//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?  (Read 611236 times)

0 Members and 4 Guests are viewing this topic.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2220 on: 01 June 2011, 11:20:34 AM »
Jika dalam hal biku bergitar, saya lebih lurus dibandingkan anda. Jadi bagaimana dengan pertanyaan saya? Anda tidak akan meluruskan anak anda jika mencuri? Itulah hasil anda belajar dhamma yang bukan diatas kertas.
Kenapa anda bertanya seperti itu?
Pikiran anda tidak bisa membedakan membabarkan keburukan orang lain dengan mendidik anak.

Terus menurut anda bagaimana cara yang baik? Apakah dengan memajang foto-nya di kamar mandi dan menyuruh para kecoa untuk berkomentar?
Kenapa anda bertanya seperti itu? Semakin kacau aja pikiran anda  :))

Suatu saat jika seorang bikkhu bejat memperkosa seorang umat awam, dan saya tidak akan memilih bersikap seperti anda dengan prinsip aib harus ditutup. Tidak baik membicarakan kesalahan orang lain. Dan sibuk menuding semua orang yang berkomentar bahwa jangan urus yang lain, urus diri sendiri saja. Itu salah satu bentuk kepedulian anda dengan dhamma?

Apa yang anda tahu tentang dhamma selain memperhatikan batin dan pikiran anda sendiri?
Anda dan rekan yang lain sedang berhalusinasi dan membuat cerita seperti ini. Itu pikiran anda sendiri. Cerita itu berasal dari pikiran anda. Seharusnya anda memberitahu diri anda sendiri.

Anda makin kacau saja dengan istilah kepedulian dengan dharma. Buddha mengajarkan kita untuk selalu was was penuh perhatian terhadap batin dan pikiran kita sendiri bukan yang lain. Agar selalu penuh perhatian benar
Bukan sibuk dengan membabarkan keburukan orang lain

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2221 on: 01 June 2011, 11:35:12 AM »
ngomong ngomong, Buddha mengajarkan kita menceritakan dan membabarkan keburukanan orang lain dibelakang kita  atau membabarkan dharma yah?

Menurut saya thread ini bagus, tapi karena menggunakan satu biku tertentu sebagai “model”, maka sebagian orang cenderung menyalahkan biku tsb secara personal,

dan bukan membahas secara umum yaitu tentang apa yang salah dari “bhikkhu yang bermain gitar”.

Mungkin next time, jika ingin membahas topik sejenis, identitas biku yang sedang dibahas, bisa disensor saja?

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2222 on: 01 June 2011, 11:38:50 AM »
Mungkin next time, jika ingin membahas topik sejenis, identitas biku yang sedang dibahas, bisa disensor saja?

Adalah bijaksana jika kita  hendak berbicara suatu topik yang sensitif tanpa memasang foto orang. Seolah orang tersebut sedang dihakimi.
Kita tidak tahu tujuan TS dengan memasang foto tersebut?
Sayangnya TS gak memperhatikan etika tersebut. Kita tunggu komentar TS
« Last Edit: 01 June 2011, 11:41:16 AM by djoe »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2223 on: 01 June 2011, 11:45:03 AM »
iya nanti aye bikin kotak2 aja mukanya kek penjahat / pemain film porno ya =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2224 on: 01 June 2011, 11:52:27 AM »
Kenapa anda bertanya seperti itu?
Pikiran anda tidak bisa membedakan membabarkan keburukan orang lain dengan mendidik anak.
Anda belum menjawab pertanyaan saya.

Quote
Kenapa anda bertanya seperti itu? Semakin kacau aja pikiran anda  :))
Saya hanya meniru teknik anda menjawab. Jika anda bisa melihat cara ini rusak. Berarti saya masih waras untuk mengatakan anda juga rusak.

Quote
Anda dan rekan yang lain sedang berhalusinasi dan membuat cerita seperti ini. Itu pikiran anda sendiri. Cerita itu berasal dari pikiran anda. Seharusnya anda memberitahu diri anda sendiri.
Bukan-nya dari dengkul datang ceritanya?

Quote
Anda makin kacau saja dengan istilah kepedulian dengan dharma. Buddha mengajarkan kita untuk selalu was was penuh perhatian terhadap batin dan pikiran kita sendiri bukan yang lain. Agar selalu penuh perhatian benar
Bukan sibuk dengan membabarkan keburukan orang lain
Ini jawaban yang biasa anda jawab, Anda sedang berhalusinasi dan membuat ceramah seperti ini. Itu pikiran anda sendiri. Ceramah itu berasal dari pikiran anda. Seharusnya anda memberitahu diri anda sendiri.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2225 on: 01 June 2011, 11:54:04 AM »
Pertanyaannya sederhana kok

