//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Kelana

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 148
121
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 04 June 2014, 07:25:57 PM »
Brtekad untuk tdk mengubah posisi..tp mis lapar gk ada yg bwkan makanan sampai wafat pun gk akan branjak dr t4 dudukny..sama jg lah kykny...tetap extrim..

Tidak ekstem (sangat keras) menurut saya, keras/kuat ya. Tapi jika Anda katakan ekstrem ya silahkan. Tidak ekstem karena seperti yang disampaikan bahwa cara yang dilakukan memang tidak ekstrem. Dan Ia sudah tahu akan mencapai Pencerahan pada waktu tidak lebih dari 1 hari. Petapa Gotama sudah bermimpi pada malam sebelumnya. Jadi Ia tidak akan duduk lama-lama di sana sampai mati. Dan sekali lagi tekad adalah kebulatan "hati", dan diperlukan dengan kadar yang kuat agar seseorang benar-benar melakukan sekuat tenaga apa yang ingin ia capai.

Itu saja yang dapat saya sampaikan.

122
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 04 June 2014, 08:20:43 AM »
Sorry ksalahan saya,pertanyaan diatas jd double..m0h0n m0derator delete aja pertanyaan diatas.
 
Mau tany lg neh

1.apa bedany antara TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi brsama 4pertapa..dgn TEKAD kuat pertapa gotama wakt meditasi slah mendapat dana mkanan dari sujata?
Sepertiny 2duany trmasuk extrim(keras)..tekat yg ke 1 sampai hanya mkn nasi shari 1butir.tekat yg ke 2 juga tidak akan brhenti meditasi walaupn sampai mati(puasa jg sampai skian lama)

Dalam riwayat kehidupan Buddha baik dari RAPB maupun sumber lainnya, pada waktu menjelang Pencerahan tidak dikatakan bahwa Petapa Gotama bertekad untuk tidak makan, tetapi bertekad untuk tidak mengubah posisi. Tekad itu adalah kebulatan "hati" untuk mencapai sesuatu. Kekuatan Tekad bisa saja sama tetapi cara menjalaninya bisa berbeda.
Jadi yang berbeda adalah caranya.

Quote
2.apa penjelasan budhist mengenai benda2 gaib yg mempunyai kekuatan seperti keris,batu keramat,dll
Yang pernah saya dengar (bukan berdasarkan literatur resmi), konon benda-benda tersebut memiliki kekuatan karena ditransfer energi. Bagaimana caranya? Saya tidak tahu.

Demikian.

123
Buddhisme untuk Pemula / Re: kosong adalah isi..isi adalah kosong..
« on: 02 June 2014, 11:11:27 AM »
kosong = isi, isi = kosong

menurut gw ini seperti contoh

sebuah "gelas berisi air" belum tentu selamanya tetap terisi dengan air
gelas itu bisa kering karena penguapan atau di minum orang atau sesuatu yg membuat gelas itu kosong

tetapi setelah "gelas itu kosong" belum tentu gelas itu tetap kosong
hujan akan membuat gelas itu terisi kembali dengan air atau dengan sengaja/ tidak sengaja diisi oleh orang
ini adalah konsep "anicca"

"dhukka" melekat pada gelas

jika kita menginginkan air tetapi gelas itu dalam keadaan kosong maka timbullah dhukka

jika kita menginginkan gelas itu selalu kosong tetapi gelas tersebut selalu penuh dengan air maka timbullah dhukka

dhukka hilang jika kita lihat gelas itu sebagaimana apa adanya. kdang berisi kadang kosong karena segala sesuatu itu muncul dan lenyap tidak tetap. kita cuma menyadarinya dan tidak berharap apa2 "berisi= kosong, kosong = berisi"

konsep "anatta"

tiada diri. kita mengganggap diri kita ada. begitu kuatnya kita terikat dengan panca indra
tanpa indra mata kita tidak melihat gelas. tanpa hidung kita tidak mencium bau. tanpa kulit kita tidak meraba sesuatu. tanpa telinga kita tidak mendengar apa2

semua hanya permainan panca indra. panca indra membuat kita melihat sesuatu itu kosong, melihat sesuatu itu berisi
semua hanya tipuan/ permainan panca indra membuat sesuatu itu "ada" pdhal "tidak ada" dan membuat sesuatu terlihat "tidak ada" pdhal itu "ada" yg pada akhirnya segala sesuatu itu bukan "apa2"
dan diri kita itu "bukan siapa2"

kesimpulan "kosong=berisi,berisi=kosong" itu secara keseluruhan adalah dhamma

dalam film lebih terlihat wah kalo guru bilang "kosong adalah berisi dan berisi adalah kosong" daripada bilang "dhamma" kependekan jadinya  ;D

Menurut saya,
Kosong = isi, isi = kosong , merupakan error yang diturunkan selama ratusan tahun akibat penerjemahan dan pemahaman yang salah dari prajnaparamita.

