melihat diskusi ini terus berkepanjangan sebaiknya diambil kesimpulan deh gak usah panjang2 jawaban yang terlalu puitis.
apakah biku bermain gitar hanya ada di vihara itu atau disemua vihara ada gitar?
---
Anda yang lebih kenal banyak wihara ketimbang saya.
Gitar mungkin ada di banyak wihara, apalagi di kota.
Biku bermain gitar, pastinya bukan hanya ada di wihara itu.
saya juga banyak malang melintang dari vihara ke vihara, sejujurnya saya memang sering melihat BIKU bergitar di vihara2 dari aliran ini.
sejauh apakan pemahaman umat buda terhadap ajarannya? atau umat hanya tau cung cung cep aja?
---
Maksudnya, ini ditujukan utk umum atau utk umat di wihara itu?
sejauh apakan pemahaman umat buda terhadap kelakuan pemimpin agamanya atau hanya bisa cari muka doang umatnya liat biku?
---
Untuk apa umatnya mencari muka ke biku? Untuk mendapatkan jabatan?
saya ulang sekali lagi. Sangha ada 4 kelompok, satu sama lain sejajar dan saling mendukung.
Biku tidak dapat (atau tepatnya tidak boleh) kita kategorikan sebagai pemimpin agama Buddha?
Di masing-masing kelompok ada pemimpinnya sendiri2.
Menurut Bro Henry, tepatkah jika dikatakan bahwa "BIKU adalah guru sekaligus panutan bagi umatnya" atau "BIKU bukanlah guru atau panutan bagi umatnya"? yg manakah dari kedua statement itu yg menurut anda benar?
apakah vinaya begitu menyakitkan untuk ditaati oleh biku sehingga butuh kelonggaran2?
---
Bukan masalah menyakitkan tidak, tapi membelenggu tidak.
Untuk menembus realisasi, maka belenggu adalah rintangan.
Jadi bukan masalah kelonggaran.
tetapi lebih tepat dikatakan ada aturan2 yang kurang pas lagi untuk diterapkan di masa ini.
Karena kalau diterapkan secara kaku, maka akan menjadi belenggu.
apakah menurut Bro Henry, Vinaya adalah sumber kemelekatan? bagaimana dengan hukum paticcasamupada, tahukah anda apa yg menjadi sumber kemelekatan dalam hukum itu?
dan ini bagian menarik, apakah menurut Bro Henry, Dhamma-Vinaya sudah tidak uptodate lagi untuk masa sekarang sehingga perlu di amandemen? pernahkah Bro Henry membaca paritta Dhammanussati? atau mungkin ada perbedaan interpretasi, jadi saya akan menanyakan "bagaimanakah Bro Henry memahami Dhammanussati?
contoh :
Biku boleh tidak duduk sebelah dengan wanita? ini jaraknya udah buat hitungan meter lagi, tapi cm.
kalau sekarang biku pergi ke luar kota, naik pesawat atau duduk di bus, di sebelahnya wanita, apakah wanita itu harus dilarang duduk? atau apakah bikunya yang harus turun cari kendaraan lain?
saya pernah menanyakan hal ini kepada seorang bhikkhu, dan jawabannya adalah, "selalu ada cara jika seorang bhikkhu sungguh2 melaksanakan vinaya", dalam kasus naik bis, carilah tempat duduk di sebelah laki2, sangat tidak sulit membedakan laki2 dan perempuan, dalam hal naik pesawat, malah lebih mudah lagi memilih tempat duduk. hanya saja karena dunia anda sebatas paran BIKU dengan WINAYA kadang2nya maka tentu saja semuanya serba mustahil.
kenapa ajaran buda ngikut2 ajaran lain?
apakah ajaran buda belum sempurna sehingga harus ikut2an ajaran lain? (baca simsapa sutta)
---
dalam hal apa nih bro?
Kita harus bisa membedakan 'inti ajaran' dan 'bentuk luar'
Budaya termasuk bahasa dan tulisan adalah bentuk luar, bukan inti ajaran.
Dan untuk hal ini, Buddhism adalah yang paling cair, yang bisa mengadopsi budaya yang ada di tempat ajaran itu berkembang.
Oleh karenanya, kita hampir tidak menemukan adanya kekerasan atas nama Buddhism.
Bandingkan dengan agama yang lain yang demikian kaku, sehingga sering terjadi persinggungan dan ujung2nya kekerasan.
dalam hal "inti ajaran" dan "bentuk luar" di manakah posisi Vinaya?