DEWA DAPUR DAN AGAMA BUDDHA
Dewa ini tidak asing lagi bagi masyarakat Tionghoa. Dewa Dapur yang dikenal di kalangan masyarakat Tionghoa bernama Zao Jun. Hari ulang tahunnya yaitu tanggal 24 bulan 12 Imlek, bertepatan dengan hari naiknya Dewa Dewi menurut kepercayaan Tionghoa.
Pertama-tama marilah kita lihat dulu pembahasan tentang Zao Jun.
Zao Jun (灶君), sang Dewa Dapur versi TaoisPada hari itu umat bersembahyang pada Zao Jun, yang juga dianggap Dewa Penguasa Keluarga, yang mengawasi perilaku manusia. Keluarga di suatu rumah memohon agar beliau melaporkan kebaikan yang telah mereka lakukan pada Tian dan kemudian memberikan mereka berkah.
Pemujaannya tidak dapat lepas dari “api” yang digunakan untuk menghangatkan dan memasak makanan di dapur.
Siapakah Zao Jun? Dalam kitab-kitab Taois, Zao Jun pada awalnya disebut Zao Shen (灶神). Dewa Zao Jun ada 3 macam:
1. Yang wanita berwujud sebagai nenek-nenek dengan nama
Zhonghuo Laomu Yuanjun yang membawahi berbagai dewa dapur
2. Dalam kitab “Upacara-upacara Negeri Zhou” mencatat bahwa Zhu Rong, cucu Huang Di, selalu menangani masalah yang berkaitan dengan api, maka setelah meninggal diangkat jadi Dewa Dapur
3. Yang pria berwujud sebagai orang dengan marga Zhang. Di antaranya Zhang Dan, Zhang Sheng, Zhang Wei dan Zhang Dingfu. Kebanyakan orang dengan marga Zhang yang menjadi Dewa Dapur selalu berhubungan dengan Yuhuang Dadi.
Menurut Kitab
Huainan Zi dari zaman Dinasti Han, Kaisar Huangdi yang menciptakan Zao Jun Ye. Ada pula yang menceritakan bahwa awal pemujaan Zao Jun berasal dari kalangan Taois, bermula dari pertemuan pendeta Taois Li Shaojun dengan Zao Jun.
Dapur adalah bagian yang penting dalam kehidupan kita dan sekelompok keluarga. Setiap hari kita perlu makan, dan makanan itu berasal dari dapur. Karena makanan yang penting bagi kehidupan manusia dimasak di dapur, maka dapur juga penting bagi manusia.
Semua yang penting bagi kehidupan manusia haruslah dihargai dan dihormati, salah satunya adalah dapur. Kisah Dewa Dapur sebenarnya bertujuan untuk memberikan nasehat pada masyarakat supaya jangan suka melakukan perbuatan buruk. Kisah Dewa Dapur ini terbentuk mengingat dapur adalah pusat kegiatan sehari-hari bagi setiap keluarga pada zaman dahulu, terutama keluarga yang masih termasuk dalam masyarakat agraris [pertanian].
Zao Jun dalam agama BuddhaZao Jun bukanlah seorang dewa dalam agama Buddha, melainkan seorang kinnara.
“Di Tiongkok, para bhiksu Buddhis mengkalim bahwa dewa Taois Zao Jun, sebenarnya adalah Kinnara, yang pada zaman Dinasti Tang, bereinkarnasi menjadi seorang bhiksu.”[Buddhism: Flammarion Iconographic Guides]Makhluk Kinnara berada di bawah kekuasaan Raja Dewa Vaisravana, dengan demikian juga di bawah kekuasaan Raja Dewa Sakra (Yuhuang Dadi).
Sanbo Kojin (三宝荒神), Dewa Dapur versi Buddhis Di Jepang, dikenal Dewa Dapur versi Buddhis yaitu Sanbo Kojin. Sanbo Kojin adalah Dewa perapian dapur dan pelindung tanah. Wujudnya tampak
forceful dan baru muncul pada abad ke-15 M. Ia memimpin 98.000 setan dan menaklukkan mereka yang jahat dan kejam.
Kojin adalah Dewa Tempat Memasak / Dapur(kamado-no-kami 竈の神). Kojin adalah Dewa yang meyucikan ketidaksucian seperti api yang membakar segala ketidaksucian / kekotoran batin. Maka dari itulah Sanbo Kojin ditempatkan di dekat tungku masak.
Kata-kata “kamado” (竃) adalah satu tipe kompor masak dan dapat disingkat dengan nama “kama”. Istilah kamadogami (竃神) dipakai di daerah Tōhoku. Di beberapa distrik Prefektur Shizuoka, altar yang paling dekat dengan dapur di rumah-rumah tradisional [minka] itu dipercaya sebagai tempat singgah dewa Sanbo Kojin (kōjinbashira 荒神柱). Pada hari terkahir setiap bulan, sebuah vas berisi dahan cemara (kōjinmatsu 荒神松) ditempatkan pada sebuah altar (kōjindana 荒神棚), yang disanggah oleh pilar di dekat tungku masak.
