//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - SUGI THEN

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 21
61
Theravada / Kisah Bhikkhu Pembangkit Tradisi Theravada di Nepal
« on: 18 April 2012, 12:11:15 AM »



"Y.M. Kumara kassapa Mahathera"


Buddhistzone.com | Kathmandu, Nepal – Suatu masa di Nepal, adalah hal yang ilegal untuk menjadi seorang bhikkhu. Anda dapat dimasukkan ke dalam penjara atau diasingkan ke luar negeri. Bhikkhu Kumar Kashyap (Kumarakasyapa Mahathera – ed) adalah seseorang di antara sekelompok bhikkhu yang dibuang pada tahun 1944.

Saat beliau wafat 26 Februari 2012 lalu, sepenggal sejarah mati bersamanya. Beliau adalah bhikkhu terakhir yang bertahan di antara delapan orang bhikkhu yang ditugaskan bergerak untuk menyebarkan sebuah “agama baru”.

Agama baru tersebut adalah Buddhisme Theravada. Ini merupakan kemunculan kembali Buddhisme Theravada di Nepal setelah mati beberapa abad yang lalu. Pemandangan asing dari para bhikkhu berjubah kuning khas Thailand dan Sri Lanka membuat masyarakat terpesona, tetapi menggetarkan para penguasa autokrasi yang beraksi dengan amarahnya yang khas. Mereka menangkap para bhikkhu tersebut dan mengumpulkan mereka di luar Kathmandu. Para tentara menggiring mereka saat mereka mendaki melewati perbukitan daerah selatan, hanya kembali setelah memastikan bahwa para bhikkhu tersebut telah mengambil jalur ke India.

Kumar Kashyap berusia 18 tahun merupakan yang termuda di antara para bhikkhu yang diasingkan. Lahir dengan nama Asta Man Shakya di Tansen, Palpa, Nepal, beliau mengambil nama Kumar Kashyap setelah menjadi seorang samanera. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Bhante Kumar. Setelah menerima pabbajja (penahbisan untuk para samanera – ed) pada tahun 1942, beliau datang ke Kathmandu untuk bergabung dengan para bhikkhu yang bekerja untuk menghidupkan kembali keyakinan Theravada di bawah tatapan waspada pemerintah.

Tahun 1940-an merupakan masa yang menarik di Nepal. Gerakan anti-Rana (Dinasti Rana, 1846 s.d 1953 – ed) sedang dalam keadaan ramai, dan empat aktivis demokrasi telah dieksekusi. Buddhisme Theravada baru saja muncul kembali, membawa serta angin segar ke dalam sebuah tradisi yang semakin terkubur dalam ritual esoteris (bersifat rahasia – ed).

Untuk memberikan sebuah gambaran sederhana dari tiga cabang Buddhisme, Theravada adalah tradisi yang dapat dilihat di Sri Lanka, Birma dan Thailand. Para bhikkhunya mengenakan jubah kuning. Kedua adalah Mahayana yang dapat dijumpai di Bhutan. Ketiga adalah Vajrayana yang dipraktikkan di Lembah Kathmandu.

Kebangkitan Buddhisme Theravada terjadi bersamaan dengan perjuangan demokrasi dan kedua gerakan tersebut saling mendukung. Masyarakat berjajar di pinggir jalan untuk menatap kagum para bhikkhu dalam jubah kuning saat mereka melakukan pindapata (mengumpulkan dana makanan – ed). Para bhikkhu tersebut mengajar dengan cara yang mudah dipahami, tidak ada ritual-ritual rumit dalam dasar praktik keagamaan mereka, dan kotbah-kotbah mereka menarik semakin banyak orang.

Para penguasa yang ada, yang curiga terhadap apapun yang melibatkan berkumpulnya orang-orang, merasa ketakutan. Para bhikkhu tersebut dipanggil ke Singha Durbar dan berbaris di hadapan perdana menteri. Mereka diminta untuk menandatangani sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa mereka tidak akan mengajarkan Buddhisme, menulis buku dalam bahasa Nepal, atau menahbiskan para wanita sebagai viharawati.

Para bhikkhu tersebut tentunya menolak, dan dengan sewenang-wenang mereka diperintahkan untuk keluar dari kota dalam waktu tiga hari. Dan para bhikku pun pergi, para pengikut mereka yang menangis menyertai mereka hingga di tepi Lembah. Karena tidak ada jalan raya yang terhubung antara Kathmandu dan dunia luar, maka berjalan adalah satu-satunya cara untuk sampai ke mana saja.