Apakah Buddha mengajarkan kita menceritakan dan membabarkan keburukanan orang lain dibelakang kita  atau membabarkan dharma yah?
Udumbarika-Sīhanadā Sutta
Auman Singa Kepada Kaum Udumbarika
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2011
Terjemahan alternatif: Pāḷi
[36] 1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Suatu ketika, Sang Bhagavā sedang menetap di Puncak Nasar. Dan pada saat itu, Pengembara Nigrodha[1] sedang menetap di perkemahan Udumbarikā[2] yang disediakan bagi para pengembara beserta tiga ratus pengembara. Dan suatu pagi, perumah tangga Sandhāna datang ke Rājagaha untuk menemui Sang Bhagavā. Kemudian ia berpikir: ‘Saat ini bukan waktu yang tepat untuk menemui Sang Bhagavā, Beliau sedang bermeditasi; saat ini bukan waktu yang tepat untuk menemui para bhikkhu yang sedang bermeditasi. Mungkin sebaiknya aku pergi ke perkemahan Udumbarikā untuk para pengembara dan mengunjungi Nigrodha.’ Dan ia melakukan hal itu.
2. Dan saat itu, Nigrodha sedang duduk di tengah-tengah kerumunan para pengembara yang semuanya ribut berteriak membuat kegaduhan, dan terlibat dalam berbagai percakapan yang tidak bertujuan[3] tentang raja-raja, [37] perampok, menteri, tentara, bahaya, perang, makanan, minuman, pakaian, tempat tidur, karangan bunga, pengharum, sanak saudara, kereta, desa, pasar dan kota, negeri, perempuan, kuda, gosip-jalanan dan-sumur, pembicaraan tentang orang yang meninggal dunia, percakapan yang tidak menentu, spekulasi mengenai daratan dan lautan, pembicaraan mengenai ke-ada-an dan ke-tiada-an.
3. Kemudian Nigrodha melihat Sandhāna mendekat dari kejauhan, dan ia berkata kepada para pengikutnya: ‘Tenanglah, Tuan-tuan, jangan bersuara, Tuan-tuan! Perumah tangga Sandhāna, seorang pengikut Petapa Gotama, sedang mendekat. Ia adalah salah satu dari siswa perumah tangga berjubah putih dari Petapa Gotama di Rājagaha. Dan orang-orang baik ini menyukai ketenangan, mereka diajarkan untuk bersikap tenang dan memuji ketenangan. Jika ia melihat kelompok ini tenang, ia hampir pasti ingin datang dan mengunjungi kita.’ Mendengar kata-kata ini, para pengembara terdiam.
4. Kemudian Sandhāna mendekati Nigrodha dan saling bertukar sapa dengannya, dan kemudian duduk di satu sisi. Kemudian ia berkata: ‘Tuan-tuan, cara para pengembara dari kepercayaan lain berperilaku saat mereka berkumpul adalah satu hal: [38] mereka membuat kegaduhan dan terlibat dalam segala jenis percakapan yang tidak bertujuan ... cara Sang Bhagavā berbeda: Beliau mencari tempat tinggal di dalam hutan, jauh di tengah hutan, bebas dari keributan, dengan sedikit suara, jauh dari kerumunan yang membuat gila, tidak terganggu oleh banyak orang, sangat sesuai untuk mengasingkan diri.’
5. Kemudian Nigrodha menjawab: ‘Perumah tangga, apakah engkau tahu dengan siapa Petapa Gotama berbicara? Dengan siapakah Beliau bercakap-cakap? Dari siapakah Beliau mendapatkan penerangan kebijaksanaan? Kebijaksanaan Petapa Gotama dirusak oleh kehidupan-Nya yang menyendiri, Beliau tidak berguna bagi banyak kelompok, Beliau tidak berguna dalam percakapan, Ia tidak tersentuh. Bagaikan bison[4] yang berputar-putar di sekeliling pagar, demikian pula Petapa Gotama. Sesungguhnya, perumah tangga, jika Petapa Gotama datang ke perkumpulan ini, kami akan membuat-Nya bingung dengan satu pertanyaan, kami akan menjatuhkan-Nya seperti kendi kosong.’
6. Sang Bhagavā, dengan indria-telinga-dewa-Nya, yang murni dan melampaui jangkauan manusia, mendengar percakapan antara Sandhāna dan Nigrodha. Dan, menuruni Puncak Nasar, Beliau pergi ke tempat memberi makan merak di sebelah Kolam Sumāgadhā, dan [39] berjalan mondar-mandir di sana di ruang terbuka. Kemudian Nigrodha melihat Beliau, dan ia berkata kepada para pengikutnya: ‘Tenanglah, Tuan-tuan, kurangi suara, Tuan-tuan! Petapa Gotama sedang berjalan mondar-mandir di sebelah Kolam Sumāgadhā. Beliau menyukai ketenangan, Beliau memuji ketenangan. Jika ia melihat kelompok ini tenang, Beliau hampir pasti ingin datang dan mengunjungi kita. Jika Beliau datang, kita akan mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: “Bhagavā, apakah ajaran yang Bhagavā ajarkan kepada para siswa-Nya, dan para siswa itu yang telah begitu terlatih sehubungan dengan manfaat dari ajaran itu menerimanya sebagai pendukung utama, dan kesempurnaan dari hidup suci?”’ Mendengar kata-kata ini, para pengembara terdiam.