Di beberapa distrik prefektur Saga, dapur yang besar biasa disebut Dapur Kojin (Kōjinsan-no-Kamado 荒神さんの竃 atau Kōjinsan Hettsui 荒神さん竃).
Dewa Sanbo Kojin memberikan keberuntungan dan melindungi keluarga dari bencana.
Ada beberapa macam Dewa Kojin:
1. Sanbo Kojin (三宝荒神). Perwujudan ini memiliki satu/ tiga / delapan kepala dan empat/ enam / delapan lengan. “Sanbo” berarti Triratna (Buddha, Dharma, Sangha), sehingga Sanbo Kojin disebut juga Dewa Pelindung Triratna.
2. Nyorai Kojin (如来荒神), mirip dengan Vajrasattva dan tangannya membentuk Mudra Enam Elemen layaknya Mahavairocana Buddha
3. Kojima Kojin (子島荒神) yang muncul dengan empat lengan dan berpakaian baju kerajaan Jepang (
sokutai), memakai topi kerajaan (
kanmuri) dan memegang permata dan cakra. Beliau muncul dalam mimpi Bhiksu Shinko pada abad ke-11 M.
Sanbo Kojin dipuja juga di kalangan Shugendao dan dianggap sebagai emanasi dari En No Gyoja.
Para umat di Jepang melakukan puja pada “Dewa Dapur” dengan menggunakan "
Sanku" yang terdiri dari nasi, sake, dan sebagainya.
Kojin, layaknya Zao Jun, konon melaporkan perbuatan manusia ke Dewa-dewa Kota. Di rumah-rumah ia dipuja dengan tablet [fuda], sedangkan di vihara-vihara ia dipuja dengan rupang.
Dewata Lain Yang Juga Ditempatkan Di DapurKita mengetahui bahwa dapur adalah tempat yang sangat penting pada zaman dahulu karena merupakan pusat kegiatan sehari-hari dan di sana tempat dibuatnya makanan yang merupakan seuatu hal yang snagat vital dalam menyokong kehidupan manusia.
Oleh karena itu tidak heran bahwa di Jepang, rupang Dewata atau Bodhisattva ditempatkan di dapur, misalnya:
1. Mahakala. Ia dianggap sebagai pelindung persediaan makanan sehingga digambarkan menaiki karung beras. Rupangnya ditempatkan di dapur vihara India, Tiongkok dan Jepang. Praktek penghormatan pada Mahakala di dapur vihara-vihara Jepang dimulai oleh Bhiksu Saichou di gunung Hiei pada abad 9 M.
2. Skandadeva. Skanda dianggap sebagai pelindung Vihara dan anggota Sangha. Oleh karena itulah beliau ditempatkan di dapur vihara-vihara Zen.
3. Manjushri Bodhisattva, prajna para Buddha, ditempatkan di dapur pada era Heian untuk menyimbolkan bahwa untuk menata dan mengurusi hal-hal rumah tangga haruslah dengan kebijaksanaan dan kedisiplinan.
4. Mikuriya Myojin (御厨明神) [Aiman dan Aigo] dan Ajimi Jizo (嘗試地蔵)[salah satu perwujudan Ksitigarbha] adalah para ‘Dewa Dapur’ di tradisi Shingon di Gunung Koya. Dulu, Aiman dan Aigo tiap harinya membawakan makanan pada Bhiksu Kukai. Mikuriya Myojin adalah salah satu perwujduan Acalanatha Vidyaraja. Kata-kata “Kuriya” di Jepang dipakai untuk mendeskripsikan lantai dapur.
Konon Sanbo Kojin adalah emanasi Manjusri Bodhisattva dan Acalanatha Vidyaraja.
Namun
para Bodhisattva dan Dewa di atas BUKANLAH Dewa Penjaga Dapur [perkecualian mungkin bagi Sanbo Kojin]. Manjusri, Skandadeva, Mahakala dan Ksitigarbha bukanlah Dewa Penjaga Dapur.
Mereka ditempatkan di dapur karena dapur merupakan sumber dan pusat dari kebutuhan manusia sehari-hari atau kegiatan dalam suatu rumah. Diharapkan bahwa kebijaksanaan dan berkah para Dewa dan Bodhisattva memberkahi keluarga dalam suatu rumah atau para Bhiksu dalam suatu vihara. Jadi penempatan di dapur itu hanya merupakan suatu tindakan simbolik saja.
Karena dapur dianggap merupakan tempat yang penting, maka tidak heran kalau rupang Bodhisattva dan Dewa ditempatkan di sebuah tempat yang dianggap penting bukan?
Satu-satunya Dewa dalam agama Buddha yang mungkin dapat disebut sebagai Dewa Dapur yang sesungguhnya hanyalah Sanbo Kojin.
The Siddha Wanderer