Yang benar adalah wujud (rupa) tidak terpisahkan dari kekosongan (sunyata), dan kekosongan (sunyata) tidak terpisahkan dari wujud (rupa). Di mana ada wujud di situ ada kekosongan, di mana ada kekosongan di sana ada wujud. Tertulis dalam prajnaparamita hrdaya sutra: Rupam na prtak (tidak terpisahkan) sunyata, sunyata na prthak rupam. Yad rupam sa sunyata, Ya sunyata tad rupam.

Jadi kekosongan ya kekosongan, wujud ya wujud. Bukan kosong=wujud (kosong=isi) atau sebaliknya.

Jika kosong=isi maka dhamma=adhamma . Lalu jalan mana yang perlu dilalui untuk menuju pembebasan atau bukan pembebasan? Jika isi = kosong, bagaimana bisa menentukan gelas itu kosong atau berisi agar bisa menuangkan air?

Itu saja.

124
Theravada / Re: Kamma = Jawaban praktis umat Buddha?
« on: 16 May 2014, 05:46:59 PM »
Ini saya copas sebagian:

kalau memang buah kamma adalah salah satu dari 4 hal yang tidak terpikirkan, kenapa Buddha membahas seperti yang dikutip di atas ya?

dan kutipan tersebut berpotensi menjadi dasar spekulasi tentang buah-kamma yang "seharusnya seseorang tidak berusaha memikirkannya"?

Pendapat saya demikian Sdri. Dhammadinna
Benar bahwa buah kamma adalah salah satu dari 4 hal yang tidak terpikirkan oleh makhluk awam, tetapi tidak bagi Sammasambuddha. Jadi di atas adalah jawaban bersifat umum yang pasti dari seorang Samamsambuddha atas jawaban pertanyaan yang bersifat umum juga.

125
Mahayana / Re: Sejarah 5 anak yang dibadan patung budha maitreya
« on: 16 May 2014, 05:19:12 PM »
Tidak selamanya rupang Budai terdapat anak-anak. Itu hanyalah kreasi seniman saja yang ingin mengekspresikan pandangannya mengenai Budai yang konon memiliki sifat yang ramah dengan anak-anak.

126
Seremonial / Re: Selamat Hari Waisak!
« on: 15 May 2014, 02:43:05 PM »
Selamat Hari Vesak 2558 EB

Semoga semua makhluk berbahagia.

127
Di sini bukan masalah hanya rajanya atau tidak. Di sini "kula" sudah berarti "keluarga/suku" yang berarti bukan satu pribadi. Perbedaan pendapat di sini adalah saya dari berbagai rujukan mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), sedangkan ada pendapat lain bahwa itu hanyalah murni ular sebagai hewan semata. Karena pihak yang berbeda pendapat tidak memberikan referensi pendukung untuk saya pelajari, maka saya tidak lanjutkan.

IC.
Menurut saya begini, Sdr. Kainyn. Ketika kita mengatakan keempat suku itu adalah naga di alam deva yang merupakan pelindung (lokapala), kita tahu kan bahwa arti dari naga itu adalah ular (jenis kobra)? Kita bisa cari di kamus Pali maupun Sanskerta. Dan jika kita pernah nonton film India berjudul “Nagin” (dari kata naga) juga bercerita mengenai wanita ular. Naga dalam kebudayaan India bukan makhluk seperti liong di budaya Tionghoa. Contoh , Mucalinda itu adalah ular kobra, dalam teks ia disebut naga dan ia memiliki tudung.  Jadi naga itu adalah ular, dan sah-sah saja jika ada di alam dewa dan menjadi pelindung dan namanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi India, ular memiliki peran yang cukup penting dan dijadikan dewa.

Kedua, seperti yang saya sampaikan bahwa kadang orang memberikan nama atau julukan pada sesuatu karena berdasarkan ciri atau sifat sesuatu itu. Contoh , Virupakkha (Pali) = Virupaksha (Sankserta) = mata yang berbeda / mata dengan bentuk yang tidak sesuai. Dalam agama Hindu,  Virupaksha adalah salah satu julukan bagi Dewa Shiva karena ia memiliki 3 mata, satu matanya ada di kening dalam posisi vertikal.
Keluarga ular Virupakkha, kemungkinan jenis ular yang memiliki mata yang tidak seperti biasanya. Demikian seterusnya.


