Waktu itu ada, jika yang dimaksud adalah sekarang (
now, present time).
Waktu adalah tiada, jika yang dimaksud adalah masa nanti (masa akan datang) dan masa lalu (berupa kenangan belaka).
Yang disadari seorang Buddha, adalah kekinian, yakni sifat hakiki dari keberadaan. Ia melihat waktu yang dimaksud oleh manusia dan makhluk lain, sebagai keinginan yang belum berakhir (berputar dalam permainan hidup dan mati, tumimbal lahir). Ketika keinginan itu telah padam, maka waktu konvensional pun berakhir, yang ada hanya
sekarang, dan kenangan-kenangan yang telah berlalu (pengalaman lahir dan mati) serta kecenderungan unsur-unsur.
Selain waktu delusional yang menghilang, Buddha akan menyaksikan makhluk yang sebelumnya dikira-Nya benar-benar eksis dan nyata, ternyata hanya sekumpulan unsur-unsur yang memiliki hasrat, kegembiraan, kesedihan, benci, iri, ketidaktahuan, dan banyak sifat-sifat non-hakiki lainnya yang menyebabkan mereka menciptakan waktu tersebut. Karena adanya keinginan, maka waktu otomatis ada. Ketika keinginan telah padam, yang ada adalah nirwaktu (waktu delusional menghilang, waktu hakiki akan disadari, tergugah/tercerahkan).
Segala sesuatu tiada inti, tanpa kecuali. Segala yang eksis di alam semesta ini merupakan gabungan unsur-unsur keinginan, berbentuk materi karena ditangkap oleh indera (ada karena terbentuk oleh sebab-sebab lalu). Selain waktu yang bersifat delusional, yang mengalami pun tidak berinti, hanya berupa gabungan yang muncul dan menghilang sesuai sebab-akibat.
Sadari semua perubahan, sadari bahwa semua tiada inti hakiki.
Semoga dapat tersadarkan dari ilusi perubahan dan kemelekatan diri.
Salam pencerahan dan ketergugahan.