Setelah menyeberang ke India, para bhikkhu tersebut berpencar ke arah yang berbeda-beda. Beberapa pergi ke Kushinagar, dan yang lainnya ke Kolkata dan Kalimpong. Pertama, Bhante Kumar pergi menuju ke Kalimpong dan kemudian berlayar ke Sri Lanka.

Bagi orang darat dari sebuah kota bukit, negara pulau tersebut memberikan pencerahan dalam banyak cara. Beliau menerjunkan diri dalam studi Buddhisme, bebas dari rasa takut dari para penguasa yang terus mengincar dirinya. Namun, masa itu tidaklah mudah.

Perang Dunia Ke-2 sedang terjadi, dan rakyat Sri Lanka sedang berjuang melawan pemerintah Inggris. Tapi Bhante Kumar memanfaatkan sebaik-baiknya kehidupan di pengasingannya. Beliau mempelajari bahasa Sinhala, dan menjadi seorang pakar kitab suci Tipitaka (Tipitaka acariya – ed).

Sebut saja karma, pengusiran para bhikku tersebut justru memberikan dampak yang sebaliknya dari apa yang rezim pemerintah maksudkan. Opini publik menentang para penguasa semakin kencang, dan Buddhisme Theravada mendapat lebih banyak pengikut. Kesusastraan mendapatkan sebuah penyegaran dengan para bhikkhu tersebut juga menjadi penulis yang produktif. Dorongan untuk melakukan perjalanan juga menjadikan para bhikku tersebut sorotan internasional dan pemberitaan buruk bagi pemerintah Nepal.

Buddhis di Sri Lanka merupakan simpatisan mereka yang terbesar. Pada tahun 1946, dengan niat baik mereka mengirim sebuah misi ke Nepal dan memohon kepada perdana menteri Nepal untuk mengizinkan para bhikku tersebut untuk kembali. Akhirnya para pria berjubah kuning tersebut datang kembali setelah menghabiskan dua tahun di luar negeri. Buddhisme Theravada menetap di Nepal. Bhante Kumar kembali ke Kathmandu dari Sri lanka dan menulis buku selain mengajar di Vihara Kuti Ananda (Ananda Kuti Vihar) di Swayambhu. Selanjutnya beliau menjadi kepala Vihara Kuti Ananda. Beliau adalah Wakil Ketua Bhikku saat beliau wafat pada usia 85 tahun.

62
Diskusi Umum / "Bhiksu Palsu Tertangkap Kembali"
« on: 17 April 2012, 11:55:04 PM »


"Bhiksu Palsu Ditangkap Setelah Terekspos di Internet"

Buddhistzone.com | Beijing, China – Agama kerap kali dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk mengeruk keuntungan termasuk penyalahgunaan jubah keagamaan para bhiksu untuk menyamar, melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji dan menipu para umat.

Seperti yang dilaporkan oleh situs France24, dua orang pria dengan mengenakan jubah jingga bhiksu tradisi di China nampak terlihat berada di jalanan kota Beijing berkumpul dengan kekasih mereka dan meneguk sekaleng bir, membuat beberapa orang yang melihatnya mengangkat alis mereka.

Kedua pria tersebut nampak menikmati pergi dengan mengenakan pakaian seperti bhiksu dan bahkan membuat sebuah akun Weibo (situs jejaring sosial seperti Twitter) dimana mereka memasang foto mereka sedang memegang kalung japa (Sanskerta: jāpa-mālā) dan tersenyum di depan kamera.

Perilaku mereka menarik seorang pengguna situs yang secara diam-diam memfilmkan pasangan tersebut dan mengirimkan beberapa video ke dalam jaringan internet. Dalam rekaman video tersebut dapat dilihat mereka sedang meminum bir dan berbicara dengan keras di dalam kereta bawah tanah, ditemani dengan dua orang wanita yang nampaknya mereka tahu secara intim.

Ketika kedua pria tersebut sedang menghadiri sebuah pertemuan keagamaan di Vihara Fayuan, di Xicheng, vihara terbesar di Beijing pada 7 April, seorang pria yang penah melihat foto-foto mereka secara online mengintai kedua penipu tersebut di sebuah hotel.

