah itu asalnya dari mana?"

mengenai masalah di komik yg mengangkat crita ZEN teman sy orang nasrani pernah membaca komik tersebut dan bertanya, apa pantas seorang guru mengetok kepala murid nya ? image yg ada bahwa guru itu seharusnya tidak lah melakukan tindakan yg identik dengan kekerasan, walau memukul nya tidak keras/bukan bertujuan menyakiti atau apapun alasan, tetap saja image itu menjadi cacat...

klo ntar ada yg baca tulisan sy trus mengatakan, tujuan tulisan sy cm tuk berdebat, ya silakan saja ubah pandangan orang nasrani yg jumlah nya jutaan orang, baru bertindak sebagai pahlawan bertopeng.... sy rasa di kalangan umat buddha pun ada yg bertanya, kenapa harus mengetok kepala murid/memukul pundak ? yg nama nya memukul tetap lah identik dengan tindakan kekerasan. apapun alasan, tetap saja itu adalah memukul/mengetok...

nb. yg merasa ternodai oleh tulisan sy ga perlu mengomentari, silakan pm saja.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #77 on: 18 January 2011, 02:57:35 PM »
Bro Kainyn yang baik,

Pertama-tama saya bukan Guru Zen Tanzan yang minum sake tersebut, jadi saya tak tahu persis apa yang ada dalam pikiran Beliau. Tanzan ini juga Guru yang sama yang menggendong wanita menyebrangi sungai kalau saya tak salah ingat (maklum saya baca kisah Zen ini sudah lama sekali).

Saya hanya bisa menebak-nebak saja bahwa di Jepang, sake adalah hal yang terkait dengan tradisi setempat. Aslinya di China, bhiksu Chan khan minum teh.

Sake kalau dikonsumsi dalam jumlah kecil tak membuat mabuk. Mabuk sudah pasti nggak bisa konsentrasi pikiran. Ini mungkin yang ingin ditunjukkan Guru Zen Tanzan itu.

IMHO, hubungan seksual kemungkinan membuat konsentrasi pikiran buyar jauh lebih besar daripada minum sake. Gak tahu juga sih kalau ada yang bisa 'gak bocor'. Istilah 'miring' ini pernah saya dengar dalam diskusi mengenai Tantrayana. Tapi saya yakin dalam Tantrayana sekarang tidak ada lagi yang kayak gituan.

Sekali lagi, saya bukan Guru Zen Tanzan. Saya terpaksa menebak-nebak saja. Maafkan kalau saya ada kesalahan.

Tapi yang saya ingin tekankan adalah MINDFULNESS erat hubungannya dengan Sila dan Vinaya dalam tradisi Zen. Semua Sila dan Vinaya dibuat untuk mendukung Mindfulness dan bukan justru untuk memperlemah Mindfulness.
 
 _/\_
Baiklah, kalau begitu dari berhubungan seksual, saya ganti jadi mencuri dan background-nya di masyarakat Gypsy yang telah membudaya untuk curi-mencuri. Bagaimana tanggapan anda?

Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #78 on: 18 January 2011, 03:01:52 PM »
Menarik sekali pernyataan anda yang saya bold. Anda katakan mindfulness erat hubungannya dengan sila dan vinaya, tapi pernyataan ini kontradiktif dengan pendapat anda sendiri yang tidak memperdulikan Vinaya. (Bhiksu Zen hanya perlu menjalankan 5 sila. Sedangkan 5 sila tidak disebut vinaya).

Bro Fabian yang baik,

Mungkin selama ini Anda salah menangkap maksud saya dengan benar. Saya bisa pahami itu karena kita berbeda tradisi.
Kisah-kisah Zen itu nampaknya memang membuat orang menyimpulkan bahwa Zen tidak mempedulikan Vinaya, padahal maksudnya bukan demikian.

Adalah tidak mungkin tidak ada vinaya/sila sama sekali, ini adalah ekstremitas.
Namun bila vinaya/sila bersifat kaku dan tidak fleksibel, sehingga tak bisa mengikuti perkembangan zaman, juga ekstremitas.
Pada akhirnya adalah berusaha mencari jalan tengah, vinaya ada namun bisa berubah sesuai konteks zaman, dengan mempertimbangkan mindfulness. Kira-kira itu rumusannya, sepanjang yang saya tahu.

Ada juga sila yang tak berubah dalam Zen sejak zaman dulu.
Saya beri contoh: dalam pola makan yang dikaitkan sila pertama, Zen dari dulu sampai kini vegan (bagi bhiksunya) dan vegetarian (bagi praktisinya).

Yang sering berubah definisinya adalah sila kelima mengikuti perkembangan zaman.
Saya beri contoh: bila dulu hanya arak/sake/dsj sekarang termasuk rokok, ganja, morfin, ekstasi, dsj.

