Bro Kainyn yang baik,
Dalam meditasi Zen/Mindfulness diperlukan kejujuran hati (terkait dengan sila tidak berbohong). Korupsi secara langsung menghantam nilai KEJUJURAN ini.
Kita bisa saja membohongi semua orang mengenai kemajuan meditasi kita tapi kita tak bisa membohongi diri kita sendiri.
Contoh yang ekstrem diberikan oleh Johan3000 mengenai ‘Master’ Zen Hakuyu Taizan Maezumi yang ternyata suka berhubungan seks dan alkoholik. Maezumi lalu secara JUJUR mengakuinya walau berhadapan dengan resiko ditinggalkan sebagian besar muridnya.
(Arak/sake dan tradisi khas Jepang mengenai hubungan seks dalam kasus Hakuyu Taizan Maezumi ini menunjukkan bahwa dua tradisi lokal Jepang ini menjadi semacam batu sandungan dalam meditasi Zen/Mindfulness)
Karena tanpa kejujuran hati tak akan ada kemajuan dalam meditasi kita. Setidaknya Hakuyu Taizan Maezumi masih gentleman karena JUJUR mengakui tindakan bejatnya.
Sebenarnya semua sila saling kait mengkait. Misalnya, seperti yang saya jelaskan di sini, sila tidak mencuri - dalam hal kemajuan meditasi - terkait dengan sila tidak berbohong. Begitulah cara Zen memandang hubungan antar sila dalam Pancasila Buddhist.
Sekali lagi, semua sila itu untuk memperkuat Zen/ Meditasi Mindfulness.
Memang betul kejujuran pada diri sendiri adalah penting. Tetapi apakah hubungannya dengan penjagaan vinaya? Di sini saya lihat orang jujur bisa menjaga vinaya, bisa juga melanggar. Sebaliknya orang tidak jujur juga bisa menjaga vinaya, bisa juga melanggar.
Saya melihat orang jujur sekaligus menjaga vinaya adalah yang terbaik di antara 4 jenis itu.
Sila yang dilakukan dengan baik adalah semacam pondasi bagi kemajuan meditasi. Sila terkait dengan tindakan dan ucapan sedangkan meditasi Zen / Mindfulness terkait dengan pikiran sumber segala ucapan dan tindakan.
Sila ibarat memangkas rumput (tindakan dan ucapan yang buruk/jahat) agar tidak tumbuh tinggi, sedangkan meditasi Mindfulness/Zen ibarat mencabut rumput itu hingga ke akar (pikiran buruk/jahat).
Sekali lagi, Zen menunjuk langsung ke PIKIRAN. Sangat sederhana dan fleksibel (selentur/sefleksibel PIKIRAN manusia itu sendiri yang selalu BERUBAH dan berkembang mengikuti zaman).
Sederhana dan fleksibel, dua tradisi inilah yang membuat Zen berbeda dengan Theravada yang TERKESAN rumit/njelimet (contoh: Abhidhamma) dan kaku/ tak boleh berubah (contoh: 227 Vinaya).
Perumpamaan yang baik sekali. Saya mau tanya balik.
Seandainya seseorang tinggal dikelilingi rumput yang tinggi dan rimbun, banyak binatang berbahaya tersembunyi di balik rumput tersebut. Sekarang orang tersebut belum mampu mencabut akar, hanya mampu memangkasnya. Tetapi dia berpikir a la Zen bahwa memangkas tidak ada gunanya, lebih baik nanti saja kalau saya mampu mencabut, baru saya cabut sampai ke akarnya.
Sekarang saya mau tanya bro Sutarman, apakah dengan cara demikian, dia bisa melihat bahaya tersembunyi di balik rumput tinggi itu dan menghindarinya sebelum bahaya itu menyerang?
Selain perbedaan di Abhidhamma dan Vinaya dengan Theravada tersebut, Zen tetap memelihara sikap KRITIS dan SKEPTIS terhadap segala macam kitab suci termasuk Sutta/Sutra (seperti yang disarankan Buddha sendiri) dan di sisi lain Theravada skeptis dan kritis terhadap semua kitab suci agama/aliran lain KECUALI Sutta/Tipitaka itu sendiri.
Nah, ini menarik sekali. Bro Sutarman punya kesimpulan demikian berdasarkan apa? Pengamatan terhadap pribadi tertentu atau langsung pada ajarannya?
Zen adalah Buddha Dharma di luar kitab, kata, dan bahasa, yang ditransmisikan/ diturunkan dari PIKIRAN Buddha itu sendiri.
Ini hanyalah propaganda. Dalam semua aliran Buddha-dharma (dan sepertinya hampir semua aliran spiritual lain), yang ditransmisikan memang adalah pikiran. Namun pikiran tidak bisa begitu saja ditransmisikan tanpa media, maka digunakanlah kitab, kata, dan bahasa sebagai media. Menarik sekali sementara di zen ada istilah "jari menunjuk ke bulan" di mana jari adalah media dan bulan adalah kebenaran itu sendiri, sementara anda mengatakan tidak ada jari.
Zen berusaha membaui keharuman bunga PIKIRAN Buddha itu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata itu namun dapat dialami secara langsung dalam MEDITASI dan HIDUP itu sendiri.
Zen/Chan walau sederhana dan fleksibel namun sesungguhnya berusaha menjaga spirit/semangat dan ESENSI Buddha Dharma mengenai Sila (tindakan & ucapan), Samadhi (pikiran) dan Prajna (keterbebasan/ketidakmelekatan/non dualisme/jalan tengah).
Saya tahu bahwa tujuan dari Zen tetap adalah esensi Buddha-dharma. Saya hanya ingin membahas masalah manfaat dari sila/vinaya.