7. Kemudian Sang Bhagavā mendatangi Nigrodha, dan Nigrodha berkata: ‘Mari, Bhagavā, selamat datang, Bhagavā! Akhirnya Bhagavā berkunjung ke sini. Silakan duduk, Bhagavā, tempat duduk telah dipersiapkan.’ Sang Bhagavā duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan Nigrodha mengambil bangku kecil dan duduk di satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā berkata kepadanya: ‘Nigrodha, apakah topik pembicaraan kalian tadi? Percakapan apakah yang terhenti karena-Ku?’ Nigrodha menjawab: ‘Bhagavā, kami melihat Bhagavā sedang berjalan mondar-mandir di tempat memberi makan merak di sebelah Kolam Sumāgadhā, [40] dan kami berpikir: “Jika Bhagavā datang, kami akan mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: ‘Bhagavā, apakah ajaran yang Bhagavā ajarkan kepada para siswa-Nya, dan para siswa itu yang telah begitu terlatih sehubungan dengan manfaat dari ajaran itu menerimanya sebagai pendukung utama, dan kesempurnaan dari hidup suci?’”’
‘Nigrodha, sulit bagimu, yang menganut pandangan yang berbeda, yang memiliki kecenderungan berbeda dan mengalami pengaruh-pengaruh berbeda, memiliki guru yang berbeda, untuk memahami ajaran yang Kuajarkan kepada para siswa-Ku ... silakan, Nigrodha, tanyakan tentang ajaranmu sendiri, tentang latihan kerasmu. Bagaimanakah kondisi dari latihan keras dan penyiksaan-diri terpenuhi, dan bagaimanakah yang tidak terpenuhi?’ Mendengar kata-kata ini, para pengembara membuat kegaduhan, dan berseru: ‘Sungguh indah, sungguh menakjubkan, betapa besarnya kekuatan Petapa Gotama dalam menahan teori-Nya sendiri dan mengundang pihak lain mendiskusikan teori mereka!’
8. Setelah menenangkan mereka, Nigrodha berkata: ‘Bhagavā, kami mengajarkan latihan keras yang lebih tinggi, kami menganggapnya perlu, kami mengikutinya. Oleh karena itu, apakah yang merupakan pemenuhan atau bukan pemenuhannya?’
‘Misalkan, Nigrodha, seorang penyiksa-diri bertelanjang badan, tidak ada pengendalian kesopanan, menjilat tangannya, tidak mendekat dan hanya berdiri diam saat diminta datang. [41] Ia tidak menerima makanan dari kendi atau panci ... (seperti DN 8, paragraf 4). Ia mengenakan rami kasar, potongan kain dari tumpukan sampah ... ia adalah pencabut rambut dan janggut, mengabdikan diri [42] pada latihannya; ia adalah seorang yang berselimut-duri, membuat alas tidurnya dari duri, tidur sendirian berselimut lumpur basah, menetap di ruang terbuka, menerima tempat duduk apa pun yang diberikan, seorang yang tidak meminum air dan menyukai praktik demikian, atau ia berdiam dengan mencurahkan dirinya pada praktik mandi tiga kali sebelum malam. Bagaimana menurutmu, Nigrodha, apakah dengan cara demikian latihan keras telah terpenuhi, atau tidak?’ ‘Terpenuhi, Bhagavā.’ ‘Tetapi, Nigrodha, Aku mempertahankan pendapat bahwa latihan keras yang lebih tinggi dapat menjadi gagal dalam berbagai cara.’
9. ‘Dalam cara bagaimanakah, Bhagavā, Engkau mempertahankan pendapat bahwa latihan keras yang lebih tinggi dapat menjadi gagal?’ ‘Ambil kasus, Nigrodha, dari seorang penyiksa-diri yang mempraktikkan latihan keras tertentu. Sebagai hasilnya, ia menjadi senang dan puas karena telah mencapai akhir latihannya. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau dalam mempraktikkan latihannya, ia mengangkat dirinya sendiri dan mencela orang lain. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau ia menjadi mabuk oleh keangkuhan, bersikap bodoh dan oleh karena itu, tidak berhati-hati. Dan ini [43] adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu.’
