jika ditanyakan kpd anda, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas", apa jwb mu???
ika.
Segala posting dan diskusi di forum adalah hasil pemikiran intelektual ("think"). Saya tidak pernah menuliskan pengalaman (spiritual) saya ("feel") karena saya tidak bisa membuat orang lain mengerti yang saya rasakan, dan demikian juga orang lain terhadap saya.
Anda boleh saja anda ngaku sudah mencapai Jhana sekian, atau bahkan sudah jadi Arahat. Memangnya saya tahu? Tapi kalau tulisan anda tidak bermutu dan tidak dapat dicerna siapa pun, tetap bagi pembaca, anda hanya orang bodoh. Jadi sebetulnya pengalaman seseorang (yang entah benar atau hanya bualan), tidak ada artinya dalam diskusi tulisan. Jika hanya berkoar-koar "sudah merasakan", malah hanya terlihat sombong dan dungu. Lain halnya dengan diskusi jika bertemu langsung.
IMHO, sebagai moderator yang baik bukankah anda sdh seharusnya juga membantu "semua peserta" disini utk lbh membangun "semua potensi dirinya" ?
bukankah dgn cara berpikir anda pada tulisan itu cuma membatasi diri para peserta disini utk membangun yang satu dan "membunuh potensi diri" lainnya
ika.
Pertama, saya bukan moderator dalam board ini, jadi dalam topik ini saya adalah "peserta" seperti lainnya. Di samping itu, moderator pun bukanlah "guru" yang selalu lebih tahu dari "peserta diskusi", tetapi hanya mengarahkan jalannya diskusi agar sehat.
Ke dua, seperti saya bilang, apakah anda sudah mencapai Jhana sembilan atau bahkan Arahatta, memangnya ada hubungannya dengan perkembangan bathin orang lain?
Misalkan ada sekelompok orang membahas tentang makanan, mempelajari bahan-bahannya, cara mengolahnya dan penyajiannya, lalu tiba-tiba ada orang tertentu datang dan bertanya, "kalian di sini bicara karena sudah pernah makan atau belum?", kira-kira relevan atau tidak? Orang itu boleh sesumbar pernah makan semua jenis makanan, tapi kalau dia sendiri tidak bisa membuat orang lain merasakan hal yang sama, apa gunanya?
Jadi pertanyaan anda di awal, "to think atau to feel kah yang anda gunakan saat menuliskan postingan diatas" adalah sama dengan pertanyaan "sudah mencoba makanannya atau belum saat menuliskan resep". Hanya ada 2 kemungkinan orang menanyakan hal tersebut:
1. Dia tidak mengerti relevansi pengalaman pribadi subjektif dengan penulisan ide yang objektif.
2. Dia ingin mengatakan "saya sudah merasakannya" entah dengan tujuan menggurui, menyombongkan diri atau pun motif lainnya.
Bagaimana mungkin orang yang merasa lebih baik dari orang lain ini "dibimbing" dan "dibangun" potensinya?