Beberapa alasan saya tidak mengomentari rekan Dato:
1. Banyak asumsi yang kurang logis serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dari usia saya yang disebut-sebut lebih tua, padahal tidak saya pernah nyatakan sama sekali.
Asumsi bahwa saya mengatakan mengomentari=terbebani, padahal tidak pernah saya nyatakan satu kali pun.
hehehe...
dr pd buat kesimpulan sepihak, yuks sy giring debat ma ente, ane lg punya byk waktu tuk ladeni logika ente..
1. tunjukan asumsi sy yg kurang logis serta tidak dapat dipertangungjawabkan tu yg mana ? sy rasa anda ckup jantan untuk menunjukan "ini loh yg ga logis" bkn cm sekedar cuap2.
memang anda tidak menyatakan secara tertulis, tp tersirat. bukan kah anda yg menggiring pembaca bahwa komentar2 diatas tentang foto bhikkhu karena terbebani, terlihat dr penggunaan kata kacau, memalukan dan lainnya, apakah anda sudah cukup pinter menguasai jurus belut ?
2. Kurang beretika dalam berdiskusi.
Mengutip dan menanggapi tulisan yang ditujukan pada orang lain, bukan pada dirinya.
oh, klo mengutip dan menanggapi tulisan di forum itu berarti kurang beretika dalam berdiskusi ? apakah ini forum pribadi anda atau forum umum ? boleh tunjukan dimana saya mengutip dan menanggapi tulisan yg ditujukan pada orang lain ?
klo anda bs menunjukan berarti anda bukan asal cuap2 tanpa dasar, jk tdk bs menunjukan, maka anda memang seorang yg memalukan...
3. Generalisasi dan provokatif.
Menyebut bahwa rahib dalam foto adalah Mahayanis, tanpa didasari pembuktian yang empiris.
Menyebut saya juga adalah Mahayanis, padahal tidak ada dasar argumentasinya. Beliau tidak kenal saya, saya tidak pernah menyatakan juga bahwa saya adalah Mahayanis, lalu darimana muncul stigma dan labelisasi tersebut.
Belum cukup sampai disitu, beliau juga menegaskan bahwa beliau dari Theravada, seolah ini konflik antar dua aliran/sekte.
Menurut saya ini berlebihan, kasus rahib ada di foto dan dinilai kurang pantas, sampai membenturkan aliran dan menuduh sana-sini.
apakah anda bs menyatakan bahwa rahib difoto tersebut adalah theravada atau bahkan dr agama lain. bukti ? saya rasa anda tidak bodoh untuk mengetahui model jubah rahib mahayana.
saya pernah mengatakan "anda dari mahayana", jika memang saya, ya di info kan "maaf saya bukan mahayana" selesai, maka saya akan mengatakan "oh maaf, rupanya anda bukan mahayana". koq kekanak-kanakan ? sampe bawa2 stigma n labelisasi.
gini deh, sekarang saya tanya, ada buddhist aliran apa ?
nah, mengenai "konflik antar dua aliran/sekte" dan "sampai membenturkan aliran dan menuduh sana-sini" ini murni fitnah, baca konteks kalimat saya, jgn pandai membuat kesimpulan dan membuat fitnah, jk anda seorang buddhist, anda sudah berbicara tidak benar.
anda berulang kali menuduhkan bahwa saya terbebani sehingga mengomentari foto biksu tersebut. saya menanggapi, saya dari theravada, untuk apa saya terbebani dengan foto biksu mahayana ?
tolong tunjukan secara jelas, dimana kalimat saya yg menguatkan kesimpulan anda bahwa saya menimbulkan konflik dan membenturkan aliran. anda ga perlu menggiring pembaca ke arah yg sebaliknya, hati anda cukup busuk dalam hal ini.
4. Argumentasi intimidatif.
Berulang kali menulis bahwa yang menanggapi berarti terbebani, terguncang, tidak tahu malu, dsb... (tulisan ini telah diedit kemudian: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23894.msg436769.html#msg436769). Jadi trik seperti ini seolah ingin menghalangi komentar dari orang lain, sebab sudah ada stigma/label yang mengancam.
anda tau, apa kalimat yg saya edit tersebut ? saya copas kan disini, agar logika anda sedikit bekerja dengan baik
"hehehe... sy ingin melihat, apakah dgn tulisan sy yg kasihan itu, kira2 ada seorang bijak yg pandai logika nya terguncang bathin nya dan menjadi terbeban ga ? trus mengomentari tulisan sy...
jika ada, maka sy cm bs mengkasihani diri nya yg benar2 tdk tau malu..."
dimana tuduhan "Jadi trik seperti ini seolah ingin menghalangi komentar dari orang lain, sebab sudah ada stigma/label yang mengancam" ??
berulang kali anda disini menyatakan fitnah demi fitnah, sungguh memalukan orang pandai dan bijak dalam spiritual tp membuat fitnah demi fitnah. mohon penjelasan sebelum melebar. saya rasa anda bukan orang pandai dan bijak dalam omong kosong...
5. Menjustifikasi sebuah opini seolah benar, menyatakan bahwa orang lain mengklaim dirinya suci, merasa tinggi, merasa hebat. Padahal dasar (argumentasi)-nya tidak ada sama sekali, hanya berupa opini/paradigma subyektif belaka.
ok, saya uraikan. saya rasa anda masih ingat dengan tulisan ini
"sampai saat ini sy tdk pernah menyatakan bahwa spiritual sy lebih tinggi dr pd orang lain dengan mengatakan pandai-bijak dalam spiritual, seperti yg om lakukan.
sampai saat ini saya tidak merendahkan spiritual orang lain dgn mengatakan "masih sangat-sangat muda", seperti yg om lakukan."
saya memang pernah mengatakan, "orang ini diklaim uda kelewat bijak dalam spiritual, mungkin uda capai kesucian jg..." apakah kalimat "mungkin" itu yg anda sebut sebagai "Menjustifikasi" ? terlalu kekanak-kanakan anda...
tolong, klo buat kesimpulan, disertakan dengan bukti, jgn buat kesimpulan sepihak berdasarkan suasana hati anda, apakah bathin anda sudah mulai terguncang ? eh ini pertanyaan loh, bukan justifikasi, ntar bilang saya nuduh bathin anda terguncang... hadoh...
ternyata orang yg pandai-bijak dalam spiritual, bisa membuat fitnah demi fitnah, membuat kesimpulan sepihak berdasarkan suasana hati nya dan "mungkin" bathin nya terguncang kuat...
astagabuddha...