10. ‘Kemudian, seorang penyiksa-diri mempraktikkan latihan keras tertentu, dan hal itu memberikan perolehan, penghormatan, dan kemasyhuran baginya. Sebagai akibatnya, ia menjadi senang dan puas karena telah mencapai akhir latihannya .... Atau dalam mempraktikkan latihannya, ia mengangkat dirinya sendiri dan mencela orang lain .... Atau ia menjadi mabuk oleh keangkuhan, bersikap bodoh dan oleh karena itu, tidak berhati-hati. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri mempraktikkan latihan keras tertentu, dan ia membagi makanannya menjadi dua bagian, dan berkata: “Yang ini cocok untukku, yang itu tidak cocok untukku!” Dan apa yang tidak cocok dengannya ia tolak, sedangkan yang cocok untuknya ia makan dengan rakus, tanpa perhatian, dan bernafsu, tidak melihat bahayanya. Tidak memikirkan akibatnya. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. [44] Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri mempraktikkan latihan keras tertentu demi mendapatkan perolehan, kehormatan, dan kemasyhuran, berpikir: “Para raja dan para menteri akan menghormatiku, para Khattiya dan para Brahmana dan para perumah tangga, dan para guru-guru spiritual.” Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu.’
11. ‘Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri mencela beberapa petapa dan Brahmana, dengan mengatakan: “Lihat bagaimana ia hidup berlimpah, memakan segala jenis makanan! Apakah yang dihasilkan dari akar, dari tangkai, dari ruas-ruas, dari irisan, atau ke lima dari biji,[5] ia mengunyahnya semua dengan rahangnya yang kuat, dan mereka menyebutnya seorang petapa!” Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau ia melihat petapa atau Brahmana lain dibutuhkan, dihormati, dan dihargai dan dipuja, dan ia berpikir: “Mereka membutuhkan orang kaya itu, mereka menghargainya, mereka menghormatinya, dan memujanya, sedangkan aku yang adalah seorang petapa sesungguhnya dan penyiksa-diri tidak mendapatkan perlakuan demikian!” Demikianlah ia iri dan cemburu karena para perumah tangga itu. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu.’
‘Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri menempati posisi menonjol. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau ia berkeliling dan memamerkan[6] di antara keluarga, seolah-olah mengatakan: “Lihat, ini adalah caraku meninggalkan keduniawian!” Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. [45] Atau ia berperilaku tidak jujur. Ketika ditanya “Apakah engkau menyetujui hal ini?” Walaupun ia tidak menyetujui, ia akan mengatakan: “Ya, aku menyetujui,” atau walaupun ia menyetujui, ia akan mengatakan: “Aku tidak menyetujui.” Demikianlah ia menjadi seorang pembohong yang berbohong dengan sengaja. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu.’
12. ‘Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri, ketika Sang Tathāgata atau seorang siswa Tathāgata membabarkan Dhamma dengan cara yang memerlukan persetujuannya, ia akan menahan persetujuannya. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau ia marah dan berwatak cepat marah. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Atau ia kikir dan pendendam, berwatak iri dan cemburu, licik dan tidak jujur, keras kepala dan angkuh, dengan keinginan jahat dan terpengaruh olehnya, dengan pandangan salah dan berpendapat ekstrem; ia ternoda oleh keduniawian, memegang teguh, tidak ingin melepaskan. Dan ini adalah kegagalan dalam diri penyiksa-diri itu. Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Apakah hal-hal ini menggagalkan latihan keras yang lebih tinggi atau tidak?’ ‘Tentu saja menggagalkan, Bhagavā. Mungkin saja ada seorang penyiksa-diri yang memiliki semua kegagalan ini, apalagi hanya satu kegagalan.’
13.-14. ‘Sekarang, Nigrodha, ambil kasus seorang penyiksa-diri tertentu yang mempraktikkan latihan keras tertentu. Sebagai akibatnya, ia tidak senang dan puas setelah mencapai akhir dari latihannya. Karena itu, [46] dalam hal ini, ia murni. Kemudian lagi, ia tidak mengangkat dirinya dan mencela orang lain ... (serupa dengan semua contoh dalam 10-11). [47] Dengan demikian, ia tidak menjadi pembohong yang berbohong dengan sengaja. Dalam hal ini, ia murni.’
15. ‘Kemudian lagi, seorang penyiksa-diri, ketika Sang Tathāgata atau seorang siswa Tathāgata membabarkan Dhamma dengan cara yang memerlukan persetujuannya, ia memberikan persetujuannya. Dalam hal ini, ia murni. Dan ia tidak marah atau berwatak cepat marah. Dalam hal ini, ia murni. Dan ia tidak kikir dan pendendam, berwatak iri dan cemburu, licik dan tidak jujur, keras kepala dan [48] angkuh, ia tidak memiliki keinginan jahat dan tidak terpengaruh olehnya, tidak berpandangan salah dan tidak berpendapat ekstrem; ia tidak ternoda oleh keduniawian, tidak memegang teguh, ingin melepaskan. Dalam hal ini, ia murni. Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Apakah hal-hal ini memurnikan latihan keras yang lebih tinggi atau tidak?’ ‘Tentu saja, Bhagavā. Latihan keras itu mencapai puncaknya di sana, menembus inti.’ ‘Tidak, Nigrodha, latihan keras tidak mencapai puncaknya, hanya mencapai kulit luarnya saja.’[7]