Saat mereka menyadari mereka sedang dilihat, kedua orang pria tersebut bersembunyi di kamar mandi untuk mengganti pakaian mereka. Namun saat mereka keluar kembali, sekitar dua puluhan bhiksu yang asli menunggu mereka. Ketika kedua orang tersebut terbukti tidak mampu melafalkan sutra atau menunjukkan sertifikat keagamaan mereka, mereka diserahkan ke polisi.

Shanghai Daily selanjutnya mengidentifikasi kedua orang tersebut sebagai musisi bernama Zhao Wenbo and Ren Zhuankun (Ren Chuankun.), masing-masing dari provinsi Heilongjiang dan Anhui. Keduanya bekerja pada Perusahaan Musik FSTC Beijing.

Jiang Xinxin, manajer umum perusahaan tersebut, menuturkan kepada surat kabar bahwa Zhao Wenbo pernah mengatakan kepadanya bahwa ia pernah ditipu sebesar 100 ribu Yuan (sekitar 140 juta Rupiah) oleh mantan bosnya, seorang oknum Buddhis, dan ia memutuskan untuk “menarik perhatian publik untuk mempermalukan umat Buddha” dengan yang ia sebut perbuatannya itu sebagai pertunjukkan seni.

Menurut hukum perundangan China, seseorang yang berpura-pura menjadi anggota staf departemen pemerintah atau menggunakan identitas palsu lain untuk melakukan praktik penipuan harus ditahan tidak boleh kurang dari 5 hari dan tidak boleh lebih dari 10 hari.

Pihak kepolisian yang mengatakan bahwa mereka sedang melakukan investigasi terhadap kejadian tersebut diberitakan telah menangkap kedua bhiksu gadungan tersebut selama lima hari terakhir tanpa memberikan penjelasan resmi atas penangkapan mereka.

Di China, operasi penipuan yang terorganiasi oleh para bhiksu palsu relatif umum terjadi. Biasanya para pria berpose sebagai para bhiksu dari Vihara Shaolin yang terkenal di negara tersebut dan menjual obat-obatan tradisional palsu atau meminta sumbangan. Menurut media di China, beberapa penipu ini dapat meraup uang sampai sebesar 20 ribu Yuan (sekitar 29 juta Rupiah) per tahun, lebih dari dua kali lipat pendapatan rata-rata pekerja pabrik di China.

Juru bicara asosiasi Buddhis Tiongkok mengatakan bahwa kejadian ini sangat merusak reputasi agama Buddha, dan menuntut para penipu tersebut dihukum berat.

Keberadaan bhiksu palsu diperkirakan telah meluas sampai ke mancanegara. Akhir Februari lalu (22/2), tiga orang Bhiksu Asing Gadungan Dibekuk Imigrasi  Jakarta Barat, Indonesia. Mereka dibekuk saat sedang mengemis di seputar kompleks perumahan Taman Palem, Jakarta Barat.

Maraknya keberadaan bhiksu-bhiksu palsu menuntut umat Buddha untuk tetap waspada agar tidak terjebak dalam penipuan terutama menjelang hari-hari besar keagamaan.

63
Mahayana / Re: 7 Buddha masa lampau
« on: 17 April 2012, 10:18:21 PM »
kalau benar yang anda tanyakan praktisi tantra
silahkan test (ehipassiko) berani kamu dan gelongmu

kalau berani saya kasih petunjuk

setelah melakukan shdana standar, masuk pada meditasi buddhanusaati

setelah di rasa siap, silahkan Nien-Fo 3 kali salah satu nama Buddha ini
atau mau test ketujuh-tujuhnya silahkan saja

sampaikan pada gelongmu dari khadam choeling, lihat apakah dia "dapat"
mengatakan ini nama Buddha palsu


silahkan ehipassiko
jaga cetanamu nak, nama buddha bukanlah untuk di spekulasikan, apalagi
kamu seorang mahayanish,

tulis jawaban mereka, jangan mengkonter tulisan saya hanya dengan pemahamanmu saja

mettacetanna.

Nama-nama Buddha palsu inikan sudah beredar di FB yang katanya mereka dapat dari hasil meditasinya
dari hasil meditasi yang saya peroleh nama Buddhanya beda lagi tuh bagaimana siapa yang benar???
dan tadi sudah saya nien fo in tu hasilnya engga ada tuh yang ada ngantuk jadinya!!!
kalau mau gombal ya mikir-mikir dulu jangan terlalu kelihatan gombalnya 8)

64
Mahayana / Re: MENGENAL VAJRASATTVA DHAYANI BODHISATTVA
« on: 17 April 2012, 10:08:45 PM »
salah kamar
seharusnya ke kamar Tantra

kata siapa yang salah kamar tantra juga bagian dari mahayana kog yang suka disebut mahayana esoterik!!!