Quote
OOT dikit, mengenai "gotamaka" = "beracun", boleh dijelaskan detailnya? Sebab setahu saya "racun" adalah "visa" (asal kata "bisa"), dan selama ini belum menemukan arti "Gotama" secara pasti. Dari beberapa sumber hanya mengatakan nama suku keturunan Okkaka, sedangkan ada juga yang menjelaskan sebagai  "गो" (go/gau = kerbau) + "तम" (tama = terbaik). Thanks.

Mengingat bahasa Pali adalah sekeluarga dengan bahasa Sanskerta, saya memperluas artinya dalam pengertian bahasa Sanskerta-nya ”gautama”. Jadi kata gotama atau gautama bisa bermacam-macam artinya. Salah satunya berarti racun atau sejenis racun.

http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=gautama&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0

Hanya itu yang bisa saya sampaikan.

128
Jika permasalahan yang dimaksud dalam AN 4.67 Ahi Sutta hanya rajanya yang dipancarkan metta atau seluruh keluarga/sukunya maka penjelasannya ada dalam bahasa Palinya.
 
Sace hi so bhikkhave bhikkhu cattāri ahirājakulāni mettena cittena phareyya, na hi so bhikkhave bhikkhu ahinā daṭṭho kālaṃ kareyya. Katamāni cattāri ahirājakulāni?

Pasti, para bhikkhu, bhikkhu itu tidak meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Karena jika ia melakukan demikian, maka ia tidak akan digigit ular dan tewas. Apa saja keempat suku/keluarga (Pali: kulā) raja ular tersebut?

Jika kita bisa terjemahkan secara harfiah nama-nama keluarga ular tersebut, mungkin kita bisa tahu jenis ular seperti apa, dan mengingat bahwa tidak menutup kemungkinan seseorang memberi nama pada sesuatu berdasarkan ciri atau sifat sesuatu tersebut. Misalnya kaṇhāgotamaka, maka artinya adalah hitam (kanha) yang beracun (gotamaka), jadi keluarga ular hitam beracun.

129
Halo teman2,

Menurut teman2 apa yg hrs kita lakukan sebagai seorang Theravada bila (amit2) kita diserang ilmu hitam?

Saya bertanya karena (menurut saya, mohon dikoreksi bila salah) :
1. Theravada TIDAK mempercayai bahwa doa seseorang mampu mengubah hidupnya/menyelesaikan masalahnya secara "ajaib".
2. Theravada TIDAK berkonsen pada unsur - unsur magis, seperti Jin/Dewa/Khodam, Suhu/Paranormal, Jimat/Hu dll
3. Dengan kata lain, aliran Theravada lebih berkonsen pada perkembangan batin umat melalui latihan meditasi dan Dhamma untuk kehidupan sehari - hari.

Contoh kasus :
Seorang Theravada diberitahu oleh temannya yang terpecaya, bahwa ia diguna2 dan berada dalam pengaruh ilmu hitam.
Apa yg harus orang ini lakukan menurut tradisi Theravada?

Bila ia seorang Mahayana/Tantrayana/Tridharma tentunya ia bisa ke Suhu/Paranormal, tapi bagaimana kalau ia berpegang murni pada Theravada?

Pertanyaan ini saya ajukan karena saya melihat adanya perbedaan yang cukup mencolok dalam hal ini (magis) pada aliran Theravada dan aliran2 lainnya.

Note : Mohon maaf bila saya ada salah kata, jujur saja saya adalah seorang Theravada, tidak ada niatan untuk menjelek2an aliran ini. Segala sesuatu yg saya tulis diatas hanya berupa pendapat saya.

Tergantung dari bagaimana kita mengartikan “ilmu hitam”. Setahu saya, ilmu hitam itu adalah ilmu yang digunakan untuk hal-hal buruk, mencelakakan orang lain, makanya disebut hitam. Secara Dhamma perbuatan tersebut didasari oleh moha, dosa, dan lobha. Sebaliknya ada ilmu yang digunakan untuk hal-hal baik, tidak merugikan disebut ilmu putih karena tidak didasari oleh moha, dosa, lobha.

Jika seperti itu pengertiannya, maka Theravada pun ada cara menanggulangi ilmu hitam yaitu dengan ilmu putih, tidak lain adalah perbuatan yang dilandasi dengan sifat-sifat adosa, amoha, alobha.

Melatih metta bhavana adalah salah satu bentuk melatih ilmu putih, bisa dikategorikan sebagai jenis pelet dalam istilah ilmu hitam.

 _/\_

130
Seremonial / Re: Waisak 2014, tanggal berapa? 13 Mei atau 15 Mei?
« on: 30 March 2014, 06:56:24 PM »
Sepanjang pengertian saya,  Waisak selalu pada saat bulan purnama.