16. ‘Jadi, Bhagavā, bagaimanakah latihan keras mencapai puncaknya, menembus intinya? Baik sekali jika Bhagavā membantu latihan kerasku mencapai puncaknya, menembus intinya.’
‘Nigrodha, ambil kasus seorang penyiksa-diri yang melaksanakan empat pengendalian. Dan apakah ini? Di sini, seorang penyiksa-diri tidak menyakiti makhluk hidup, tidak menyebabkan makhluk hidup terluka, tidak menyetujui tindakan melukai demikian; [49] ia tidak mengambil apa yang tidak diberikan, atau menyebabkan suatu benda diambil atau menyetujui pengambilan demikian; ia tidak mengatakan kebohongan, atau menyebabkan kebohongan diucapkan, atau menyetujui kebohongan demikian; ia tidak menginginkan kenikmatan-indria,[8] atau menyebabkan orang lain demikian, atau menyetujui keinginan demikian. Demikian pula, seorang penyiksa-diri melaksanakan empat pengendalian. Dan melalui pengendalian ini, dengan membuat pengendalian ini sebagai latihan kerasnya, ia mengambil jalan naik dan tidak akan terjatuh ke dalam hal-hal rendah.’
‘Kemudian ia mencari tempat tinggal yang sunyi, di bawah pohon di hutan, di gua di gunung atau jurang, tanah pekuburan, di hutan belantara, atau di ruang terbuka di atas tumpukan jerami. Dan setelah memakan makanan dari hasil mengumpulkan dana makanan, ia duduk bersila, menegakkan tubuhnya, setelah mengukuhkan perhatian di depannya.[9] Ia meninggalkan keserakahan terhadap dunia, ia berdiam dengan pikiran bebas dari keserakahan demikian, dan pikirannya dimurnikan darinya. Meninggalkan permusuhan dan kebencian, ia berdiam dengan pikiran bebas darinya, dan dengan belas kasihan terhadap kesejahteraan semua makhluk hidup, pikirannya dimurnikan dari mereka. Meninggalkan kelambanan-dan-ketumpulan, ... dengan persepsi cahaya,[10] penuh perhatian dan sadar jernih, pikirannya dimurnikan dari kelambanan-dan-ketumpulan. Meninggalkan kekhawatiran-dan-kegelisahan, ... dan dengan menenangkan pikirannya, pikirannya[11] bebas dari kekhawatiran-dan-kegelisahan. Meninggalkan keragu-raguan, ia berdiam dengan keraguan ditinggalkan, tanpa keraguan sehubungan dengan hal-hal yang baik, pikirannya dimurnikan dari keraguan.’
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2226 on: 01 June 2011, 11:54:41 AM »
17. ‘Setelah meninggalkan lima rintangan ini, dan untuk melemahkan kekotoran-kekotoran[12] batin melalui pandangan terang, ia berdiam, membiarkan pikirannya, dipenuhi dengan cinta-kasih, mencurahkan ke satu arah, kemudian arah ke dua, kemudian ke tiga, kemudian ke empat. Dan demikianlah ia melanjutkan dengan mencurahkan ke seluruh dunia, ke atas, ke bawah, ke sekeliling, dan ke segala penjuru dengan pikiran yang penuh dengan cinta-kasih, meluas, [50] terkembang,[13] tidak terbatas, bebas dari kebencian dan permusuhan. Dan ia berdiam, membiarkan pikirannya, dipenuhi belas kasihan, ... kegembiraan simpatik, ... keseimbangan, mencurahkan ke satu arah, ... meluas, terkembang, tidak terbatas, bebas dari kebencian dan permusuhan. Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Apakah latihan keras yang lebih tinggi dimurnikan melalui hal-hal ini, atau tidak?’ ‘Tentu saja, Bhagavā. Latihan keras itu mencapai puncaknya di sana, menembus inti.’ ‘Tidak, Nigrodha, latihan keras tidak mencapai puncaknya, hanya mencapai kulit dalamnya saja.’[14]
18. ‘Jadi, Bhagavā, bagaimanakah latihan keras mencapai puncaknya, menembus intinya? Baik sekali jika Bhagavā membantu latihan kerasku mencapai puncaknya, menembus intinya.’ ‘Nigrodha, ambil kasus seorang penyiksa-diri yang melaksanakan empat pengendalian ... (seperti paragraf 16-17), bebas dari kebencian dan permusuhan. Ia mengingat berbagai kehidupan lampaunya ... di sana namaku adalah ini-dan-itu, ... kastaku adalah ini-dan-itu ... (seperti DN 1, paragraf 1.31). Aku mengalami kondisi menyenangkan dan menyakitkan begini-dan-begitu ... setelah meninggal dunia di sana, aku muncul di sana .... [51] Demikianlah ia mengingat berbagai kehidupan lampaunya, kondisi-kondisinya, dan rinciannya. Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Apakah latihan keras yang lebih tinggi dimurnikan melalui hal-hal ini, atau tidak?’ ‘Tentu saja, Bhagavā. Latihan keras itu mencapai puncaknya di sana, menembus inti.’ ‘Tidak, Nigrodha, latihan keras tidak mencapai puncaknya, hanya mencapai sekeliling intinya saja.’