65
Mahayana / MENGENAL VAJRASATTVA DHAYANI BODHISATTVA
« on: 16 April 2012, 10:13:29 AM »

"VAJRASATTVA DHAYANI BODHISATTVA"


Vajrasattva (Sansekerta: वज्रसत्त्व, Tibet: རྡོ་རྗེ་སེམས་དཔའ། - bentuk pendek adalah: རྡོར་སེམས། China : 金 刚 薩 埵) adalah seorang Bodhisattva yang sangat dikenal dalam Tradisi Mahayana dan Tradisi Vajrayana. Didalam tradisi Vajrayana Buddhisme Jepang, tradisi Shingon, Vajrasattva adalah aspek esoteris dari Bodhisattva Samantabhadra dan pada umumnya berhubungan dengan praktisi para siswa yang melalui ajaran para guru, untuk mencapai landasan untuk memperkaya tingkatan yang sangat halus dan sangat langka dalam praktek esoteris mereka. Dalam Buddhisme Tibet Vajrasattva berhubungan dengan Dharmakaya dan juga dengan praktek pemurnian dari kekotoran batin.

Vajrasattva muncul terutama didalam dua teks Buddhis yaitu Sutra Mahavairocana dan Sutra Vajrasekhara. Dalam Vajra Loka Mandala, Vajrasattva duduk diarah Timur dekat dengan Akshobhya Buddha.

Dalam beberapa garis keturunan esoteris, Nagarjuna dikatakan telah bertemu Vajrasattva dalam sebuah menara besi di India Selatan, dan diajarkan Tantra, sehingga transmisi ajaran esoterik turun untuk tokoh-tokoh sejarah lainnya.

Vajrasattva digambarkan berwarna putih murni dan kadang-kadang dikenal sebagai "Prince of Purity" atau dengan kata puitisnya "Realitas perwujudan".

Beliau digambarkan sebagai seorang pemuda yang tampan, dengan semua kain sutra dan perhiasan bagaikan seorang pangeran yang sangat kaya. Di tangan kanannya beliau penuh dengan perhatian menyeimbangkan Vajra ditaruh dekat hatinya. Di tangan kirinya ia memegang sebuah lonceng ditaruh sekitar pinggangnya. Vajra mewakili Realitas, dan Welas Asih, sedangkan bel lonceng mewakili Kebijaksanaan.


"Shingon Buddhisme"

Dalam Tradisi Shingon silsilah Buddhis, Vajrasattva secara tradisional dipandang sebagai patriark kedua, sedangkan patriark pertama adalah Buddha Vairocana sendiri. Menurut Kukai dalam tulisan Rekaman Transmisi Dharma ia menceritakan sebuah cerita berdasarkan dari Amoghavajra tentang Nagarjuna bertemu dengan Vajrasattva dalam sebuah menara besi di daerah selatan India. Vajrasattva memulai dengan mengajarkan kepada Nagarjuna tentang abhiseka ritual yang dipercayakan kepadanya ajaran esoteris tersebut yang telah ia pelajari dari Buddha Vairocana, seperti yang tertulis didalam Sutra Mahavairocana. Kukai tidak menjelaskan lebih lanjut tentang Vajrasattva atau asal-usulnya.

Di tempat lain, Vajrasattva adalah sosok penting dalam dua sutra Buddhis esoteris, yaitu Sutra Mahavairocana dan Sutra Vajrasekhara. Dalam bab pertama dari Sutra Mahavairocana, Vajrasattva menyebabkan sejumlah makhluk agar mengunjungi Buddha Vairocana untuk mempelajari Dharma. Vajrasattva bertanya tentang tujuan, sebab dan dasar dari semua yang mencakup tentang kebijaksanaan, yang mengarah ke wacana filosofis ajaran Para Buddha. Para makhluk tidak bisa memahami pengajarannya, sehingga Sang Buddha Vairocana menunjukkan dengan menggunakan mandala. Vajrasattva kemudian mempertanyakan mengapa ritual dan benda-benda tersebut diperlukan jika kebenaran berada di luar bentuk. Vairocana Buddha menjawab pertanyaan Vajrasattva bahwa ini adalah cara yang mudah dan bijaksana untuk membawa praktisi mengalami pencerahan lebih mudah. Dalam tradisi aliran Shingon ritual Buddhis untuk inisiasi tersebut Kanjo kechien, yang memulai kembali tradisi peran Vajrasattva dalam membacakan mantra dan dialog dari sutra tersebut. Para Maha Acharya mengajarkan peran Buddha Mahavairocana sebagai Buddha kebijaksanaan dan menganugerahkan ajaran tersebut kepada para siswa-siswanya.