 _/\_
 

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #79 on: 18 January 2011, 03:04:17 PM »
Sake kalau dikonsumsi dalam jumlah kecil tak membuat mabuk. Mabuk sudah pasti nggak bisa konsentrasi pikiran. Ini mungkin yang ingin ditunjukkan Guru Zen Tanzan itu.

apakah sila ke-5 Zen berbunyi "saya bertekad untuk melatih diri menghindari minuman keras KECUALI dalam dosis kecil"?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #80 on: 18 January 2011, 03:07:56 PM »
Bro Fabian yang baik,

Mungkin selama ini Anda salah menangkap maksud saya dengan benar. Saya bisa pahami itu karena kita berbeda tradisi.
Kisah-kisah Zen itu nampaknya memang membuat orang menyimpulkan bahwa Zen tidak mempedulikan Vinaya, padahal maksudnya bukan demikian.

Adalah tidak mungkin tidak ada vinaya/sila sama sekali, ini adalah ekstremitas.
Namun bila vinaya/sila bersifat kaku dan tidak fleksibel, sehingga tak bisa mengikuti perkembangan zaman, juga ekstremitas.
Pada akhirnya adalah berusaha mencari jalan tengah, vinaya ada namun bisa berubah sesuai konteks zaman, dengan mempertimbangkan mindfulness. Kira-kira itu rumusannya, sepanjang yang saya tahu.

Ada juga sila yang tak berubah dalam Zen sejak zaman dulu.
Saya beri contoh: dalam pola makan yang dikaitkan sila pertama, Zen dari dulu sampai kini vegan (bagi bhiksunya) dan vegetarian (bagi praktisinya).

Yang sering berubah definisinya adalah sila kelima mengikuti perkembangan zaman.
Saya beri contoh: bila dulu hanya arak/sake/dsj sekarang termasuk rokok, ganja, morfin, ekstasi, dsj.

 _/\_
 

dalam Theravada, terdapat suatu renungan Dhamma, yg bunyinya kira2, "Dhamma telah sempurna dibabarkan ...", apakah ini juga ada dalam Zen? kalau ada kenapa Zen merasa perlu mengubah Dhamma Vinaya?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #81 on: 18 January 2011, 03:08:45 PM »
mengenai masalah di komik yg mengangkat crita ZEN teman sy orang nasrani pernah membaca komik tersebut dan bertanya, apa pantas seorang guru mengetok kepala murid nya ? image yg ada bahwa guru itu seharusnya tidak lah melakukan tindakan yg identik dengan kekerasan, walau memukul nya tidak keras/bukan bertujuan menyakiti atau apapun alasan, tetap saja image itu menjadi cacat...

klo ntar ada yg baca tulisan sy trus mengatakan, tujuan tulisan sy cm tuk berdebat, ya silakan saja ubah pandangan orang nasrani yg jumlah nya jutaan orang, baru bertindak sebagai pahlawan bertopeng.... sy rasa di kalangan umat buddha pun ada yg bertanya, kenapa harus mengetok kepala murid/memukul pundak ? yg nama nya memukul tetap lah identik dengan tindakan kekerasan. apapun alasan, tetap saja itu adalah memukul/mengetok...

nb. yg merasa ternodai oleh tulisan sy ga perlu mengomentari, silakan pm saja.
Kalau teman anda seorang nasrani, tentu tahu bahwa Rasul Paulus mengatakan, "karena engkau saudaraku, maka engkau kutampar", maksudnya jika melakukan kesalahan. Ini sebetulnya sama, maksudnya bukan pukulan yang berdasarkan kebencian, tetapi untuk mengajarkan. Memang sebaiknya ini dihindari karena kurang sopan, tapi kalau menurut saya masih bisa diterima karena tidak sampai terluka atau menyebabkan dendam, justru menyadarkan.


Offline sutarman

  • Teman
  • **
  • Posts: 68
  • Reputasi: 2
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #82 on: 18 January 2011, 03:17:03 PM »
Baiklah, kalau begitu dari berhubungan seksual, saya ganti jadi mencuri dan background-nya di masyarakat Gypsy yang telah membudaya untuk curi-mencuri. Bagaimana tanggapan anda?

Bro Kainyn yang baik,

Mungkin yang perlu dipikirkan adalah mengapa tidak mencuri termasuk sila? Menurut saya pribadi, karena ada rasa bersalah yang bisa mengganggu konsentrasi pikiran dalam meditasi. Celakanya ya kalau curi mencuri itu sudah jadi budaya suatu masyarakat sehingga rasa bersalah itu sudah hilang.

Sama seperti di Indonesia dimana korupsi (termasuk dalam mencuri) sudah menjadi budaya.