19. ‘Jadi, Bhagavā, bagaimanakah latihan keras mencapai puncaknya, menembus intinya? Baik sekali jika Bhagavā membantu latihan kerasku mencapai puncaknya, menembus intinya.’
‘Nigrodha, ambil kasus seorang penyiksa-diri yang melaksanakan empat pengendalian ..., bebas dari kebencian dan permusuhan. Demikianlah [52] ia mengingat berbagai kehidupan lampaunya, kondisi-kondisinya, dan rinciannya. Dan kemudian, dengan mata-dewa yang murni, ia melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan terlahir kembali: rendah dan mulia, sejahtera atau menderita. Di alam bahagia atau sengsara sesuai kamma yang mengarahkan mereka. Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Apakah latihan keras yang lebih tinggi dimurnikan melalui hal-hal ini, atau tidak?’ ‘Tentu saja, Bhagavā. Latihan keras itu mencapai puncaknya di sana, menembus inti.’
‘Jadi, demikianlah, Nigrodha, latihan keras itu dimurnikan hingga mencapai puncaknya dan menembus intinya. Dan dengan demikian, Nigrodha, ketika engkau bertanya: “Apakah, Bhagavā, ajaran yang Bhagavā ajarkan kepada para siswa-Nya, dan para siswa itu yang telah begitu terlatih sehubungan dengan manfaat dari ajaran itu menerimanya sebagai pendukung utama, dan kesempurnaan dari hidup suci?” Aku mengatakan bahwa melalui sesuatu yang mencapai lebih jauh dan lebih mulia, Aku mengajarkan mereka, yang dengan ajaran itu mereka ... menerimanya sebagai pendukung utama, dan kesempurnaan dari hidup suci.’
Mendengar kata-kata ini, para pengembara membuat kegaduhan dan berteriak: ‘Kita dan guru kita telah hancur! Kita tidak mengetahui apa pun yang mencapai lebih jauh dari ajaran kita!’ [53]
20. Dan ketika perumah tangga Sandhāna menyadari: ‘Para pengembara dari kepercayaan lain ini sebenarnya mendengarkan dan memerhatikan kata-kata Sang Bhagavā, dan mencurahkan batin mereka kepada kebijaksanaan yang lebih tinggi, ia berkata kepada Nigrodha: ‘Yang Mulia Nigrodha, engkau mengatakan kepadaku: ‘Ayolah, perumah tangga, apakah engkau tahu dengan siapa Petapa Gotama berbicara? ... kebijaksanaan Petapa Gotama dirusak oleh kehidupan-Nya yang menyendiri, Beliau tidak berguna dalam percakapan, Ia tidak tersentuh ....” Sekarang Bhagavā telah datang ke sini, mengapa engkau tidak membuat-Nya bingung dengan satu pertanyaan, dan menjatuhkan-Nya seperti kendi kosong?’ Mendengar kata-kata ini, Nigrodha hanya berdiam diri dan merasa kalah, bahunya merosot, ia menggantung kepalanya dan duduk menatap ke bawah dan bingung.
21. Melihat situasi yang ia alami, Sang Bhagavā berkata: ‘Benarkah, Nigrodha, bahwa engkau mengatakan hal itu?’ [54] ‘Bhagavā, benar bahwa aku telah mengatakan kata-kata bodoh, keliru, dan jahat itu.’ ‘Bagaimana menurutmu, Nigrodha? Pernahkah engkau mendengarkan apa yang dikatakan oleh para pengembara yang tua, terhormat, guru dari para guru, bahwa para Arahant, Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna di masa lampau biasanya bercakap-cakap ketika mereka berkumpul, dengan berteriak dan membuat kegaduhan, dan terlibat dalam pembicaraan yang tidak menentu ... seperti yang dilakukan oleh engkau dan gurumu? Atau tidakkah mereka mengatakan bahwa para Buddha itu bertempat tinggal di dalam hutan, jauh di tengah hutan, bebas dari keributan, dengan sedikit suara, jauh dari kerumunan yang membuat gila, tidak terganggu oleh banyak orang, sangat sesuai untuk mengasingkan diri, seperti yang Kulakukan sekarang?’ ‘Bhagavā, aku telah mendengar dikatakan bahwa mereka yang Arahant, para Buddha yang mencapai Penerangan Sempurna tidak melibatkan diri dalam pembicaraan dengan suara keras ... tetapi bertempat tinggal di dalam hutan, ... seperti yang dilakukan oleh Bhagavā sekarang.’
