Beberapa alasan saya tidak mengomentari rekan Dato:
1. Banyak asumsi yang kurang logis serta tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dari usia saya yang disebut-sebut lebih tua, padahal tidak saya pernah nyatakan sama sekali.
Asumsi bahwa saya mengatakan mengomentari=terbebani, padahal tidak pernah saya nyatakan satu kali pun.
2. Kurang beretika dalam berdiskusi.
Mengutip dan menanggapi tulisan yang ditujukan pada orang lain, bukan pada dirinya.
3. Generalisasi dan provokatif.
Menyebut bahwa rahib dalam foto adalah Mahayanis, tanpa didasari pembuktian yang empiris.
Menyebut saya juga adalah Mahayanis, padahal tidak ada dasar argumentasinya. Beliau tidak kenal saya, saya tidak pernah menyatakan juga bahwa saya adalah Mahayanis, lalu darimana muncul stigma dan labelisasi tersebut.
Belum cukup sampai disitu, beliau juga menegaskan bahwa beliau dari Theravada, seolah ini konflik antar dua aliran/sekte.
Menurut saya ini berlebihan, kasus rahib ada di foto dan dinilai kurang pantas, sampai membenturkan aliran dan menuduh sana-sini.
4. Argumentasi intimidatif.
Berulang kali menulis bahwa yang menanggapi berarti terbebani, terguncang, tidak tahu malu, dsb... (tulisan ini telah diedit kemudian:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23894.msg436769.html#msg436769). Jadi trik seperti ini seolah ingin menghalangi komentar dari orang lain, sebab sudah ada stigma/label yang mengancam.
5. Menjustifikasi sebuah opini seolah benar, menyatakan bahwa orang lain mengklaim dirinya suci, merasa tinggi, merasa hebat. Padahal dasar (argumentasi)-nya tidak ada sama sekali, hanya berupa opini/paradigma subyektif belaka.
Jadi, dari beberapa poin tersebut, selain beberapa yang lain yang tidak saya sebutkan, saya menghindari diskusi ataupun debat dengan rekan Tono.
Demikian, semoga bisa diterima.
Salam.