Tahun ini Bulan ke 4, tanggal 15, untuk penanggalan Lunar, (Si Gwe Cap Go), artinya tanggal tersebut bulan bulat purnama, dan itu adalah pada tanggal 13 Mei 2014.

Tetapi tanggal libur Waisak ada pada tanggal 17 Mei 2014,  bulan ke 4 tanggal 15 penanggalan Lunar (Si Gwe Cap Cit).

Ada yang punya info untuk menjelaskan hal ini?

 _/\_

Setahu saya, Indonesia dan beberapa negara menggunakan penanggalan astronomi internasional, bukan penanggalan Imlek untuk menentukan Vesak. Thailand menggunakan penanggalan Imlek sehingga STI juga menggunakan penanggalan Imlek

BTW Libur Vesak 2014 tanggal 15 Mei bukan 17 Mei

131
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 30 March 2014, 06:51:04 PM »
Hmmm... Lagi-lagi sutra yang multitafsir ya....


 :)

132
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 30 March 2014, 06:50:54 PM »
ok, masuk akal penjelasannya. Interpretasi yang pernah saya baca mengatakan Bodhisattva itu tidak lahir di neraka. Karena sutra itu gak bilang ia lahir di neraka kan? Hanya mengatakan bahwa masa ia mengembara di samsara berkurang 100.000 kalpa

Benar tidak telak-telak ada kalimat Bodhisattva masuk neraka, tapi sutra juga tidak mengatakan Ia bebas sepenuhnya dari neraka yang Ia tahu persis akibat dari membunuh tsb, Ia paham peraturan hukum karmanya memang begitu (berbuat buruk berakibat buruk, bukan berbuat buruk malah dapat kebaikan), dan Ia siap dan rela.

Itu saja yang bisa saya sampaikan.

133
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 29 March 2014, 11:55:09 AM »
Nampaknya bukan sutranya yang berbeda tetapi bagaimana kita menginterpretasikannya.

Dalam sebuah sutra banyak interpretasi yang bisa terjadi termasuk dalam Upaya Kausalya Sutra, salah satunya adalah Bodhisattva dilahirkan di neraka.

Dalam sutra tsb dijelaskan dalam pernyataan dalam pikiran awal Bodhisattva bahwa Ia membiarkan dirinya akan masuk ke neraka yang sengsara dan menjalani penderitaan selama ratusan ribu kalpa ketika membunuh. Ini mengisyaratkan bahwa Ia memang tahu bahwa akibat membunuh adalah neraka.

Dan ketika teks mengatakan: “Karena saya menggunakan upaya kausalya dan welas asih yang sangar besar saya mampu menghindari kesengsaraan samsara selama seratus ribu kalpa”, ini merupakan pernyataan bahwa ada pahala berupa remisi waktu dari keberadaan-Nya di neraka. Dengan kata lain masa tinggalnya di neraka diperpendek yang seharusnya sangat panjang, mungkin lebih dari seratus ribu kalpa.

Ini menjelaskan bahwa usaha baik dan welas asih-Nyalah yang membuahkan pemotongan waktu  di neraka dan membunuh tetap berakibat ke neraka apapun motivasinya.

Sutra tersebut tidak menyatakan bahwa Bodhisattva terhindar dari neraka atau SELURUH sengsara ketika Ia melakukan pembunuhan meski menggunakan upaya kausalya.

Menurut John D. Dunne, Associate Professor Departemen Agama Universitas Emory, berdasarkan komentar-komentar Tibet, Bodhisatta dalam kisah tersebut dilahirkan di neraka akibat membunuh*.

Jadi, untuk saat ini, berdasarkan alasan di atas tetap saya menyatakan bahwa Bodhisattva dalam kisah tersebut dilahirkan di neraka akibat membunuh.

*An Introduction to Buddhist Ethics: Foundations, Values and Issues  By Peter Harvey

Demikian

134
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 29 March 2014, 09:30:12 AM »
Setahuku Upaya Kausalya Sutra cuma ada satu versi seperti kutipan pada gambar attachment saya sebelumnya, tetapi kita tunggu konfirmasi dari yang lebih berkompeten saja ;D

Jika kita bisa mendapatkan versi Sanskerta, saya rasa itu lebih baik.

135
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 29 March 2014, 09:16:01 AM »
Ternyata benar, menurut Upaya Kausalya Sutra, Bodhisattva tidak terlahir di neraka karena membunuh penjahat tsb:


Seperti yang saya sampaikan kepada Sdr. xenocross , apakah sutra yang sama yang kita bicarakan. Kepustakaan Mahayana kadang memiliki beberapa versi dalam satu sutra, panjang atau pendek misalnya.

Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 [9] 10 11 12 13 14 15 16 ... 148