‘Nigrodha, engkau adalah orang yang cerdas yang telah matang dalam usia. Tidakkah engkau berpikir: “Sang Bhagavā tercerahkan dan mengajarkan ajaran pencerahan, Beliau terkendali dan mengajarkan ajaran pengendalian, Beliau tenang dan mengajarkan ajaran ketenangan. Beliau telah pergi melampaui [55] dan mengajarkan ajaran untuk pergi melampaui, Beliau telah mencapai Nibbāna dan mengajarkan ajaran untuk mencapai Nibbāna?”’
22. Mendengar kata-kata ini, Nigrodha berkata kepada Bhagavā: ‘Pelanggaran menguasaiku, Bhagavā! Betapa bodoh, buta, dan jahatnya aku, sehingga aku berkata demikian tentang Bhagavā. Sudilah Bhagavā menerima pengakuanku atas kesalahan ini, agar aku dapat mengendalikan diri di masa depan!’[15] ‘Sungguh, Nigrodha, Pelanggaran menguasaimu! karena kebodohan, kebutaan, dan kejahatan sehingga engkau berkata demikian tentang Aku. Tetapi karena engkau menyadari pelanggaran itu dan memperbaiki dengan semestinya, kami menerima pengakuanmu. Karena, Nigrodha, adalah tanda kemajuan dalam disiplin para Mulia, jika seseorang menyadari pelanggarannya dan memperbaiki dengan semestinya, mengendalikan dirinya di masa depan.’
‘Tetapi, Nigrodha, Aku mengatakan kepadamu: Biarlah seorang yang cerdas datang kepada-Ku, ia yang tulus, jujur, dan lurus, dan Aku akan menasihatinya, mengajarinya Dhamma. Jika ia mempraktikkan apa yang diajarkan, maka dalam tujuh tahun, ia akan mencapai kehidupan dan tujuan suci yang tanpa tandingan dalam kehidupan ini, yang dicari oleh para pemuda yang berasal dari keluarga mulia yang meninggalkan rumah dan menjalani kehidupan tanpa rumah, dengan pengetahuan dan pencapaiannya sendiri, dan ia akan berdiam di sana. Jangankan tujuh tahun-dalam enam tahun, lima, empat, tiga, dua, satu tahun ... tujuh bulan, enam bulan, [56] lima, empat, tiga, dua, satu, setengah bulan. Jangankan setengah bulan-dalam tujuh hari, ia akan dapat mencapai tujuan itu.[16]’
23. ‘Nigrodha, engkau mungkin berpikir: “Petapa Gotama mengatakan hal ini untuk mendapatkan murid.” Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah ia yang menjadi gurumu tetap menjadi gurumu.[17] Atau engkau mungkin berpikir: “Beliau ingin kami meninggalkan peraturan-peraturan kami.” Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah peraturanmu tetap berlaku seperti apa adanya. Atau engkau mungkin berpikir: “Beliau ingin kami meninggalkan gaya hidup kami.” Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah gaya hidupmu tetap seperti apa adanya. Atau engkau mungkin berpikir: “Beliau ingin kami mengukuhkan kami dalam melakukan hal-hal yang menurut ajaran kami adalah salah, dan yang dianggap demikian oleh kami.” Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah hal-hal yang kalian anggap salah tetap dianggap demikian. Atau engkau mungkin berpikir: “Beliau ingin menarik kami dari hal-hal yang menurut ajaran kami adalah baik, dan yang dianggap demikian oleh kami.” Namun jangan engkau beranggapan demikian. Biarlah hal-hal yang kalian anggap baik tetap dianggap demikian. Nigrodha, Aku tidak berbicara karena alasan-alasan ini ....’ [57]
‘Ada, Nigrodha, hal-hal tidak baik yang belum ditinggalkan, ternoda, mendukung kelahiran kembali,[18] menakutkan, menghasilkan akibat menyakitkan di masa depan, berhubungan dengan kelahiran, kerusakan, dan kematian, adalah untuk meninggalkan hal-hal ini, maka Aku mengajarkan Dhamma. Jika engkau mempraktikkan dengan benar, hal-hal ternoda ini akan ditinggalkan, dan hal-hal yang memurnikan akan tumbuh dan berkembang, dan engkau akan mencapai dan berdiam, dalam kehidupan ini, dengan pandangan terang dan pencapaianmu sendiri, kesempurnaan kebijaksanaan sepenuhnya.’
24. Mendengar kata-kata ini, para pengembara duduk diam dan merasa kalah, bahu mereka merosot, mereka menggantung kepalanya dan duduk menatap ke bawah dan bingung, pikiran mereka dikuasai oleh Māra.[19] Kemudian Sang Bhagavā berkata: ‘Semua orang-orang ini dikuasai oleh yang jahat, sehingga tidak seorang pun dari mereka berpikir: “Marilah kita menjalani kehidupan suci seperti yang dinyatakan oleh Petapa Gotama, kita akan mempelajarinya-apalah artinya tujuh hari?”’
Kemudian Sang Bhagavā, setelah mengaumkan auman singa di taman Udumbarikā, melayang ke angkasa dan turun di Puncak Nasar. Dan si perumah tangga Sandhāna juga kembali ke Rājagaha.[20]
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2227 on: 01 June 2011, 12:00:47 PM »