"Buddhisme Tibet"

Dalam Buddhisme Tibet aliran Tantra berakar dari Vajrasattva adalah Dorje Gyan, atau 'Ornament Vajra'. Praktek Vajrasattva yang umum untuk semua dari empat sekolahan dari Buddhisme Tibet dan digunakan baik untuk memurnikan halangan-halangan sehingga para siswa dari tardisi Vajrayana dapat berkembang dalam melampaui praktek Ngondro ke berbagai praktek yoga tantra dan juga untuk memurnikan setiap patah kata samaya sumpah setelah inisiasi. Dengan demikian, praktek Vajrasattva adalah elemen terpenting dari praktik Buddhisme Tibet.

Selain praktek pribadi, mantra Vajrasattva dianggap sebagai memiliki kemampuan untuk memurnikan karma buruk, membawa kedamaian, dan menyebabkan aktivitas tercerahkan secara umum. Setelah 11 September 2001 serangan WTC di Amerika Serikat, Dzogchen Ponlop Rinpoche mengumumkan sebuah bhaktipuja, Doa untuk Perdamaian dunia, untuk mengumpulkan satu miliar doa dari enam suku kata pelafalan Vajrasattva oleh praktisi di seluruh dunia. Mantra enam suku kata (OM VAJRASATTVA HUM), adalah versi terpendek dari mantra seratus suku kata yang didasarkan, tetapi sudah berisi poin terpenting spiritual dari mantra ini, menurut lama dan tulku Jamgon Kongtrul.

"Seratus Mantra Sukukata"

Dalam praktik Buddhis Tibet tradisi Vajrayana, Vajrasattva digunakan dalam Ngondro, atau praktik awal, untuk "memurnikan" kekotoran batin, sebelum melakukan lebih maju teknik tantra yang lainnya. Dalam 'Yik Gya', yang berarti 'Seratus Mantra Suku kata' ( Tibet : ཡིག་བརྒྱ, atau : yig brgya) permohonan dari Vajrasattva, mendekati universalitas dalam Ngondro berbagai dasar sadhana untuk para sadhaka dari semua aliran Mantrayana dan Sarma disekolah bar Bonpo tersebut. Meskipun Pengucapan dan ortografi mereka berbeda antara garis keturunan dalam tradisi ini.

Mengapa saya mempostingkan sedikit mengenai Bodhisattva Vajrasattva semalam saya bermimpi tentang mantra sang Bodhisattva tersebut didalam mimpi tersebut dikatakan bahwa mantra Bodhisattva Vajrasattva adalah mantra yang mulia dan termasuk jajaran mantra tertinggi diantara mantra para Bodhisattva lainnya bahkan melebihi mantra para Maha Deva, Mantra tersebut berguna untuk Menjernihkan pikiran dan kekotoran batin kita mantra tersebut bermanfaat untuk menolak bala, menghalau mahkluk-mahkluk jahat yang ingin mengoda ataupun mencelakai kita, mampu mendatangi hujan ataupun menenangkan bencana alam yang sedang bergejolak, mantra tersebut disukai oleh para Deva dan dimuliakan oleh para Deva bagi yang membaca mantra tersebut akan memperoleh perlindungan dari para Deva dan para Bodhisattva, dalam mimpi saya terus membaca mantra tersebut sampai saya terbangun dari tidur entah apa yang terjadi seumur hidup baru kali ini saya bermimpi seperti ini semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.