Jawaban saya mungkin terdengar sederhana, Zen sulit berkembang di dalam masyarakat seperti itu, karena masyarakat semacam itu MIND-nya secara mayoritas sudah ancur-ancuran. Perlu upaya ekstra keras mengubah MIND-SET masyarakat itu. Atau menunggu timimg yang tepat.

Saya tidak yakin, misalnya, masyarakat Indonesia terus korup. Saya yakin, suatu saat pasti tercipta masyarakat Indonesia yang relatif bersih dari korupsi. Perlu upaya perlu waktu.
 _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #83 on: 18 January 2011, 03:22:57 PM »
Bro Kainyn yang baik,

Mungkin yang perlu dipikirkan adalah mengapa tidak mencuri termasuk sila? Menurut saya pribadi, karena ada rasa bersalah yang bisa mengganggu konsentrasi pikiran dalam meditasi. Celakanya ya kalau curi mencuri itu sudah jadi budaya suatu masyarakat sehingga rasa bersalah itu sudah hilang.

Sama seperti di Indonesia dimana korupsi (termasuk dalam mencuri) sudah menjadi budaya.

Jawaban saya mungkin terdengar sederhana, Zen sulit berkembang di dalam masyarakat seperti itu, karena masyarakat semacam itu MIND-nya secara mayoritas sudah ancur-ancuran. Perlu upaya ekstra keras mengubah MIND-SET masyarakat itu. Atau menunggu timimg yang tepat.

Saya tidak yakin, misalnya, masyarakat Indonesia terus korup. Saya yakin, suatu saat pasti tercipta masyarakat Indonesia yang relatif bersih dari korupsi. Perlu upaya perlu waktu.
 _/\_
Jika demikian, apakah berarti Zen tidak cocok untuk diajarkan di masyarakat dengan mental jahat?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #84 on: 18 January 2011, 04:53:35 PM »
 [at]  Sutarman: menurut sy sih, melanggar sila tetaplah melanggar sila, terlepas dari mindfull ato tidaknya.

Jadi IMHO, katakan saja sebuah pelanggaran sebagai sebuah pelanggaran, daripada berbicara tentang fleksibilitas vinaya (yang kemungkinan besar akan rancu) :)
« Last Edit: 18 January 2011, 04:55:15 PM by Mayvise »

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #85 on: 18 January 2011, 05:30:31 PM »
 [at] bro sutarman, boleh tahu bro belajar ZEN dari siapa (maksudnya guru-nya) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #86 on: 18 January 2011, 05:58:59 PM »
[at]  Sutarman: menurut sy sih, melanggar sila tetaplah melanggar sila, terlepas dari mindfull ato tidaknya.

Jadi IMHO, katakan saja sebuah pelanggaran sebagai sebuah pelanggaran, daripada berbicara tentang fleksibilitas vinaya (yang kemungkinan besar akan rancu) :)
bantuin om sutarman, copy paste dari warung sebelah karena relevan:
Quote
pola pikir mahayanis:

peraturan dibikin dengan suatu alasan. dalam hal ini, alasan lebih penting ketimbang peraturannya. peraturan itu sesuatu yg mati, sedangkan hidup ini penuh dinamika. kalo suatu saat ditemukan alasan yg kuat (dengan kecerdasan dewasa tentunya), peraturan bisa saja mengalah.

peraturan itu sendiri bukanlah senjata paling dasyat. karena peraturan itu mati, maka lobang2nya masih bisa terus dipergunakan oleh manusia. contohnya: vinaya gak boleh pegang duit, emas dan perak. oooo, berarti pegang credit card dan rekening digital boleh dong... sila gak boleh minum yg memabukkan. ooo, kalo gitu rokok atau pil ekstasi boleh dong...

ini bukan guyon lho. melainkan sudah terjadi....

peraturan itu mati, namun alasan dan kecerdasan itu hidup.
bahkan Sang Buddha sendiri pernah berpesan, peraturan yg gak gitu penting boleh dihapuskan.
ps: ini hanya untuk mencoba melihat dari sudut pandang mahayana. dua2nya mungkin benar dari sudut pandang masing2.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #87 on: 18 January 2011, 07:59:05 PM »


Kayu pemukulnya bukan yg kecil, ringan dan tipis...
tapi besar n juga berat lhoooo

bro Triyana udah pernah nyoba di pukul kayu tsb ?
taukah berapa kali kena pukulnya dlm meditasi ZEN ?