Bukan-nya dari dengkul datang ceritanya?


 _/\_
Kepala panas, maka kata dengkulpun muncul.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2228 on: 01 June 2011, 12:06:10 PM »
Udumbarika-Sīhanadā Sutta
Auman Singa Kepada Kaum Udumbarika
Diterjemahkan dari bahasa Pāḷi ke bahasa Inggris oleh
Maurice O'Connell Walshe
© 2009-2011
Terjemahan alternatif: Pāḷi.........................

Setelah memasang foto orang di internet dan membicarakan keburukan orang di belakangnya, anda memposting sutta.

Anda bahkan menghina orang tersebut dibekalangnya

iya nanti aye bikin kotak2 aja mukanya kek penjahat / pemain film porno ya =))

Suttayang mencatat tentang kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan tindakan anda.
Anda ingin berlindung dibalik sutta? Menutupi perbuatan anda dengan memposting sutta?


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2229 on: 01 June 2011, 12:09:48 PM »
_/\_
Kepala panas, maka kata dengkulpun muncul.
Bukan panas, cuma saya tidak mengerti bagaimana cara berbicara dengan tipe orang seperti anda.
Orang bertanya lain, anda menjawab-nya lain. Bahkan yang tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaan yang diajukan. Dan bagi saya kata yang cocok cuma dengkul untuk hal yang begitu.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2230 on: 01 June 2011, 12:11:31 PM »
Setelah memasang foto orang di internet dan membicarakan keburukan orang di belakangnya, anda memposting sutta.

Anda bahkan menghina orang tersebut dibekalangnya

Suttayang mencatat tentang kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan tindakan anda.

Anda ingin berlindung dibalik sutta? Menutupi perbuatan anda dengan memposting sutta?

Tidak ada yang salah dengan membicarakan keburukan orang lain, selama kita fokus pada "apa yang salah, apa yang harus dihindari". Jadi bukan fokus ke orangnya. Sang Buddha melakukan hal ini dengan baik (fokus ke perbuatannya).

Tapi sepertinya kita belum bisa bersikap demikian, jadi sebaiknya disensor saja identitasnya.
« Last Edit: 01 June 2011, 12:13:56 PM by Mayvise »

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2231 on: 01 June 2011, 12:15:27 PM »
Tidak ada yang salah dengan membicarakan keburukan orang lain, selama kita fokus pada "apa yang salah, apa yang harus dihindari". Jadi bukan fokus ke orangnya.



Anda berbicara idealnya atau yang sedang terjadi disini. Kenyataannya tidak seperti itu.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2232 on: 01 June 2011, 12:16:24 PM »

Suttayang mencatat tentang kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan tindakan anda.
Anda ingin berlindung dibalik sutta? Menutupi perbuatan anda dengan memposting sutta?


Anda mengatakan sutta yang mencatat kebenaran. Bukan tinta diatas kertas lagi? Atau dharma hidup adalah kebenaran?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2233 on: 01 June 2011, 12:18:59 PM »
Anda mengatakan sutta yang mencatat kebenaran. Bukan tinta diatas kertas lagi? Atau dharma hidup adalah kebenaran?

Anda sendiri masih bingung dengan kebenaran yang dicatat dalam sutta dengan catatan kebenaran (sutta) ? Lihat semua posting dulu baru berkomentar

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?
« Reply #2234 on: 01 June 2011, 12:26:39 PM »
Setelah memasang foto orang di internet dan membicarakan keburukan orang di belakangnya, anda memposting sutta.

Anda bahkan menghina orang tersebut dibekalangnya

Suttayang mencatat tentang kebenaran itu tidak ada hubungannya dengan tindakan anda.
Anda ingin berlindung dibalik sutta? Menutupi perbuatan anda dengan memposting sutta?


astaga, coba anda lihat ke dalam batin anda sendiri, pasti anda mengerti dengan sendirinya. =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything