//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MEDITASI DAN KESADARAN | Bhikkhu Jinadhammo Mahathera  (Read 7340 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline DNA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 126
  • Reputasi: 23
  • Dhamma Nan Agung
MEDITASI DAN KESADARAN | Bhikkhu Jinadhammo Mahathera
« on: 27 September 2011, 11:34:21 PM »
                 Dalam praktik latihan untuk memahami ajaran Buddha, yang pertama kali kita harus sadari adalah bahwa umat Buddha itu bersifat majemuk. Maksudnya, ada umat yang berminat mendengarkan khotbah-khotbah yang pernah disampaikan oleh Buddha, mungkin melalui para bhikkhu yang berkunjung ke vihara-vihara. Ada juga umat yang mencoba memahami ajaran Buddha dengan tekun membaca buku-buku yang mengupas Dhamma ajaran para Buddha. Dan tak sedikit pula umat Buddha yang lebih memilih untuk menghayati ajaran Buddha dengan berdiam dan melakukan perenungan ke dalam batinnya, yang sering kita sebut dengan istilah meditasi. Semuanya pilihan tersebut tidak salah, karena disesuaikan dengan kondisi dari umat Buddha itu sendiri.

                 Dari bentuk-bentuk pilihan yang telah kami sebutkan di atas, sesungguhnya praktik untuk menghayati ajaran Buddha dapat dibagi atas dua bentuk. Secara teoritis (pariyatti), pengamalan melalui perbuatan (patipatti), dan penembusan dari semua yang kita kerjakan (pativedha). Pada intinya, ajaran Buddha mencoba melatih agar kita sebagai manusia lebih memiliki kesadaran. Kesadaran menjadi hal yang sangat penting dalam praktik yang ingin dicapai oleh umat Buddha yang tekun berlatih.

                 Jika dalam ajaran agama lain, istilah “tobat” lebih lazim digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu, maka kami menganjurkan untuk umat Buddha, kita lebih tepat menggunakan istilah “sadar”. Jadi, jika kita melihat rekan kita berbuat yang tidak benar, maka kita dapat menggunakan kalimat, “Sadarlah bahwa perbuatan Anda itu tidak benar.” Hal ini jauh lebih buddhistik karena memang Buddha sebagai Guru Agung junjungan kita, menekankan pentingnya melatih kesadaran.

                 Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita melatih kesadaran kita dan apa manfaatnya? Sebelum kita menjawabnya, kami ingin menjelaskan secara bertahap. Pemahaman akan ajaran Buddha biasanya diawali dengan menguasai teori yang berkenaan dengan ajaran tersebut (pariyatti). Ketika belajar dan berupaya memahami teori tersebut, adalah sesuatu yang wajar muncul perasaan yang bersifat dualisme. Kadang muncul perasaan setuju, kadangkala muncul tidak setuju. Juga perasaan senang dan tak senang. Perasaan senang membuat kita bahagia. Perasaan tak senang membuat penderitaan. Nah, bagaimana ini? Buddha mengatakan, kedua perasaan tersebut harus kita sadari ada dalam diri kita. Terimalah perasaan yang memang datang silih berganti tersebut. Namun manusia pada umumnya hanya mau menerima hal yang menyenangkan hatinya saja serta menolak yang membuat hatinya tak senang.

                 Permasalahannya, kita tidak pernah mengetahui secara mendalam bentuk pikiran yang datang dan pergi dalam diri kita. Kita hanya buru-buru memberi label, “Nah ini baik, aku terima. Oh, ini tidak baik, maka semaksimal mungkin akan kutolak.” Inilah penderitaan. Buddha mengajarkan kita untuk menerima dan merenungkan setiap bentuk pikiran yang datang dan pergi. Inilah praktik meditasi.

                 Untuk berlatih meditasi ada beberapa hal yang harus kita ketahui.
Pertama - kita harus didukung kemauan dan tekad untuk berlatih meditasi. Tanpa adanya kemauan maupun tekad, praktik meditasi menjadi sia-sia. Kita hanya akan merasa terpaksa atau ikut-ikutan dengan orang lain.
Ke dua - kita harus menyadari bahwa melatih kesadaran itu merupakan kebutuhan. Yang namanya kebutuhan harus kita penuhi. Sebagai umat Buddha, meditasi merupakan hal yang sangat penting. Makanya, kita harus mempraktikkannya.
Ke tiga - dalam berlatih meditasi, kita membutuhkan pembimbing. Pembimbing inilah yang akan memberikan kita pondasi yang menjadi bekal dalam mempraktikkan meditasi. Apabila pondasi yang diberikan salah, maka praktik meditasi kita juga akan salah.
Ke empat - dalam latihan meditasi, fokus kita adalah keadaan yang terus berubah (dukkha), tanpa keakuan (anatta), dan ketidakkekalan (anicca).
Ke lima - kita harus menyadari pikiran yang muncul. Durasi pikiran negatif ataupun positif harus kita amati. Kedua bentuk pikiran ini niscaya akan muncul silih berganti dan kita harus menerimanya. Meskipun kita menerima, bukan berarti kita melekat ataupun memilih kepada bentuk pikiran tersebut.
Ke enam - meditasi dapat dilakukan di mana saja.
Ke tujuh - waktu yang terbaik untuk meditasi adalah jam 4 sampai dengan jam 6 pagi, dikarenakan pikiran kita masih jernih. Jika malam, kita sudah lelah bekerja, sehingga karena kelelahan, kita mengantuk.
Ke delapan - pilihlah objek yang sesuai. Dalam agama Buddha terdapat empat puluh objek meditasi. Untuk memilih objek meditasi yang tepat, dibutuhkan pembimbing yang baik. Objek meditasi yang tepat akan sangat mendukung keberhasilan meditasi kita.
Ke sembilan - bagi praktisi pemula, ada dua teknik meditasi yang umum dilakukan, yaitu teknik samatha bhavana, yaitu ketenangan. Ketenangan yang dimaksud di sini adalah bagaimana kita berlatih untuk tidak melekat pada kondisi. Ketidakmelekatan akan membuat kita tenang dan bebas dari kegelisahan. Sedangkan vipassana bhavana adalah untuk pandangan terang. Pandangan terang juga melatih kita untuk melihat secara jernih, bebas dari keakuan.
Terakhir, ke sepuluh - dalam melaksanakan praktik meditasi, kita harus sungguh-sungguh atau penuh tekad. Jangan ada tekanan dalam latihan karena ini justru akan menghambat latihan kita.

                 Demikianlah yang kami sampaikan. Namun, yang paling penting untuk diingat adalah umat Buddha itu majemuk. Semua memiliki cara yang berbeda-beda dalam melatih perkembangan spiritualnya. Sebagaimana yang kami telah jelaskan, ada yang rajin membaca buku, praktik puja bakti, terjun dalam organisasi buddhis, dan sebagainya. Namun meditasi wajib untuk kita praktikkan, karena meditasi sangat penting untuk melatih kita untuk tidak melekat pada kondisi apa pun, yang merupakan sumber penderitaan.


*) Tulisan ini merupakan intisari dari ceramah Dhamma yang disampaikan oleh Bhikkhu Jinadhammo Mahathera dalam kegiatan diskusi dhamma yang diselenggarakan oleh Persaudaraan Muda-Mudi Vihara Borobudur di Vihara Borobudur, pada tanggal 27 Maret 2011. Disarikan kembali oleh Upa. Rudiyanto Tanwijaya, S.E.

May these merits of mine lead me to the extinction of all defilements
May these merits of mine be conducive to my attainment of Nibbana
May all sentient beings obtain the share of my merits and be well and happy always. Sadhu3..

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: MEDITASI DAN KESADARAN | Bhikkhu Jinadhammo Mahathera
« Reply #1 on: 28 September 2011, 02:18:24 PM »
Upa. Rudiyanto Tanwijaya S.E
kalo beruntung sekarang beliau sudah menjadi kepsek saya, tapi apa boleh dikata, sekarang saya sudah pindah ke luar kota, sehingga harus pindah sekolah juga...
:backtotopic:
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: MEDITASI DAN KESADARAN | Bhikkhu Jinadhammo Mahathera
« Reply #2 on: 28 September 2011, 11:51:17 PM »
mantappp nie  ;D

izin share   _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

 

anything