ah, setuju setuju mulu, nulisnya yg banyak dong, kasih pencerahan ke kita2
saya pengen mengcounter sedikit cara berpikir "cinta damai" yg sering saya temui pada buddhis.
kalau anda mengetahui suatu kebohongan ataupun disinformasi disampaikan didepan mata anda dan anda diam saja, maka berarti anda tidak punya cinta, anda tidak punya kasih. kalo rekan anda yg beragama lain menyampaikan suatu informasi yg keliru (di agama lu gak ada keselamatan, satu2nya jalan keselamatan ada di asisten babe gua) dan anda diam saja, berarti anda sedikit banyak berperan menyesatkan orang lain dan juga membantu menyebarkan disinformasi tersebut.
buddha dulu berkelana selama puluhan tahun menyampaikan apa yg menurutnya benar dan beliau tidak diam saja melihat informasi2 keliru yg beredar di masyarakat india saat itu. tentu saja cara beliau tidaklah memaksa. tugasnya menyampaikan informasi yg benar, diterima atau tidak itu urusan nanti, yg penting tugasnya adalah untuk menyampaikan kebenaran sudah terlaksana...
dan sekali lagi, niat di sini amatlah penting. saya melihat cukup banyak "evangelis2" buddhis yg terlalu bernapsu "menyikat" pandangan2 keliru bahkan sampai offensif. sebarkanlah informasi yg benar dengan cinta kasih, bukan karena ego dan benci.
ada satu cerita yg saya ingat. seseorang bertanya kepada sang guru, "kalo anda memang sudah tercerahkan, tidak memiliki ego dan kepentingan pribadi lagi, kenapa sekarang anda berkelana menyebarkan ajaran anda?". sang guru menjawab, "tanyakan pada sang bunga, kenapa dia menyebarkan bau wangi?".
saya pikir begitu juga dalam menyebarkan informasi yg benar dan mematahkan disinformasi. anda hanyalah bunga yg (mau tidak mau) berbau wangi... tidak ada niat lain...