"Mantra pendek dari Vajrasattva Bodhisattva"

"OM VAJRASATTVA HUM"

"Mantra panjang dari Vajrasattva Bodhisattva"

ཨོཾ་བཛྲ་སཏྭ་ས་མ་ཡ་མ་ནུ་པ་ལ་ཡ། བཛྲ་སཏྭ་ཏྭེ་ནོ་པ་ཏིཥྛ།
དྲྀ་ཌྷོ་མེ་བྷ་བ། སུ་ཏོ་ ཥྱོ་མེ་བྷ་བ།
སུ་པོ་ ཥྱོ་མེ་བྷ་བ། ཨ་ནུ་ར་ཀྟོ་མེ་བྷ་བ།
ས་རྦ་སི་དྡྷི་མེ་པྲ་ཡ་ཙྪ། ས་རྦ་ཀ་རྨ་སུ་ཙ་མེ ཙི་ཏྟཾ༌ཤེ་ཡཿ་ཀུ་རུ་ཧཱུྂ།
ཧ་ཧ་ཧ་ཧ་ཧོཿ བྷ་ག་བ་ན
ས་རྦ ཏ་ཐཱ་ག་ཏ་བཛྲ་མཱ་མེ་མུ་ཉྩ།
བཛྲཱི་བྷ་བ་མ་ཧཱ་ས་མ་ཡ་སཏྭ
ཨཱཿ །། ཧཱུྂ ཕ་ཊ

"OM VAJRA SATTVA SAMAYA MANUPALAYA
VAJRA SATTVA TVENOPATISTHA
DRDHO ME BHAVA SUTOSYO ME BHAVA
SUPOSYO ME BHAVA ANURAKTO ME BHAVA
SARVA SIDDHI ME PRA YACCHA SARVA KARMA
SU CA ME CITTAM SRE YAH KU RU HUM
HA, HA, HA, HA, HO BHAGAVAN SARVA TATHAGATA
VAJRA MA ME MUNCA VAJRI BHAVA
MAHA SAMAYA SATTVA AH"


"ARTINYA DALAM TERJEMAHAN BEBAS"

O Vajrasattva, yang mengenapi ikrar suciMu
Semoga Anda tetap teguh di dalam diriku
Kabulkanlah keinginanku yang sempurna
Tumbuh dalam diriku
Kasihi dan cintailah diriku
Berikanlah aku seluruh siddhiMu
Tunjukkan semua karmaku
Agar membuat pikiran saya lebih baik, berbudi luhur dan menguntungkan untuk semua mahkluk!
(Ha, Ha, Ha, Ha, Ho adalah Inti benih dari suku kata Vajrasattva)
O yang terberkati, yang mewujudkan semua Tathagata Vajra
Jangan tinggalkan aku
Berikanlah aku realisasi Alam Vajra
O yang besar Samayasattva ikrar sucinya
Membuat saya menjadi satu dengan diriMu!

TADYATA OM GATE GATE PARAGATE PARASAMGATE BODHI SVAHA

SARVE SATTVA BHAVANTU SUKHINAH
SEMOGA SEMUA MAHKLUK BERBAHAGIA

OM...SANTI...SANTI...SANTI...

66
Diskusi Umum / "EMPAT BODHISATTVA BARU PEMIMPIN CHINA"
« on: 16 April 2012, 09:54:04 AM »

"EMPAT MAHA BODHISATTVA BARU VERSI PEMIMPIN CHINA"
{COPASAN}

现代中国四大菩萨: (左右)江泽民,毛泽东,邓小平,胡锦涛。

Empat bodhisattva modern Tiongkok : (kiri ke kanan) Jiang Zemin, Mao Zedong, Deng Xiaoping, Hu jintao. Jasa empat kamerad Tionghoa ini sungguh besar, semua Tionghoa sejati akan menganggap mereka sebagai bapak bangsa Tionghoa. Tanpa jasa beliau, tak akan ada Tiongkok PRC yg sebegitu maju & jadi negara adikuasa seperti sekarang ini. Mao Zedong menjatuhkan rejim jahat borjuis-nasionalis yg korup, membangun negara baru Republik Rakyat Tiongkok, menyelamatkan jutaan rakyat kecil. Deng Xiaoping dgn kecerdikannya membangun revolusi ekonomi, memulai kebangkitan ekonomi Tiongkok. Jiang Zemin dgn kepemimpinan yg tegas memberantas berbagai penghianat negeri Tiongkok, berhasil mengungkap kejahatan setan Falun Gong, menyelamatkan bangsa Tionghoa dari pembodohan. Hu Jintao dengan ke-lihai-an beliau berhasil memajukan industri modern, menjatuhkan dominasi bule, dan berupaya keras merestorasi kebudayaan Tionghoa dari pengaruh barat. Kita bangsa Tionghoa sungguh beruntung punya 4 pemimpin kamerad agung. Inilah penyelamat asli umat Tionghoa, bukan dewa-dewa fiktif masa lalu yg hanya jadi penghias altar.