Quote
latihan konsentrasi pikiran pada satu titik
menghasilkan aktualisasi diri dan pencerahan
maksudnya apa kalimat tsb diatas dlm meditasi ZEN ?
bagaimana mencapai pencerahan tsb ?  :)) :))
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #88 on: 18 January 2011, 08:28:29 PM »
Bro Fabian yang baik,

Mungkin selama ini Anda salah menangkap maksud saya dengan benar. Saya bisa pahami itu karena kita berbeda tradisi.
Kisah-kisah Zen itu nampaknya memang membuat orang menyimpulkan bahwa Zen tidak mempedulikan Vinaya, padahal maksudnya bukan demikian.

Adalah tidak mungkin tidak ada vinaya/sila sama sekali, ini adalah ekstremitas.

Namun bila vinaya/sila bersifat kaku dan tidak fleksibel, sehingga tak bisa mengikuti perkembangan zaman, juga ekstremitas.
Pada akhirnya adalah berusaha mencari jalan tengah, vinaya ada namun bisa berubah sesuai konteks zaman, dengan mempertimbangkan mindfulness
. Kira-kira itu rumusannya, sepanjang yang saya tahu.

Ada juga sila yang tak berubah dalam Zen sejak zaman dulu.
Saya beri contoh: dalam pola makan yang dikaitkan sila pertama, Zen dari dulu sampai kini vegan (bagi bhiksunya) dan vegetarian (bagi praktisinya).

Yang sering berubah definisinya adalah sila kelima mengikuti perkembangan zaman.
Saya beri contoh: bila dulu hanya arak/sake/dsj sekarang termasuk rokok, ganja, morfin, ekstasi, dsj.

 _/\_
 

yang tebal
IMO punya pandangan demikian penyebab Dhamma sejati lebih cepat dilupakan. 8)

 _/\_

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline kuswanto

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 399
  • Reputasi: 16
  • kematian bisa saja menghampiriku hari ini..
Re: Pertanyaan Kritis Mengenai ZEN Menurut Pandangan yang Berbeda
« Reply #89 on: 18 January 2011, 08:41:20 PM »
permisi numpang lewat sebentar, 
untuk meditasi zen yg menggunakan "xiang ban"[istilah untuk kayu gede itu >.<] untuk mengetuk pundak atau kepala murid yg sedang ngantuk atau tidak konsen dalam meditasi,  untuk saya pribadi rasa nya mungkin kurang nyaman.. malah jadi takut kali yah hehehe, tapi mungkin ada siswa2 buddha disini yang cocok atau malah membantu meditasi nya, ya gak tau deh, karena itu back 2 personel masing2.

tapi untuk mengusir rasa ngantuk, saya suka pakai cara yang pernah di ajarkan Buddha kepada Mogallana [ tapi saya gak tau rujukan sutta nya muup :(, soal nya gak di tulis di buku nya ] sedikit share aj yah....
kira2 seperti ini :
1. kalau lagi ngantuk.. segera sadar akan rasa kantuk tersebut, sadar akan pencerapan tersebut
2. kalau ms ngantuk, pusatkan pikiran pada dharma yang pernah kita pelajari
3. kalau ms ngantuk, lafalkan dharma dgn lantang, yang pernah di pelajari
4. kalau ms ngantuk, usap2 tubuh dengan telapak tangan dan kuping
5. kl ms ngantuk, bangun sebentar kemudian cuci muka dan pradaksina bentar [ di buku si di tulis mogallan disuruh memangdang sekeliling dan menatap langit]
6. kl ms ngantuk pusatkan pikiran pada pencerapan cahaya terang, dan pikiran akan selalu membayangkan cahaya siang hari
7. kl ms ngantuk berbaringlah sengan "sikap seekor singa" dengan badan  miring ke kanan, dan kaki kiri di atas kaki kanan

di buku tersebut penjelasan tiap2 cara dari 1 -7 panjang dah, jadi skali lagi maap saya singkat2.. nah kl saya sendiri biasa pakai cara 1,2,4,5,6 no 3 tidak bisa karena nanti ganggu orang sekitar hehehhe, no 7 gak tll ngerti posisi nya gimana.
tapi kl semua gagal saya ambil kesimpulan saya memang butuh tidur jadi saya segera istirahat ;D., krn saya biasa meditasi jem 9 malem keatas. ahahahhah

tapi point yang saya petik yaitu, ada kok beberapa cara lain untuk mengatasi rasa kantuk selain dgn pukulan, meskipun saya yakin ada bbrp siswa yang lebih cocok ke arah itu.. skali lagi ini pendapat pribadi saja  ^:)^ ^:)^ ^:)^

NB: point2 di atas itu saya singkat2 sendiri, so plizz jgn jadiin rujukan baku, dan di contek dari buku " Riwayat hidup Buddha Gotama" karangan Pandita.S.Widyadharma, cetakan tahun 1979 (buku jadul yah eheheheh)



terus berjuang para siswa Buddha...

 _/\_