☆中☆共☆万☆岁☆

Bagaimana tanggapanmu kawan??? :o :o :o

67
Dari Wikiquote bahwa pernyataan tersebut diragukan karena tidak dapat ditemukan dalam sumber resmi tulisan esai Einstein yg ada:

Buddhism has the characteristics of what would be expected in a cosmic religion for the future: It transcends a personal God, avoids dogmas and theology; it covers both the natural and the spiritual, and it is based on a religious sense aspiring from the experience of all things, natural and spiritual, as a meaningful unity.

* Variant: The religion of the future will be a cosmic religion. It should transcend a personal God and avoid dogmas and theology. Covering both the natural and the spiritual, it should be based on a religious sense arising from the experience of all things, natural and spiritual as a meaningful unity. If there is any religion that would cope with modern scientific needs, it would be Buddhism.
* These two statements are very similar, widely quoted, and seem to paraphrase some ideas in the essay "Religion and Science" (see below), but neither of the two specific quotes above been properly sourced. Notable Einstein scholars such as John Stachel and Thomas J. McFarlane (author of Buddha and Einstein: The Parallel Sayings) know of this statement but have not found any source for it. Any information on any definite original sources for these is welcome.
* This quote does not actually appear in "Albert Einstein: The Human Side" as is sometimes claimed.
* Only two sources from before 1970 can be found on google books. The first is The Theosophist: Volume 86 which seems to cover the years 1964 and 1965. The quote appears attributed to Einstein on p. 255, with the wording given as "The religion of the future will be a cosmic religion. It should transcend a personal God and avoid dogmas and theology. Covering both the natural and the spiritual, it should be based on a religious sense arising from the experience of all things, natural and spiritual, as a meaningful unity. Buddhism answers this description." An identical quote appears on p. 284 of The Maha Bodhi: Volume 72 published by the Maha Bodhi Society of India, which seems to contain issues from throughout 1964.
* A number of phrases in the quote are similar to phrases in Einstein's "Religion and Science". Comparing the version of the quote in The Theosophist to the version of "Religion and Science" published in 1930, "a cosmic religion" in the first resembles "the cosmic religious sense" in the second; "transcend a personal God" resembles "does not involve an anthropomorphic idea of God"; "covering both the natural and the spiritual" resembles "revealed in nature and in the world of thought"; "the experience of all things, natural and spiritual, as a meaningful unity" resembles "experience the totality of existence as a unity full of significance"; and "Buddhism answers this description" resembles "The cosmic element is much stronger in Buddhism". These phrases appear in the same order in both cases, and the ones from "Religion and Science" are all from a single paragraph of the essay.

sumber : http://en.wikiquote.org/wiki/Albert_Einstein


Itu bukan dari Einstein sendiri yg nulis, tapi orang lain yang diklaim dari Einstein. Kalau anda pernah baca biografi Einstein yang ditulis dia sendiri atau orang lain, anda akan tau bahwa Einstein itu seorang Yahudi yang taat, mempercayai Tuhan-nya, jadi gak mungkin memuji ajaran non-monotheis....

Gak usah bingung, apa pun perkataan orang-orang terkenal tentang ajaran Buddha tidak akan mempengaruhi keyakinan dan praktek Dharma kita bukan?

Yang saya bingungkan adalah katanya umat Buddha harus ehipassiko, tetapi ketika diberikan kutipan perkataan Einstein tentang ajaran Buddha malah langsung percaya 100%, tidak dicek lagi ke sumber resminya apakah itu benar-benar perkataan beliau atau bukan. Sama halnya ketika ada artis atau orang terkenal masuk agama Buddha digembor-gemborkan sebesar-besarnya, tapi giliran ada orang Buddhist terkenal kena kasus malah direndahkan serendah-rendahnya. Tanya kenapa???

68
Humor / Komik Humor
« on: 12 April 2012, 01:40:23 AM »
Komik Humor


Kalau lucu silakan tertawa kalau tidak lucu cukup diam saja engga perlu heboh :P

69
Mahayana / Re: 7 Buddha masa lampau
« on: 12 April 2012, 01:17:52 AM »
memang sangat memalukan =))

Maksudnya???

70
Mahayana / Re: 7 Buddha masa lampau
« on: 12 April 2012, 01:15:00 AM »
lihat dirimu

nama-nama Buddha, para ariya dapat memalukan dirimu
bahkan kamu mewakili mahayana segala.

apa yang mau dikatakan, luar biasa!

sejak kapan para buddha maupun para arya memalukan diri saya??? seorang buddha maupun para arya tidak pernah memalukan seseorang tetapi seorang buddha maupun para arya akan membimbing seseorang untuk mencapai nirvana!!!

71
Mahayana / Re: 7 Buddha masa lampau
« on: 12 April 2012, 01:09:16 AM »
sory, seharusnya ini masuk ke Tantra tentang 7 buddha masa lampau
karena tidak ada di sutra, please move

Sejak kapan Tantra mengajarkan demikian saya tanya sama seorang gelong dari khadam choeling beliau saja tidak mengenal nama-nama Buddha tiruan ini memalukan!!!

72

{BAGAIMANA HUBUNGAN INTIM YANG SEHAT MENURUT PANDANGAN AGAMA BUDDHA???}

Dari kemarin saya ingin bertanya sebenarnya bagaimana ya pandangan Buddha Dharma tentang hubungan Sexual yang sehat itu pertanyaan ini sangatlah penting bagi kita sebagai umat perumah tangga khususnya yang sudah berumah tangga kalau menurut dokter sex dan para ahli kesehatan sex, hubungan sexual itu harus penuh kehangatan, gairah dan variasi sehingga tidak membuat pasangan anda jenuh terhadap anda, ada yang mengajarkan dengan cara "MENCIUM", "MERABAH", "MENJILAT", "MENGHISAP", "MEREMAS-REMAS", ada yang mengajari dengan gaya 69, ada yang mengajari dengan gaya digendong dengan istilah monyet sedang naik diatas pohon dan sebagainya apakah cara demikian diperbolehkan dalam pandangan Buddha Dharma kalau sampai tidak diperbolehkan apakah hubungan keharmonisan rumah tangga anda akan terganggu, apakah ini termasuk pelanggaran sila ke 3 bagaimana tanggapan kalian???

Pertanyaan kedua apakah didalam agama Buddha diperbolehkan menggunakan obat perangsang untuk menaikan gairah sexual kita, karena kita tau obat perangsang dapat membuat hormon kita bergejolak sehingga membuat kita berpikir penuh dengan fantasi apakah ini diperbolehkan apakah ini termasuk pelanggaran sila ke 5 karena ini juga bisa membuat kesadaran kita melemah dan terganggu akibat gejolak hormon kita, dengan mengkonsumsi obat perangsang bahkan melihat nenek-nenek yang di make up saja bisa langsung terangsang bagaimana menurut pendapat kalian???

Terima Kasih atas jawabannya semoga bermanfaat untuk kita sebagai umat Buddha perumah tangga! _/\_

73
Mahayana / Re: 7 Buddha masa lampau
« on: 10 April 2012, 12:19:18 AM »
Namo Shang Hyang Vadjradhara Adhi Buddha
Namo Shang Hyang Vadjradhara Adhi Buddha
Namo Shang Hyang Vadjradhara Adhi Buddha



7 Buddha Masa Lampau

1. Tathagata Sanjaya
2. Tathagata Po Lo Ceti
3. Tathagata Amirta
4. Tathagata Vadjra Arsanadikthi
5. Tathagata Sanca Avaloka
6. Tathagata Surupaya Parmagarbha
7. Tathagata Saccakiriya Garvadatthu

inilah nama-nama yang mulia yang memulai jalan awal kebuddhaan

INI DARI KITAB MANA YA??? tolong jangan asal dong??? apalagi masuk bagian grup MAHAYANA lagi ini sama saja malu-maluin ajaran mahayana :( :( :( sejak kapan didalam ajaran mahayana ada nama-nama 7 Buddha masa lampau seperti ini!!!

74
Mahayana / Re: arahat
« on: 10 April 2012, 12:11:09 AM »
katanya sih Buddha
tapi sekarang ada lagi penambahan sampai tingkat 13

Tingkat 13 dari aliran mana ya??? baru dengar!!!

75
Mahayana / Re: arahat
« on: 10 April 2012, 12:10:38 AM »
tngkat 10 apa?

Bodhisattva Mahasattva atau yang disebut Dasa Mega Bhumi Bodhisattva!

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 21
anything